UJIAN

15 3 0
                                    

genggaman erat Santi semakin menjadi, wajahnya memancarkan ketakutan yang mendalam.

"Please..., aku takut..."

ia menarik lengan Wahyu agar segera masuk kedalam mobil, jeritan Maya didalam supermarket semakin menjadi-jadi, terdengar lemparan barang-barang dan pecahan botol yang sangat tidak beraturan.

"AWAS NGENTOTT..!!!!!"

Wahyu mendorong tubuh Santi, ia terbentur sisi samping mobil. Benturannya memancing alarm mobil berbunyi, suasana menjadi meriah. Wahyu berlari bergegas kedalam supermarket menuju teriakan yang berasal dari Maya.

"WAHYUUUUU!!! TOLONGGG GUEEEE!!"

1 2 3.... belasan monster itu mengerubungi Maya yang berada dipojok.

Wahyu bertarung dengan monster-monster itu, mereka berdua nampak kewalahan.

"Pegang tangan gue, jangan sampe lepas!"

Maya mengangguk dan langsung menggenggam lengan Wahyu. Keadaan ini sama sekali tidak menguntungkan bagi mereka.

Mereka berdua semakin terpojok, para monster itu seakan tidak bisa mati, berapa kalipun mereka memukulnya.

Wahyu teringat keadaan saat mereka masih di kampus, kelemahan monster itu adalah Kepalanya. Setelah flashback singkat itu, Wahyu mendapatkan kesempatannya untuk dapat keluar dari situasi tersebut.

satu per satu monster itu tumbang, mereka dapat melangkah sedikit demi sedikit menuju pintu keluar supermarket. tetapi...

"Yuuu......"

dengan suara gemetar, Maya melirik kearah kakinya, ia melihat tangan monster itu menggenggam erat kakinya. Jeritan Maya sangat kuat, ia merasa panik tatkala tangan itu berusaha menarik jatuh tubuhnya.

Wahyu yang menyadari itu mulai memukul kencang tangan itu.

"ANJING LUU! LEPASIN TANGAN LU DARI MAYA, NGENTOTT!"

Upaya mereka berhasil, mereka dapat keluar dengan selamat dari supermarket itu. Tetapi, mereka tidak bisa mengambil satupun makanan disana.

"Lah??? laahh? ANJING!!" Wahyu nampak geram tatkala ia menyadari bahwa mobilnya telah hilang bersama dengan Santi.

"Aduhhh....! Anjing Lo San!" Maya terduduk lemas. mereka berdua tak menyangka hal ini akan terjadi.

"Sekarang kita mesti gimana?! Lo apain tadi Santi?!"

"Berisik bangsat!, emang dasar si Santi aja beban! dari awal harusnya kita tinggalin dia di kampus. Wahyu ketinggalan juga karena dia!"

Obrolan mereka mengundang monster itu mendekat, erangan dari dalam supermarket terdengar jelas dan semakin dekat. Maya yang menyadari hal itu langsung berusaha dengan sekuat tenaga menutup pintu dan menguncinya dengan gagang sapu.

"Udah, sekarang mesti gimana?" ucap Maya dengan suara yang gemetar, tangis mulai pecah dari matanya.

"HP.. IYA HP! HP lo dimana??" Wahyu berlari pelan mendekati Maya yang kembali tergeletak duduk dengan lemas.

Maya hanya menunjuk kearah dalam supermarket tanpa membalas pertanyaan Wahyu.

'tch...'

"Di Hp Santi ada pesan darurat dari pemerintah, mereka bilang ada Distrik Karantina, tapi gue gasempet baca di kota mana. gimana kalo kita coba aja jalan dulu nelusuri komplek itu? kayaknya disitu area pemukiman"

Maya melirik kearah yang ditunjuk Wahyu. Ia menatapnya

"Udah gila lu ya?"

"Bawel!"

20Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang