Mode Sensitif

2.2K 74 0
                                    

Mapan, sudah tentu. Lelaki yang dikenalkan lewat 'orang dalam' ini seharusnya tidak bisa dianggap seperti udara, kan? Tak terlihat.

Sopan, ramah, dan nyambung saat berbicara, bukankah modal baik untuk melanjutkan hubungan? Ditambah, wajahnya cocok jika dijadikan sosok utama dalam naskah Wattpad yang dibaca jutaan kali.
Tidak. Lelaki yang dikenalkan padanya ini bukan jenis lelaki kaya yang malah kehilangan kewibawaan karena terlalu bucin dengan pasangan--ngintil ke sana ke mari yang katanya CEO tapi malah seperti pengangguran.

9,6! Nilai yang Salma berikan untuk lelaki bernama Dimas itu. Namun, saat salah satu menu diletakkan tepat di hadapannya, nilai itu menguap, hilang entah ke mana.

"Salmonnya nggak dimakan, Ca?"

Salma menggeleng yakin, lantas termenung seperti orang bodoh.

Salmon grill masih utuh di piring. Sangat indah dengan plating selada ditambah dua irisan tipis jeruk nipis diletakkan di pinggir. Salma tahu, Dimas tentu akan mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk sekadar makan malam pertama mereka. Tapi sekali lagi, dari sekian banyak jenis ikan yang dijual di restoran ini, kenapa harus salmon?

"Ca, kamu sakit?" Dimas khawatir, Salma tahu itu hanya dari melihat sorot matanya.

Salma menggeleng (lagi). Sumpah, dia bingung harus bereaksi seperti apa.

Udara terasa dingin. Aroma nasi goreng menguar mengikuti gerakkan pramusaji yang baru saja melewati meja mereka. Lampu warna-warni sangat berperan penting membuat suasana restoran ini menjadi romantis.

Seharusnya, Salma menikmati dinner ini. Seharusnya, tak dibuangnya kesempatan. Seharusnya, Salma sadar sudah mendapatkan durian runtuh saat bertemu Dimas, lelaki yang saat berdiri, menjadikan tubuh tingginya hanya sebatas bahu, bukan malah memikirkan sosok lelaki lain yang hanya menang beberapa senti saat mereka bersebelahan.

"Nggak suka salmon, ya?" tanya lelaki itu, menatap kornea Salma lembut. "Maaf, ya, aku belum tahu makanan kesukaan kamu."

Makan malam itu, membuat Salma paham satu hal:

Bukan salmon yang Salma tidak suka, tetapi perasannya!

Panggung Realita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang