"Salma tahu, kan, konsekuensinya?"
Kak Alca--owner PANAROMA--membuka kuliah pagi mereka dengan wajah lelah.
Roni duduk tegak di kursi jati tunggal, tidak berani menatap Salma yang saat itu masih memilih diam."Aku nggak ngelarang kalian punya hubungan dengan orang lain, tapi selama kontrak kerja PANAROMA masih berlangsung, kalian harus bisa jaga sikap."
Salma mengembuskan napas berat. "Ke intinya saja, Kak. Aku harus apa?"
"Kalian pasti paham apa yang harus dilakukan." Kak Alca tak berpanjang lebar, menutup pertemuan mendadak mereka dengan skenario picisan yang dikiriminya melalui pesan WA.
Setelah insiden tersebarnya foto Salma saat keluar dari restoran bersama anak Gubernur Jawa Timur dua hari lalu, di sinilah Salma sekarang, harus membayar sesuatu yang tak pernah merasa ia ambil.
Salma merapatkan jaket denim yang ia kenakan, angin malam membuat bulu kuduknya merinding.
Tempat ini sudah disetting untuk kebutuhan 'memperbaiki' hubungan yang dirancang Kak Alca.
Le Bridge, Ancol.
Alih-alih romantis, bukankah tempat ini lebih ke menyeramkan?"Pulang aja nggak, sih?"
"Ayo," tanggap Roni. "Aku WA Kak Alca nih, bilang kita mau pulang."
Salma berdecak, "Cepu! Lagian Lo jangan merasa nggak punya salah, ya. Ngapain posting gitu di IG?"
Notifikasi IG Salma membeludak. Bukan tanpa alasan tentu saja. Tiga jam lalu, Roni memposting foto dirinya sedang membaca lirik lagu yang kertasnya dipegang Salma. Posisi mereka sedang berdiri bersebelahan dengan masing-masing Headphone di telinga.
Foto diambil entah oleh siapa, dari arah samping.
Foto lama, diabadikan saat mereka rekaman duet untuk pertama kali setelah selesai idol, Salma ingat moments itu.Kurrr 👐
Caption yang Roni tulis.Anak ikan tidak bisa dipancing. Cocokologi tak terbendung, tumpah ruah ke segala arah. Kapal yang dua hari lalu nyaris karam, kini sudah diselamatkan nahkoda yang ahli sekali dalam memainkan ombak, begitu komentar salah satu netizen.
"Bersyukur harusnya, Chaaa, aku udah inisiatif menenangkan keadaan."
"Nggak ada yang minta!"
Roni merapatkan jarak, langkah mereka pelan menyusuri jembaga dermaga yang dikenal dengan jembatan cinta. Bangunan menjulang dengan Kerlip lampu tampak begitu menakjubkan.
Malam ini, pengunjung cukup sepi, mungkin karena sore tadi Jakarta diguyur hujan lebat, pun sekarang bukan weekend.Langkah Salma berhenti, memutar tubuh ke arah laut, bertumpu tubuhnya pada pembatas jembatan setinggi dada, terbuat dari kayu. Roni melakukan hal serupa, berdiri di sebelahnya.
"Ini mau sampai kapan, sih?" Salma mulai kesal, pemandangan indah di sekeliling tak berpengaruh banyak dengan emosinya yang setipis tisu. Embus angin semakin kencang. "Romantis kagak, kembung iya."
Roni ngakak. "Makanya, lain kali kalau mau dinner, jangan berdua. Sekarang, tanggung sendiri akibatnya. Aku juga kena getahnya, kan."
"Dih, lu makan bareng Lala juga boleh, tuh."
"Intinya nggak ketahuan."
"Males banget," rungut Salma.
"Kamu naksir Dimas beneran, Ca?"
"Salma! Panggilan Caca hanya khusus untuk keluarga aku."
Roni tak merespons. Pandangannya lurus ke depan. "Hidup kita cuma sekali, kan, Sal?"
Salma mengernyit heran, tumben Roni tiba-tiba deep begini. "Lu kalau mau hidup berkali-kali juga bisa, Ron. Mati suri namanya."
Roni memutar tubuh, menghadap Salma. Korneanya utuh memandang wanita dengan pasmina instan hitam yang semakin mengernyit heran. "Sedih nggak sih, Sal, kalau hidup sekali itu, harus berakhir dengan orang yang tidak kita cintai?"
Fix. Roni kesambet Si Manis Jembatan Ancol. Salma yakin akan hal itu!
Namun, tatapan Roni bukan menyiratkan hal demikian. Tatapan teduh itu ...Malam semakin tua, pengunjung satu persatu pulang. Hawa semakin sejuk. Angin kencang sukses menyibak jilbab Salma hingga tak beraturan. Tangan kiri Roni terulur, membenarkan lipatan jilbab wanita di hadapannya pelan, di bagian dahi. Jemarinya mengelus pipi Salma pelan sebelum mengajak wanita yang masih terdiam kaget itu untuk pulang.
Bukan seperti ini skenario yang Kak Alca rancang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Panggung Realita
FanfictionKontrak eksklusif dari salah satu stasiun televisi, mengharuskan Salma dan Roni berperan menjadi dua orang sahabat yang dibumbui romantisme tipis-tipis. Demi rating katanya. Namun, bagaimana jika kepura-puraan itu menjadi bumerang? Saat mereka ha...