Ludwig van Beethoven

900 87 12
                                    

Performance mereka ditutup oleh penampilan Nabila membawakan lagu Menghargai Kata Rindu.

PaNaRoMa diundang ke salah satu acara pernikahan host ternama, host laki-laki yang berjodoh dengan wanita bukan dari kalangan selebritas.
Mereka diminta bernyanyi beberapa lagu.

"Udah makan?" Paul bertanya saat Nabila sampai di kursi tempat mereka berkumpul, tepat di pojok sebelah kanan bagian depan. Wanita dengan pasmina hitam itu menggeleng.

"Yuk makan," Roni menimpali.

Salma sibuk dengan handphone, membalas pesan Feri yang masuk bertubi-tubi.
Roni menatap wanita di depannya lekat. "Handphonenya bisa disimpan dulu, Sal?"

"Bentar, penting."

"Aku pengen kue ," kata Nabila, menunjuk salah satu meja yang tersaji banyak hidangan dessert.

"Ayo." Paul memberi kode ke Roni, beranjak menuju ke meja hidang bersama Nabila.

Kini, di panggung tempat mereka tadi bernyanyi, lelaki jebolan Idol X gantian menunjukkan kepiawaian, bernyanyi membawakan lagu Sampai Kita Tua.

"Salma ...."

Salma buru-buru memasukkan handphone ke dalam tas tangan, menatap Roni yang ternyata masih memandangnya. "Apa tadi? Makan, ya?"

Roni bergeming. "Sibuk banget, ya, kamu."

"Iya, nih. Jadwal penuh," jawab Salma cengengesan, merapikan Jilbab maroon yang malam ini dia kenakan. "Jilbab gue rapi nggak?"

"Nih, tinggal ngaca sendiri." Roni mencondongkan badannya ke depan, mengikis jarak.
Posisi yang membuat Salma dapat melihat muka Roni dengan jelas. Wajah mereka nyaris bersentuhan.

"Serius, Ron."

"Iya. Kamu bisa ngaca di mata aku."

"Astagfirullah."

Roni ngakak. Salma sampai mencubit punggung tangan lelaki tersebut agar diam dan tak mengundang banyak mata ke arah mereka.

"Geli banget, Ron, sumpah!"

"Nggak cocok, ya?" Roni masih berusaha menahan tawa, "jadi, kamu mau makan apa?"

"Makanan berat aja. Gue terakhir makan tadi pagi."

"Sal ...."

"Apa lagi, sih?"

Roni melihat jam di pergelangan tangannya. "Jam delapan malam, Salma."

"Masalahnya?"

"Seminggu lalu kamu pingsan. Radang lambung bahkan belum sembuh! Terpenting, garis bawahi! Tubuh kamu berat, aku nggak kuat kalau harus membopong kamu lagi!"

Sumpah demi apa? Roni yang membopongnya? Ini beneran? Kok Feri nggak cerita? Fix, Salma harus diet mulai detik ini!
Mati-matian Salma menahan salting.

"Kampret lu!"
Dengar, Pemirsa! Dari banyak kata, kalimat itu yang justru keluar dari bibir Salma.

Roni tak menanggapi lagi apa pun yang Salma ucapkan setelahnya. Lelaki dengan baju putih ditutupi jas hitam itu langsung menarik pergelangan tangan Salma, membawanya ke meja prasmanan dengan banyak menu makanan berat.

Tamu silih berganti datang. Makanan juga tak berhenti diretail. Semua orang sibuk dengan urusan masing-masing. Sesekali mereka berpapasan dengan beberapa artis, saling sapa sebentar, lantas kembali sibuk dengan kolega masing-masing.

Pernikahan yang mereka hadiri kali ini dilaksanakan di ballroom salah satu hotel di Jakarta Selatan. Dekorasi didominasi warna putih gading dengan hiasan banyak sekali bunga asli. Semerbak harum menyapa indra penciuman.

Panggung Realita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang