Bab 2

42 11 1
                                    

"Tap, tap, tap," suara langkah kaki melangkah menaiki anak tangga menuju ke tempat Davis berada.

"Ayo lah! Saya masih capek. Kenapa mereka tidak bisa menunggu sebentar saja?" Ujar Davis beranjak menuruni anak tangga.

Ternyata yang naik ke atas adalah ayah dari gadis kecil tersebut (sembari memegang pisau di tangan kanannya yang gemetar).

"Banjingan!!! Kau apakan anakku?!" Teriak ayah dari gadis tersebut.

"Hanya karena tadi pagi aku membentakmu. Kamu tega melakukan hal biadab ini?!!!" Ujar ayah dari gadis tersebut yang masih tak Terima akan kematian anaknya.

"Wah-wah! Santai dulu paman, saya melakukan ini hanya untuk bersenang-senang. Jadi kebetulan kalian adalah lotre yang akan saya menangkan," jelas Davis sembari tersenyum lebar.

Tanpa pikir panjang ayah dari kedua anak tersebut langsung mendorong tangan kanannya menuju perut Davis.

Namun dengan cepat Davis memegang tangan pria itu dengan tangan kanannya dan menancapkan pisau miliknya ke leher pria itu dengan tangan kirinya.

"Jleb," suara pisau di tusuk.

"Krak," suara retakan tulang.

" Kreek," suara pisau di cabut.

"Crattt," suara darah yang keluar.

"Kamu terlalu lamban paman! Selain itu kamu bahkan tidak tau bahwa saya kidal."

"Kamu harus ingat ini. Pelajari terlebih dahulu lawanmu sebelum melawan," ledek Davis sembari tersenyum.

Davis bergegas menuruni anak tangga, meninggalkan pria yang sedang berjuang dengan mautnya.

"Bibi di mana kamu?" Tanya Davis sembari menyusuri rumah itu.

"Saya rasa diusiamu ini agak kurang pantas untuk melakukan permainan peta umpet seperti ini," ujar Davis ditujukan pada ibu dari keluarga tersebut.

Wanita itu muncul dari bawah meja dan mendekat ke arah Davis.

"Jangan kemari, jika kau ke mari akan ku pastikan hidupmu tak akan selamat. Karena aku sudah menelpon polisi," teriak wanita itu kepada Davis.

Ibu dari keluarga tersebut bergegas membalik badannya dan ingin berlari menuju pintu keluar. Namun Davis berhasil menendang keras punggungnya sapai wanita itu tersungkur, kemudian Davis menginjak punggung wanita itu.

"Brak!" Suara kaki yang mengenakan sepatu menghantam punggung.

Dengan cepat Davis menaruh pisaunya di lantai dan melepas jaketnya, kemudian Davis menyelempangkan jaketnya ke wajah wanita itu dan ditarik ke belakang dengan cepat.

"Krak! Trak!!" Suara tulang leher yang patah.

"Ini masih belum selesai," Davis mengusap dahinya.

"Davis meraih pisaunya dan menyat tangan kanannya sendiri."

"Sreat," suara sayatan.

"Tap, tap, tap," suara langkah kaki Davis menaiki anak tangga menuju kamar korban yang pertama.

Sesampainya di kamar Davis menancapkan pisau dimeja belajar anak laki-laki itu, kemudian mengambil pulpen.

"Haruskah saya menulis nama asli saya?" Tanya Davis pada dirinya sendiri.

Davis pun menulis dengan awalan huruf D.

"Agh! Saya rasa kita bisa sedikit mempermainkan polisi."

Kemudian Davis menulis "E.V.I.L" setelah huruf "D".

"Jika seperti ini mereka akan terlihat seperti orang bodoh. Kalau diingat-ingat orang-orang itu memanggil saya dengan sebutan bocah", setelah itu Davis menambah kata "T.H.E L.I.T.T.L.E" di atas kata "DEVIL."

Davis juga dengan sengaja meninggalkan semua barang yang ia pakai untuk membunuh para korban. Ia ingin melihat reaksi konyol para polisi.

"Sekarang baru keren! Saya harus segera pergi. Karena polisi akan segera datang."

Setibanya di rumah.

"Kenapa kau bisa terluka separah ini?" Tanya nenek khawatir.

"Davis melukainya sendiri nek," jawab Davis dengan polosnya.

"Apa maksudmu Bruce?" tanya nenek terkejut.

"Davis penasaran seperti apa rasanya tersayat pisau yang tajam," jelas Davis sembari tersenyum.

"Nenek nggak ngerti sama pola fikiran kamu," ujar nenek yang heran dengan tingkah cucunya tersebut.

"Hehehe," Davis tertawa kecil.

"Ya, sudah kamu makan dulu sana, nenek udah masakin kamu sup ayam. Habis makan mandi, lalu tidur," ujar nenek.

"Siap! Bos!" Balas Davis sembari mengacungkan kedua jempolnya.

3 hari kemudian.

Davis membaca koran dan mencari tau apakah ada berita tentangnya.

"Brak," suara koran yang di buka.

"Apa ini?! Tetangga saya mati terbunuh dan saya baru tahu beritanya," Davis beracting seolah-olah terkejut atas kematian tetangganya.

"Ha! Hahaha!!!" Davis tertawa sembari menghentakkan kedua kakinya ke lantai dengan kedua tangan di perut.

(Teks di koran)
Satu keluarga terbunuh dan sampai sekarang pelaku belum ditemukan. Namun menurut keterangan polisi dan beberapa saksi kemungkinan pelaku adalah anak di bawah umur dari keluarga yang kaya raya. Polisi: Semua kejadian terekam diCCTV, sayangnya wajah pelaku agak kurang jelas. Anak laki-laki mereka mati ditusuk dengan pisau sebanyak 8 kali, anak perempuan mereka mati dengan leher tergorok pisau, kemudian pelaku membunuh ayah mereka yang mencoba melawan dengan merobek bagian leher korba. Korban yang dibunuh terkhir adalah ibunya, wanita itu terbunuh karena tulang lehernya dipatahkan. Pelaku juga meninggalkan banyak bukti seperti pisau, dan jaket. Kami mencoba mengidentifikasi, darah dan sidik jari pelaku yang tertingal di tkp. Namun tak ditemukan hasil apapun, satu-satunya yang kami ketahui adalah pelaku memiliki DNA orang Eropa, kemungkinan pelaku bukan warga lokal. Selain itu pelakunya juga meninggalkan pesan dimeja tulis anak kedua dari keluarga itu, pesan tersebut berupa tulisan "THE LITTLE DEVIL"(yang artinya iblis kecil). Tidak diketahui juga apa maksud dari pesan tersebut. Jaket yang digunakan pelaku cukup mahal dan hanya ada 10 pcs di jepang, sayang pelaku tidak meninggalkan catatan namanya di tokoh baju tersebut. Kemungkinan pelaku adalah anak orang kaya. Beberapa saksi juga bilang mereka melihat remaja yang berlari terburu-buru, sayang wajahnya tidak terlihat jelas.

"Apakah mereka terlalu bodoh untuk lahir di dunia ini? Jelas-jelas saya pelakunya," Davis.

Bersambung.

THE LITTLE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang