Bab 8

5 4 0
                                    

Musim dingin pun tiba.

Davis duduk di teras barunya sembari menikmati secangkir kopi hangat dan mendengarkan musik.

"Seandainya orang itu tidak membunuh keluarga saya, mungkin sekarang saya tidak akan merasakan kesepian," grutu Davis dalam hati.

"Seandainya orang itu tidak membunuh adik saya, mungkin sekarang saya sedang mengajarkannya untuk persiapan ujian masuk SMA," grutu Davis sembari menggigit kuku jarinya.

"Seandainya saya tau siapa pelakunya...akan saya robek perutnya, saya potong lidanya, lalu saya bolongi kepalanya dengan timah panas, kemudian saya pegal kepalanya," grutu Davis sembari tersenyum tipis.

"Agh!!! Sialan!!!" Teriak Davis sembari melemparkan cangkir berisi kopi hangat.

Davis berdiri mematikan portable audio player yang menyala, kemudian Davis masuk ke dalam rumah dan menutup pintu.

Davis masuk ke kamar dan melucuti pakaiannya, ia berbaring diatas kasur.

Davis merenung untuk beberapa saat dengan pikiran kosong, lalu ia beranjak menuju kamar mandi untuk berendam dengan air hangat.

Setelah berendam selama 15 menit, Davis pun keluar dari kamar mandi. Davis memakai pakaian hangat untuk keluar rumah.

"Saya akan pergi sebentar tolong jaga rumah," ujar Davis sembari melihat kearah foto keluarganya.

Davis mengunci pintu rumahnya, lalu bersepeda menuju Stasiun kereta.

"Stasiun kereta dimusim dingin terasa begitu sunyi," gumam Davis didalam hati.

Davis menaiki kereta menuju Osaka. Saat kereta berhenti Davis segera menurunkan sepedanya.

Davis menenteng sepeda lipatnya menuju ke luar Stasiun kereta, kemudian Davis mengendarai sepeda tersebut ke tempat yang akan menjadi tujuannya.

Setelah menggayung sepeda cuku lama, Davis pun berhenti di depan gerbang sebuah rumah usang, dipenuhi dengan tanaman liar, dan dibatasi dengan garis polisi.

"Sudah lama saya tidak pulang," ujar Davis memandangi rumah lamanya dari atas sepeda.

Davis kembali menggayung sepedanya, dan memutar arah kembali menuju stasiun kereta.

"Jika saya kembali masuk ke rumah itu dengan kondisi yang sekarang, mungkin saya akan mati dipatuk ular," gumam Davis didalam hati.

Sesampainya Davis di rumah.

"Saya benar-benar merasa kesepian, bahkan game favorite saya pun terasa sangat membosankan," gumam Davis didalam hati, sembari menatap langit-langit kamarnya.

"Kenapa nggak ada notifikasi dari  web tersebut?" Tanya Davis bingung, pada dirinya sendiri.

"Tapi musim dingin gini emang paling enak bunuh orang," ujar Davis tak jelas.

Davis iseng-iseng membuka dark web untuk menyusun rencana gilanya.

"Wah! Ini lumayan berlian, membunuh dengan cara mencabik-cabik korban menggunakan mesin gergaji pemotong kayu."

"Tapi yang satu ini juga keren, membunuh korban dengan pisau lalu membuang mayatnya ke kolam piranha."

"Saya jadi bingung mau memakai ide yang mana."

"Apa saya gabungkan saja keduanya, saya akan mencabik-cabik tubuh korban menggunakan mesin gergaji pemotong kayu, kemudian membuang mayatnya ke kolam piranha."

"Bwahahaha! Saya benar-benar berlian," ujar Davis sembari tertawa penuh ekspresi.

Bersambung.

THE LITTLE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang