Keping 1 : Apa Kau Baik-baik Saja?

166 15 9
                                    

-selamat membaca-

-semoga menikmati-

-24/7-

.

.

Desas-desusnya sudah tersebar luas. Siapa pun kini yang berstatus sebagai karyawan di Your Luxurious Step tahu kalau hari ini, Direktur Utama mereka, Langgam Adiyaksa akan memperkenalkan putra tunggalnya sebagai Wakil Direktur Satu mereka yang baru.

Gosip soal siapa putra pemilik sekaligus pemimpin perusahaan sepatu kenamaan itu tak pernah lepas dari bibir setiap karyawan yang bekerja di sana. Di lobi utama, di ruang rapat, di rumah produksi bahkan sampai di gudang penyimpanan sekalipun, orang-orang sibuk membicarakan soal putra tunggal Tuan Langgam.

Tentu saja bagian itu menjadi perbincangan terhangat, bahkan mengalahkan isu sekelas perselingkuhan artis ibu kota. Soalnya selama perusahaan sepatu lokal yang go international itu berdiri, selama itu pula para karyawan tak pernah melihat Tuan Langgam membawa serta dan memperkenalkan putranya kehadapan orang-orang.

Entah apa alasan yang dimiliki bos besar itu menyembunyikan rapat-rapat keberadaan putranya, yang jelas kemendadakan ini nyaris membuat semua orang terkejut.

"Apa? Benarkah anak Pak Langgam sudah cukup besar untuk menjadi pimpinan?"

"Aku tak menyangka Pak Langgam memiliki putra. Kukira dia jenis manusia pekerja keras yang sama sekali tak tertarik dengan hubungan asmara atau rumah tangga."

"Atau jangan-jangan itu bukan putranya?"

"Atau memang putra Pak Langgam, tapi selama ini disembunyikan karena itu bukan anak dari istri sahnya sebab mereka tak benar-benar pernah menikah. Kalian tahukan kekuatan yang dimiliki orang-orang seperti bos besar kita itu? Mereka punya banyak cara untuk bersenang-senang."

"Aku penasaran, seperti apa wakil direktur kita nanti. Jika dia seusia denganku, kuharap aku bisa dekat dengannya."

"Perusahaan pasti akan terasa menyenangkan jika putra Pak Langgam adalah orang yang berbeda dari ayahnya."

...

Ruangan bernuansa monokrom yang membentang luas sepuas mata memandang, dengan sentuhan dinding bercat kaku abu-abu putih yang sengaja diberi totolan warna hitam tak beraturan disetiap sisinya itu kini sedang menjadi saksi bisu betapa kacaunya perasaan seorang pemuda kurus yang kini tengah berdiri membatu di depan cermin di sudut barat ruangan itu.

"Aku menyiapkan dua setelan jas dan satu tuksedo dengan warna yang hampir serupa. Silakan Tuan Muda pilih mana yang ingin Tuan pakai." Suara seorang asisten rumah tangga memecah kesunyian lamunan pemuda kurus itu. Masuk dengan langkah terburu-buru sambil membawa tiga setelan formal pria ditangannya. Tak bisa mengetuk pintu kamar sebelum masuk karena tangannya sedang susah payah memegang dua setelan jas dan satu tuksedo.

Sang pemuda memutar malas wajahnya ke arah pemilik suara, menatap lama sebelum akhirnya bersuara, "letakkan dulu semuanya di atas ranjang. Aku harus melihatnya secara langsung sebelum memilihnya."

"Baik Tuan."

Langkah cepat asisten rumah tangga yang usianya kini tak lagi muda itu cukup menjadi gambaran betapa loyal dan gesitnya wanita tua itu bekerja.

Sesaat setelah mendengar perintah tuannya, ia langsung sigap membentangkan tiga setel pakaian formal pria yang ia bawa di atas ranjang sang tuan, memasangkannya dengan serasi tanpa banyak membuang waktu.

"Semuanya terlihat serupa." Sang pemuda menunjuk setelan tuksedo biru gelap yang terbentang dibagian paling pinggir ranjang. "Setelan formal dengan dasi kupu-kupu. Tidak buruk."

Kita Yang Tak Boleh MenyerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang