[ 19 ] ARC 1 : TRANSMIGRASI

567 42 0
                                    

Keputusan Reja untuk membentuk band dadakan yang akan ditampilkan di acara sekolah sebenarnya sempat ditentang dan tak disetujui oleh para inti Trevor.

"Band? Kita berandalan, loh. Main musik, sih, bisa. Kan kita semua pernah diwajibkan ikut ekskul musik pas kelas satu. Tapi buat apaan? Mending tawuran."

Kendati demikian, pada akhirnya empat cowok itu pun mau diajak negosiasi oleh Reja, sehingga terbentuklah band dadakan dengan penampilan yang baik dari yang terbaik.

"Gue ga munafik, sih, ternyata suara lo emang sebagus itu, Rei. Sopan banget masuk telinga. Gak kayak pas lo teriak ngasih aba-aba di tawuran." Felix merangkul Reja, menyanjungnya.

Reja tertawa pelan. "Thanks. Lo pada juga jago-jago amat mainin alat musiknya."

"Keknya si Rei bakal makin populer, deh." Simon menghela napas, tampangnya terlihat acuh. Telunjuknya mengarah pada sekumpulan gadis yang berkerumun di lobi sekolah. "Liat aja mereka. Berbinar-binar gitu."

Reja berkeringat dingin, tidak menyangka suaranya akan mempengaruhi para gadis. Padahal ia bernyanyi hanya untuk memikat Gisel.

Namun para gadis itu, mereka malah langsung menjadi fans dadakan Reja. Mulai menjerit histeris dan berlomba mencapai cowok itu lebih dulu.

"REINALD!!"

"SUMPAH LO KEREN BANGETT!"

"SUARA LO IDAMAN!"

Para gadis itu seperti segerombolan anjing liar yang tak sabar menerkam mangsanya.

Ada apa dengan mereka? Apa sudah melupakan sifat Reinald yang dulu? Cowok dengan tempramen yang kasar.

Melihatnya, Nicko dan Pandu segera pasang ancang-ancang melindungi Reja dari serangan mereka semua. Hanya mengandalkan tatapan tajam dan super beringas, para gadis itu pun K.O dan tak berani mendekat.

Balik kanan, lalu ngibrit dan melupakan niatnya menghampiri Reinald.

Syukurlah.

Reja bisa menghela napas lega sekarang.

"Ayo balik. Gue udah ngantuk banget, nih," ajak Felix yang sudah menguap untuk kesekian kalinya. Matanya berpendar sayu, tapi senyum di bibirnya sama sekali belum memudar.

"Pandu, lo makin keren aja akhir-akhir ini." Felix menepuk bahu Pandu, memujinya dengan maksud terselubung.

Sementara Pandu yang mengetahui gerak-gerik mencurigakan Felix hanya melirik sinis.

"Makin keren lagi kalo lo gendong gue sampe ke rumah," lanjut Felix. Dengan cepat, dia melompat ke punggung Pandu dan melingkarkan lengannya di leher cowok itu.

Pandu berontak, tapi Felix sudah keburu nempel di punggungnya dan tidur dengan nyaman.

Sialan.

Bocah itu lagi-lagi memanfaatkannya.

"Turun atau gue banting?" ancam Pandu yang tidak digubris sama sekali oleh Felix. Ia lelah, sudah benar-benar nyenyak di bahu Pandu.

Simon, Reja dan Nicko tertawa melihat interaksi dua cowok itu.

Mereka pun pulang.

Sekolah juga mulai sepi.

Namun di sudut sekolah yang gelap, nyatanya masih ada beberapa orang yang tersisa.

"Jawab gue! Kalian pasti lagi ngerencanain sesuatu, kan?! Pasti ini cuman sandiwara buat jebak cewek burik itu!"

Adalah Gisel, sedang melabrak kedua temannya untuk meminta penjelasan.

TRANSMIGRASI MENJADI BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang