Third POV
Mereka akhirnya tiba di rumah Justin. Justin sebelumnya belum pernah membawa teman kampusnya ke rumah dia, selain karena jauh, Ia juga tidak ingin menunjukkan dirinya kepada orang lain. Ia tidak mau orang lain melihat apa yang Justin miliki di rumahnya sekarang.
Felix melihat rumah yang dimasuki mobilnya saat ini "Alamak, Justin, ini rumah lo? Ini rumah atau White House anjir? Gede betul!!" batin Felix sambil melihat keliling halaman rumah Justin.
Mereka memasuki rumah Justin. Felix masih berusaha untuk terlihat santai. Ia sangat jarang memasuki rumah mewah seperti ini. Ia takut salah melakukan sesuatu dan merusak properti rumah Justin.
"Fel, lu kenapaa?" Tanya Jeremy dari belakang telinga Felix. Felix merinding dan langsung berbalik arah.
"Ihh lo kenapa sih? Jangan bisik bisik disituu. Gue.. sensitif daerah telinga" Ucap Felix sedikit malu. "Aduhh kenapa aku kasih tahu? Nanti kalau dimanfaatin gimana astagaa..:" batin Felix khawatir.
Jeremy tersenyum melihat ekspresi Felix saat ini.
"Woi sini lu berdua, jangan pacaran dulu" Teriak James yang sudah berjalan didepan.
Jeremy merangkul Felix. "Yuk"
Jantung Felix berdegup kencang karena perlakuan Jeremy saat ini. Sengambek-ngambeknya Felix, Ia tidak bisa menahan rasa senang ketika diperlakukan seperti ini, apalagi dengan orang yang Ia sukai. Felix hanya mengangguk.
Dalam hati Jeremy sebenarnya masih ada rasa waswas. Ia cukup berani mengambil langkah untuk langsung merangkul Felix dengan keadaan seperti ini. Jeremy senang Felix dapat menerima rangkulannya, walaupun seperti biasa, Felix menjadi kaku.
Mereka memasuki kamar Justin, kamar Justin tidak jauh berbeda dengan kamar Jeremy. Terdapat beberapa poster yang ditempel di dinding kamarnya, namun tidak sebanyak Jeremy.
"Lu mau ngambil apa, Tin?" Tanya Felix.
"Ehmm.. gue mau ngambil... Ohh iya gue mau ambil berkas yang harus dibawa nanti pas lomba." Ucap Justin sedikit terbata karena belum siap melanjutkan aksi kebohongan mereka bertiga.
Jeremy dan James duduk di kursi kamar Justin sambil berunding.
"Oiya anjir, gue lupa briefing sama kalian tadi. Duh gue jadi kasihan sama Justin" Ucap Jeremy pelan ke James. James hanya menggeleng kepala pelan sambil sedikit tersenyum.
Felix melihat Justin yang sedang membuka lembaran file nya. "Apa yang diambil sama Justin? Perasaan yang dibuka sama dia dari tadi dokumen raport dia sama akademik. Emang ada hubungannya sama basket?"
Justin mengambil salah satu lembar sertifikatnya yang telah memenangkan lomba basket bersama timnya. Hanya ini yang menurut Justin layak untuk dijadikan alasan. Ia juga menutup lembar sertifikat dengan amplop agar tidak terlihat oleh Felix. "Dahlah, yang penting ngambil barang" Batin Justin sambil menghela nafas.. Jeremy benar-benar merepotkan.
"Done, yuk jalan ke puncak sekarang. Biar gak kemaleman" Ucap Justin.
Mereka bertiga hanya mengangguk nurut dengan ucapan Justin.
"Eh tapi mau pake mobil siapa? Mobil lu kan pendek ,Je. Lu mau bawa ke puncak?" Tanya James. Ya, mobil Jeremy cukup rendah, tidak nyaman digunakan ramai-ramai untuk menanjak.
Felix menawarkan diri. "Itu mau pake mobil gue aja? Mobil gue tinggi kok."
Jeremy yang berdiri dibelakang Felix memberikan kode "Jangann" ke Justin menggunakan wajah. Justin kembali menghela nafas "Ini kalau bukan temen deket gue kayaknya udah gue tendang deh si Jeremy"
![](https://img.wattpad.com/cover/341290793-288-k765306.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Love From The First Sight
RomanceTerkadang gak semua yang kita pikirkan akan sejalan dengan apa yang kita lakukan. Begitu pula dengan kehidupan yang dijalankan seseorang yang beranam Felix pada series ini. "Haahh semoga tidak banyak yang membaca kisah percintaan ku yang sangat kony...