part7

83 11 0
                                    


Pagi harinya Clara bangun tepat jam 5:40, ia merenggang kan tubuhnya yang seperti sudah di tindih sekarung beras, ia kemudian berjalan menuju kamar mandi namun sebelum itu ia melihat sebuah kertas yang terselip di sela-sela jendela kamarnya.

Clara mengerutkan dahinya heran melihat kertas itu, ia lalu membuka dan melihat isinya, Clara melempar kertas itu di tong sampah.

"Ini pasti kerjaan Venus,awas aja kalau ketemu, gue bejek-bejek mukanya", kesalnya lalu berjalan menuju kamar mandi.

Setelah selesai memakai seragam sedang seribu langkah Clara memasuki rumah Venus, ia langsung menuju kamarnya, dengan brutal ia mengetuk pintu kamar bercat hitam itu.

"Berisik Lo, mau gue perkosa sekarang?", Ucapnya setelah membuka pintu.

"Najis,Lo kan yang ngirimin gue surat nggak jelas, iyakan!!?", ucap menunjuk wajah bantal Venus"ngaku lo", desaknya.

"Nggak ada kerjaan banget gue lakuin hal nggak berguna itu", kata Venus memasuki kamarnya, ia lalu merebahkan tubuh kembali.

"Terus, kalau buka Lo, siapa?, Setan?", Kata Clara.

"Mana gue tau", acuh Venus, ia kemudian bangkit dari tidurnya, berjalan menuju kamar mandi.

"Kalau bukan Venus,siapa dong", Clara bergidik ngeri, tidak mungkin juga Darrel, Batinnya" mungkin cuma kebetulan", Clara turun kebawah, di depan sudah ada Darrel yang menunggunya.

"Dari mana?", Tanya Darrel menyerah kan helm ke arah Clara.

"Rumah Venus".

"Ngapain ke sana!?", Raut tidak suka tercetak di wajah Darrel apa lagi saat ia bersitatap dengan Venus yang tengah menatapnya tajam.

"Kamu jangan dekat-dekat sama lelaki lain!?", Kata Darrel pada Clara.

Clara mengangguk sebagai jawaban, Darrel cemburu kah batinya, karna tak ingin memikirkan lebih jauh Clara segera naik ke atas motor Darrel.

"Sebentar lagi, tinggal tunggu waktunya",ucapnya sebelum pergi.











Clara memasuki kelasnya yang mulai rame, ia langsung menghampiri kedua sahabatnya.

"Hei, clara!!", Mika melambaikan tangannya tinggi-tinggi padahal clara sudah di depannya, clara mendatarkan wajahnya melihat kelakuan satu sahabatnya ini.

"Belum minum obat Lo?", Ucap Clara menatap sahabatnya datar.

"Ngapain minum, gue kagak sakit".

Dina memutar wajahnya malas ehh matanya malas, drama lagi batinya.

"Cla, sejak Lo pacaran sama dia, gue jarang liat Lo sama Venus", kata Dina
Setelah Clara duduk di bangkunya.

"Yah wajar lah, Venus kan cuma sahabat sedangkan Darrel my ayang nya,pasti dong lebih sering sama ayang", kata Mika lalu menyenggol bahu Clara niat menggoda.

"Iya juga sih".

Clara hanya diam ia tidak terlalu mendengarkan ucapan Dina ia ingin fokus belajar, ujian sebentar lagi, ia ingin mendapatkan nilai yang memuaskan.

"Nggak usah bahas yang nggak penting,
Belajar sana bentar lagi ujian", ucap clara tak mengalikan perhatiannya dari buku.

"Malas gue belajar, mending nyontek", kata mika meniupi kukunya.

"Lo kan nggak punya otak", kata Dina lalu membuka buku tapi bukan buku pelajaran melainkan novel.

"Serah loo", ucapnya kesal.













Deringan handphone dari saku celana seseorang lelaki, ia lalu mengeser Ikon hijau itu.

Lelaki itu terdiam mendengar ucapan dari dalam telepon, terlihat urat-urat lehernya menonjol, tatapan matanya menajam, tangannya terkepal kuat.

Dengan amarah ia memutuskan sambungan telepon itu.

"Sial".

Kedua temannya hanya diam tanpa Niat bertanya, mereka tidak berani, karna bisa saja bukanya mendapatkan jawaban mereka malah mendapat bogeman mentah.

"Dia kenapa?", Tanya berbisik, sesekali tangannya mencopot gantengan di depannya.

"Tanya aja sana", balasnya tak minat dengan pembicaraan ini.

"Yang ada gue di jadiin pelampiasan", bisik lagi.

"Nah, Lo tau", katanya acuh, karna kesal tidak mendapatkan jawaban memuaskan dari curut satu ini, lelaki itu menendang tulang keringnya lalu berlari menjauh sebelum dirinya terbang ke surga.

"Sialan Lo tuh anak, awas aja Lo", ucap lelaki itu mengelus Tulang keringnya, setelah di rasa membaik ia langsung mencari temannya yang entah pergi kemana" ke neraka mungkin" batinnya tenang.

Venus  memasuki kelas dengan malas, ia malas namun karna ujian sebentar lagi ia terpaksa, lagi pula ia sudah pintar untuk apa belajar pikirnya.

Bukannya mendengar penjelasan guru dan kisi-kisi yang guru berikan, Venus mengabaikan ia fokus melihat me arah Calon ibu dari anak-anaknya, membayangkan nya saja membuat Venus senang, apa lagi jika itu menjadi kenyataan mungkin kepala Venus yang terbang.

Terkekeh geli dengan isi pikirannya, Venus memalingkan wajahnya setelah merasa puas melihat wajah sang pujaan, ia memainkan benda perseginya tanpa mendengar celotehan tak bermutu yang keluar dari bibir merah itu atau gurunya sendiri, sungguh tidak ada akhlak Venus ini.

Dina yang sejak tadi menatap ke arah bangkunya tersenyum melihat ke samping tepat Clara duduk, Clara sangat fokus mendengar penjelasan guru sampai-sampai tidak menyadari jika ia di tatap intens oleh seseorang.

"Teryata suka ", gumamnya saat melihat Venus yang mengalikan pandangannya.

"Clara seharusnya Lo nggak Nerima Darrel", gumam Dina, ia tidak sengaja mendengar pembicaraan Darrel dan para sahabat saat nongkrong di warung Bu Diana, Dina ingin mengatakan hal itu namun terlambat Clara sudah menerima Darrel dan keliatannya juga Clara menyukai Darrel.

"Ini belum terlambat, gue harus bilang", gumam nya lagi setelah berperang dengan pikirannya.

Setelah guru keluar karna bunyi  bell pulang telah berbunyi dan semua murid susah bersiap untuk pulang tak terkecuali Clara.

Sedangkan mika ia sudah pamit duluan,
Saat Clara ingin keluar, dengan cepat Dina menarik tangannya.

"Gua mau bicara, sebentar", dahi Clara mengerut tak biasanya Dina seserius ini.

"Kenapa?", Kata Clara menaikkan sebelah alisnya.

"Sebenarnya Da.......".

"CLARA!!",

________________________________________

Vote.
Komen.

See you next time.

My Best Friend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang