Dunia Loka benar-benar sesuatu.
Apakah kalian pernah membayangkan dalam pikiran, bagaimana jika standar kecantikan berubah drastis dalam sekejap?
Bagaimana jika kulit putih, bibir tipis, hidung mancung, justru bukan lagi menjadi standar kecantikan yang diakui? Standar kecantikan yang berlaku justru kulit hitam, bibir tebal, hidung pesek.
Beginilah standar kecantikan Dunia Loka; kulit hitam, hidung pesek, bibir tebal, dada nyaris rata, dan ada yang lebih gila; yaitu jerawat.
Iya, jerawat. Satu jerawat di wajah menjadi tren di Dunia Loka.
Yumna menganalogikan kalau jerawat seperti gingsul atau lesung pipi di dunia nyata.
Lesung pipi, nyatanya adalah sebuah kelainan anatomis pada otot zygomaticus mayor yang berperan dalam membentuk ekspresi wajah. Di lokasi yang sama, otot ini terbelah dua dari tulang pipi hingga ke sudut mulut. Maka dari itu saat seseorang tersenyum akan menimbulkan cekungan di antara dua otot tersebut.
Pun sama. Gigi gingsul jugalah sebenarnya sebuah masalah. Masalah pada gigi gingsul yang terjadi ketika gigi taring permanen terlambat tumbuh. Gigi taring permanen yang seharusnya muncul ke permukaan gusi terjebak, menjadi tumbuh ke arah lain; seperti ke arah luar, ke sisi dalam, atau bahkan dalam kondisi tertentu, tertanam di dalam gusi.
Dua hal tersebut menjadi daya tarik sendiri, berefek senyuman lebih manis, lebih menawan, menjadi sisi menarik kecantikan unik yang diakui banyak orang. Tak ayal jika pada akhirnya banyak yang mendambakan agar bisa memiliki lesung pipi dengan melakukan dimple plasty. Membuat gigi gingsul buatan. Bahkan gigi gingsul pun menjadi tren yaeba di kalangan perempuan Jepang agar tampil lebih memikat dan imut karena saat tersenyum tampak seperti senyuman anak kecil yang menggemaskan.
"Jerawatku mulai tumbuh, Yum. Bagus nggak?" pamer Iris saat mereka berdua sudah berada di bangku kelas. Dia menunjukkan dengan bangga jerawat kecilnya di pinggir dagu, merah ranum--ah, pasti itu perih.
"Imut 'kan?" lanjut Iris sembari ber-aeygo ala cewek Korsel dengan mengepalkan kedua tangan, ditempelkannya ke pipi, lantas diputar-putarnya dengan senyuman centil.
Yumna masih terpaku. Dia sungguh belum terbiasa dengan standar kecantikan yang berlaku di Dunia Loka. Penjelasan Yuda melalui bisikan magis perkara standar kecantikan yang ada menjadikan pikirannya bercabang.
"Yum, diem mulu ih!" kesal Iris, menduil sebelah bahu Yumna karena bete dicueki.
"I-iya, cantik banget, Ris. Imut!" sahut Yumna, memaksakan bibir tebalnya tersenyum lebar, mengacungkan jempol.
Lolos menjadikan Iris senang, menduil sebelah bahunya lagi seraya mencicit, "Tapi tetap aja nggak secantik kamu."
Bingung menanggapi apa, Yumna nyengir canggung. Dalam benaknya, dia berujar, Dunia Loka sungguh gila!
Dunia Loka nggak gila, Yum. Standar kecantikan apa pun bisa terjadi, selama diakui oleh orang-orang di sekitarnya, sangkal Yuda yang selama 24 jam hendak sering membisikkan jawaban pertanyaan yang mengawang di kepala Yumna seputar Dunia Loka.
Yumna tetap diam. Iris sibuk mengelus-elus jerawatnya yang sedang dalam masa proses pertumbuhan.
Kamu tahu tren aegyo sal di Korsel?
"Nggak!" ketus Yumna yang berhasil membuat Iris tersentak, menyelidik, "Kenapa, Yum?"
Gestur wajah Yumna berubah panik. Mencari cara cepat untuk berdalih.
"N-nggak ada apa-apa kok," terbatanya, "C-cuman .... " Menepuk-nepuk perutnya dengan sebelah tangan.
"Laper, Ris. Lupa sarapan," dalih utuhnya ini, nyengir lega karena mendapat alasan jitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lokatraya (Toko Pengabulan Impian)
Fantasy"Aku selalu iri dengan Si Cantik yang memiliki beauty privilege, mudah dihargai, mudah dicintai. Jika aku menjadi Si Cantik, apakah kehidupanku akan berbeda, setidaknya merasa tak begitu kesepian, tak haus akan validasi bahwa aku menarik, dapat dici...