07. Hari Pertama

371 83 0
                                    

Begitu membuka mata, Yumna cukup tersentak dengan apa yang ditangkap oleh indera penglihatannya.

Sebuah gedung sekolah megah menjulang tinggi dengan konsep green building yang ramah lingkungan dan mencegah terjadinya pemanasan global. Sekolah di depannya tampak bak berada di sebuah hutan tropis, tapi aslinya tidak, sekolah di hadapannya bahkan berada di tengah jantung kota metropolitan.

Konsep green building inilah yang menjadikan sekolah bak di tengah hutan sebab terdapat banyak pepohonan hijau di sekitar bangunan. Bangunan utama sekolah juga tampak seperti Underwood Hall yang ada di Universitas Yonsei Seoul dengan dinding kosongnya yang dirayapi tumbuhan rambat.

Sebelah alis Yumna terangkat. Rasanya cukup aneh saat membaca tulisan SMA Ciliwung begitu besar di gerbang utama. Di dunia nyata, Ciliwung adalah nama sungai yang ada di Tatar Pasundan, kerap menimbulkan banjir, menjadi pembuangan berbagai limbah--mulai dari limbah industri, rumah, hingga ternak. Tapi di sini sepertinya justru malah menjadi nama sekolah bergengsi.

"Meong!"

Suara meongan Ken mengalihkan atensi Yumna.

Oh, Ya Tuhan, Yumna baru sadar kalau kini dirinya tengah berdiri mematung di depan gerbang sekolah Ciliwung yang terbuka lebar dengan mengemban Ken.

Tubuh Ken sudah tidak lagi terluka, bahkan bekas lukanya tidak ada. Apalagi pet collar-nya itu, sudah raib entah kemana, malah Ken mengenakan kaos santai kucing bergambar tikus.

"Meong!"

Ken berkelit dari embanan Yumna. Merangsek jatuh dan lari ke belakang sana, membuat Yumna gesit berbalik, hendak mengejar Ken, tapi tertahan saat Ken menuju sebuah mobil sedan seperti Mercy. Segera diambil alih oleh seorang paruh bayu dengan gaya ala smart casual--mengenakan celana panjang chino hitam, kaos putih dengan dilapisi blazer burgundy.

Sekonyong-konyong, kedua mata Yumna terbelalak, lelaki paruh baya itu berwajah sama persis dengan bapak kandungnya.

"Astaga, Ken. Aku lupa membawamu," ujar lelaki paruh baya berwajah bapaknya Yumna itu, tertawa renyah sembari membopong Ken.

"Nak, semangat!" seru lelaki paruh baya berblazer burgundy, menyemangati Yumna dari arahnya sembari mengangkat kepalan sebelah tangan, meninju udara.

Bibir Yumna mekar.

"Siap, Bapa--"

"Siap, Papa!" jawab Yumna atas lontaran semangat itu. Pikirannya cukup terpecah belah atas apa yang baru saja dirinya dapatkan. Barusan dia hendak menyahut dengan menyebut Bapak seperti biasa saat dirinya memanggil bapak kandungnya di rumah. Ah, tapi barusan, dia justru meralatnya secara otomatis dengan sebutan Papa.

Ini aneh. Yumna merasa dirinya mendapatkan ingatan baru yang bukan miliknya. Ingatan siapa? Mungkinkah jiwanya masuk ke tubuh lain? Mungkin seperti masuk ke tubuh bot yang bernama Yumna di Dunia Loka?

Ini tetap tubuhmu, Yum. Kamu dapat ingatan baru karena dirimu sudah terhubung sama memori ingatan bot bernama Yumna. Bot yang selama ini diciptakan buat jadi kamu di Dunia Loka.

Suara Yuda berhasil membuat Yumna tersentak, kaki berpantofelnya mundur selangkah dan hampir saja terjungkal. Yuda benar-benar membuatnya merinding, tiba-tiba membisiki tanpa mewujudkan raga.

Namun, apa tadi? Bot Yumna? Jadi selama ini Toko Lokatraya tahu perihal siapa saja yang bakalan memesan jasa pengabulan mimpi sehingga menciptakan dunia lengkap beserta bot versi calon pemesan jasa dan bot pemeran pembantu?

Kening Yumna mengernyit. Pikirannya benar-benar sedang bercabang soal bagaimana cara kerja Toko Lokatraya.

Iya, kamu benar, Yum. Toko Lokatraya sudah tahu siapa saja yang hendak memesan jasa, itulah kenapa, bot versi mereka ada di sini. Begitu mereka datang, bot versi mereka dihentikan sementara buat beroperasi di Dunia Loka, tapi memori ingatannya dihubungkan dengan Si Pemesan Jasa.

Lokatraya (Toko Pengabulan Impian) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang