Ada banyak sekali contoh kasus kesenjangan, rasisme ras, warna kulit--bahwa kulit hitam adalah rendahan, sedangkan kulit putih adalah superior. Dampaknya, sebagian dari mereka yang berkulit hitam akan melakukan code switching agar terhindar dari rasisme, berusaha lebih tampak seperti orang kulit putih.
Code switching adalah upaya menyesuaikan bahasa, perilaku, atau penampilan, agar sesuai dengan budaya yang dominan, baik dilakukan secara sadar atau tidak.
Rela menjadi bunglon agar sesuai dengan apa-apa yang dominan kulit putih; meluruskan rambut kritingnya, memutihkan kulit, berpakaian kebaratan, menyemir rambut, memakai lensa kontak, agar diakui menjadi bagian dari masyarakat setempat yang berkulit putih, agar sekedar mendapatkan promosi di dunia kerjanya atau mendapatkan teman di sekolah, walau nahas, kadang malah berujung diolok-olok dan kian terkedilkan.
Di Afrika Selatan, pada tahun 1948, Partai Nasional Afrika secara resmi mengenalkan politik apartheid. Partai ini berisi orang-orang Afrikaner (etnis kulit putih di Afrika dengan keturunan Belanda). Membuat kebijakan apartheid yang memisahkan hak dan kewajiban kulit putih dan kulit hitam yang disahkan secara hukum dan sosial. Masyarakat kulit putih mendapatkan hak istimewa, berujung diskriminasi pada masyarakat kulit hitam.
Hingga muncullah salah satu tokoh berani, Nelson Mandela yang berhasil menumbangkan politik apartheid, mendapatkan Nobel Perdamaian pada tahun 1993. Lantas menjadi presiden Afrika pertama berkulit hitam di tahun 1994.
Jadi di sini ada Donald Trump, batin Yumna kala dirinya selesai mendengar cerita Iris yang mengisahkan tentang kesenjangan serupa di Dunia Nyata yang ada di Dunia Loka.
Terjadi di salah satu belahan benua ras kulit putih seratus tahun lalu. Kulit putih adalah ras rendahan, kulit hitam adalah ras superior. Kaum kulit hitam yang berkuasa, membentuk rezim mengerikan dengan mengesahkan hak dan kewajiban kulit hitam dan kulit putih secara tak seimbang. Kulit hitam mendapatkan hak istimewa secara hukum dan sosial, berujung kaum kulit putih mendapatkan diskriminasi secara verbal dan non verbal.
Hingga muncullah Donald Trump, pria berambut pirang yang berjiwa ksatria, menumbangkan rezim tersebut, menjadi presiden pertama berkulit putih di negara itu secara demokrasi, juga mendapatkan Nobel Perdamaian.
"Kamu mau pinjam buku sejarahnya? Seru tahu, Yum," tawar Iris. Tiga hari lalu, dia meminjam buku sejarah tersebut di perpustakaan central. Tebal sekali buku sejarahnya, tapi tidak membosankan dibaca, apalagi membaca bagian perjuangan Donald Trum untuk menyetarakan hak dan kewajiban kulit hitam dengan kulit putih, berhasil membuatnya menangis.
"Iya, kapan-kapan, Ris. Tapi untuk akhir-akhir ini kayaknya waktu luangku bakalan dihabiskan buat belajar lukis." Yumna nyengir yang langsung mendapatkan anggukan Iris.
"Kalo mau pinjem, tinggal pinjem di perpustakaan central aja, Yum. Jugaan hari ini harus dikembalikan bukunya."
"Oke."
"Kapan-kapan, lukis wajah aku loh." Iris mengacungkan jari telunjuk ke wajah Yumna, tanda memaksa.
"Siap, Ris. Nanti kalo aku udah mahir." Sebelah tangan Yumna terulur, menggenggam jari telunjuk Iris yang masih mengarah ke arahnya.
"Hei, aku juga dong mau dilukis sama kamu, Yum." Diam-diam ada yang mendengarkan percakapan mereka berdua.
Gisel, teman sekelas mereka yang rambutnya berkepang poni, mendekat ke arah Yumna dan Iris.
Yumna mengulum senyum untuk mengiyakan.
Yang lain, Vivi ikut membuat permintaan sama. Berakhir Gisel dan Vivi mengajak mereka berdua ke kantin sekalipun sebenar lagi waktu istirahat bakalan selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lokatraya (Toko Pengabulan Impian)
Fantasi"Aku selalu iri dengan Si Cantik yang memiliki beauty privilege, mudah dihargai, mudah dicintai. Jika aku menjadi Si Cantik, apakah kehidupanku akan berbeda, setidaknya merasa tak begitu kesepian, tak haus akan validasi bahwa aku menarik, dapat dici...