[ 22 ] ARC 1 : TRANSMIGRASI

527 41 0
                                    

Selalu bersama tiga cowok ganteng, diperhatikan mereka, diperebutkan, dilindungi, sangat dijaga layaknya berlian berharga, pada akhirnya membuat Daisha merasakan satu hal.

Bosan.

Ya, dia bosan.

Lambat laun itulah yang dia rasakan.

Meski ditambah adanya Ziana dan Helen juga tidak membantu mengatasi rasa bosan yang ia sembunyikan. Mereka tidak ada bedanya dengan boneka yang dimainkan atas kehendak Daisha.

"Mungkin sekarang waktunya," batin seseorang. Dia muncul dari balik dinding, tanpa Helen dan Ziana sadari, telah berdiri di belakang mereka.

"Hai, kalian berdua."

Itu Daisha.

Helen serta Ziana sontak membalikkan badan. Mengetahui yang menyapa mereka dengan sok akrab adalah gadis itu, mereka langsung murka.

"Berani-beraninya lo nyapa kita. Ga tau diri banget lo!" sentak Ziana menggebu-gebu.

Helen memelototi Daisha. "Sadar diri, lo itu kaum rendahan! Gak ubahnya kayak sampah!"

Hanya dengan senyum super manis, Daisha menanggapi ocehan tak berharga mereka. Matanya menyipit, membentuk lengkungan bulan sabit.

"Aku sampah? Bukannya kalian sama?" balasnya masih dengan senyum yang sama.

Ziana dan Helen mengernyit dahi. Ada apa dengan gadis ini? Kenapa dia kelihatan tidak takut pada mereka? Bukannya biasanya Daisha akan gemetar hanya dengan mendengar suaranya?

Tapi ini ...

"Lo ngatain kita samp—"

Lengan Helen yang terulur untuk menjambak rambut Daisha telah lebih dulu dicekal oleh gadis itu. Senyum yang awalnya manis, perlahan berubah menjadi seringaian. Mata Daisha menunjukkan sorot yang arogan dan licik.

... benar-benar tidak seperti Daisha yang biasanya.

"Jadi babu aku, oke? Maka rahasia besar kalian berdua bakal aman." Senyum normal Daisha kembali, ekspresi tadi hanyalah untuk menggertak Ziana maupun Helen.

Helen menarik kasar tangannya, ia mengusap pergelangannya yang terasa nyeri. "Sialan banget lo nyuruh-nyuruh kita buat jadi babu lo! Apa lo ga takut sama siksaan kita?!"

"Ga ada yang aku takutin, jangan khawatir. Bahkan aku bisa kok nge-bully kalian lebih parah," ucap Daisha lembut.

Nada bicaranya yang seperti itu, justru membuat Ziana dan Helen makin muak. Ternyata benar kata Gisel. Daisha adalah gadis sok polos yang sebenarnya bangsat.

"Ziana, mau jujur atau nggak, aku tau kamu pernah berhubungan seks sama Zion dulu waktu kelas 1 SMP beberapa kali. Kalian baru berhenti ngelakuin itu ketika Zion pacaran sama Gisel. Aku bener, kan?"

Ziana melotot kaget mendengarnya. Mendadak, darahnya berdesir panas, jantungnya berdegup cukup kencang, susah payah ia mencoba menelan ludahnya.

Helen menoleh, menatap Ziana. "Itu cuman omong kosong dia, kan? Yang bener aja, Zi!"

Ziana tak membalas apa pun. Ia terlalu gugup untuk sekadar bersuara. Nyatanya, apa yang dikatakan Daisha memang benar adanya.

"Jangan ngawur lo!" cetus Helen pada Daisha.

"Helen, kalo ga salah kamu pernah bunuh pacar kamu kan gara-gara dia ketahuan selingkuh?" Daisha memiringkan kepalanya sedikit, memberikan senyum hangat. "Terus kamu memanipulasi kematian dia, seolah dia melakukan aksi gantung diri. Aku bener lagi, kan?"

TRANSMIGRASI MENJADI BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang