SELAMA perjalanan menuju ke bandara, Anya hanya duduk diam sembari memainkan ponselnya. Dia mengabaikan mereka yang sedang asyik mengobrol. Melihat wajah mereka saja sudah membuatnya bertambah muak. Dia ingin semua ini segera berakhir, agar dia tak perlu melihat wajah-wajah brengsek mereka lagi.
“Anya, bagaimana caramu untuk bisa menggoda Luca Vicidomini nanti?” Tiba-tiba saja Gruzinsky bertanya.
“Aku mempertaruhkan banyak hal di sini. Aku akan melakukan yang terbaik. Aku tahu dia adalah pria yang berbahaya. Maka dari itu kewaspadaanku semakin ketat.” sahut Anya dengan tatapan matanya yang penuh tekad.
Gruzinsky memberikan anggukan kecil. “Bagus kalau begitu. Jangan sampai terbunuh.”
Anya sontak memperlihatkan senyuman aneh. “Mengapa kau jadi berpikir bahwa aku akan dihabisi semudah itu?”
Gruzinsky mengedikkan bahunya. “Kau tahu 'kan jika dia adalah pria yang berbahaya? Agak sulit untuk bisa menjadikannya mainan.”
Anya tersenyum miring. “Percayalah padaku bahwa aku tak akan mudah ditaklukkan. Aku mungkin buas, tapi aku sangat licik dan siapapun perlu berhati-hati jika berhadapan denganku.”
Mereka semua memperhatikan Anya yang tampak santai dan penuh percaya diri. Tampaknya mereka cukup terpancing dengan perkataan Anya hanya saja mereka juga mencoba bersikap biasa-biasa saja.
Tak berselang lama, limousine pun berhenti. Anya dan yang lainnya segera keluar. Mereka melangkah menuju ke sebuah jet. Anya langsung memilih duduk ditempat favoritnya. Mengabaikan mereka semua, Anya duduk bersantai dan tak ingin diganggu oleh siapapun.
Anya hanya tiduran selama penerbangan dari Moskow ke Roma yang memakan waktu kurang lebih sekitar tiga jam empat puluh lima menit. Anya mencoba mendengarkan musik lagi akan tetapi pikirannya masih kalut. Dia mulai berpikir bagaimana jika dia tidak terjerumus dalam dunia mafia ini? Apakah yang akan dilakukannya? Pekerjaan normal macam apa yang akan dia miliki? Apakah dia hanya akan bekerja sebagai pelayan restoran? Kasir minimarket? Atau seorang selebriti?
“Anya!”
“Anya!”
“Anya!”
Anya tersentak bangun dari tidurnya. Bisa-bisanya dia lengah tertidur seperti ini. Dia melihat ada Yefrem yang membangunkannya. Yefim tampak memasang wajah sedikit mencelanya. Untung saja mereka tidak melakukan hal aneh padanya.
“Cepatlah bangun. Angkat pantatmu. Kita sudah sampai.” kata Yefrem seraya melangkah keluar bersama kembarannya itu.
Dengan segera Anya langsung bangun dan berdiri. Dia mengambil kedua kopernya dan melangkah keluar dari dalam jet. Ada sebuah limousine yang sudah menunggu. Anya sempat memperingati seorang supir yang membantunya membawakan kedua kopernya untuk lebih berhati-hati membawanya.
Setiap menit demi menit yang berlalu saat ini menandakan semakin cepat Anya akan meninggalkan mereka semua. Bukan itu yang Anya sesalkan, hanya saja dia memang ingin segera menyingkir dari mereka. Kemudian dia melangkah memasuki sebuah penthouse. Semua mata orang-orang yang bekerja di bawah perintah Gruzinsky dan sedang berada di dalam penthouse memandang ke arahnya. Tidak mengherankan. Mungkin mereka sering mendengar namanya namun belum pernah bertemu sama sekali. Apalagi dia adalah satu-satunya wanita di dalam organisasi ini.
Gruzinsky memandu mereka menuju ke kamar masing-masing, termasuk kamar yang akan digunakan oleh Anya. Sebelum benar-benar masuk ke dalam kamar, Anya memutuskan untuk kembali mengambil kopernya yang diletakkan di dekat pintu masuk oleh si supir tadi. Penthouse ini cukup luas dengan gaya modern dan sistem keamanan yang ketat. Menyeret kopernya menuju ke kamar, Anya mendapati ada seorang pria yang mendekatinya. Dia tersenyum dengan cara yang membuat Anya muak sekali melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darker Than Night
ActionAnya Alexeeva merupakan seorang assassin yang bekerja untuk mafia Rusia mendapati jika dirinya berada dalam skenario yang telah disusun oleh bosnya sendiri, yaitu menyingkirkannya. Keinginan besar Anya untuk balas dendam semakin besar begitu bertemu...