CHAPTER 10 ◈ Starting The Day In A New Place

77 2 0
                                    

          ANYA memutuskan untuk mengambil kesempatan itu karena dia tidak punya pilihan lain. Mengintip kepalanya keluar dari pintu kamar mandi, dia memperhatikan sekeliling dan tidak melihat siapa pun di dalam, jadi dia memutuskan untuk segera mengambil pakaiannya dan berlari kembali ke dalam.

          Berlari menuju ke tempat tidur, Anya mengemasi pakaiannya hingga dia mendengar Luca mengerang.

          Sialan!

          Perlahan berbalik, Anya malah memandang Luca yang sedang bersandar di pintu walk in closet tanpa mengenakan baju.

          Perut berotot Luca yang penuh terpajang di depan mata. Ada beberapa bekas luka di bahu dan lengannya tetapi hanya satu yang menarik perhatian Anya, yaitu di bagian dada, kecil namun dalam, sepertinya sudah terbuka beberapa kali. Bahkan terdapat juga tato berbentuk ular dengan mata merah menyala yang melingkar di sebuah pedang di bagian sisi pinggang sebelah kiri.

          Anya terlalu sibuk menatap dada, perut dan tato Luca hingga dia tidak menyadari pria itu berjalan mendekatinya. Setiap langkah yang diambil Luca ke arah Anya yang sontak mundur satu langkah dan itu membuatnya semakin kuat menggenggam pakaian dan handuknya. Dia menyadari bahwa tidak ada ruang baginya untuk mundur sekarang jadi saat ini dia berdiri tepat di depan sosok Luca. Menatap mata Anya, tangan Luca terangkat menyentuh pipinya. Wajah Luca dekat dengan Anya yang dia merasakan hal-hal yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Dia tidak bisa membiarkan perasaan itu menguasai dirinya tetapi rasanya sudah terlambat sekarang karena dia berdiri begitu dekat dengannya dan menyentuh pipinya dengan perasaan asing itu kembali muncul.

          Memperhatikan tangannya yang mengepal tinjunya, Anya seolah-olah menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu yang mungkin dia tahu akan dia sesali di kemudian hari. Mengambil kesempatan ini, dia melepaskan diri dari jangkauan Luca dan berjalan menuju ke kamar mandi—lebih seperti berlari menuju kamar mandi—dan menutup pintu dengan keras sebelum bersandar pada daun pintu sembari memegangi handuknya erat-erat sebelum melepaskannya dan mengenakan pakaiannya.

          Perlahan-lahan Anya meraih gagang pintu dan membuka pintu. Dia melihat Luca sedang berbaring nyaman di tempat tidur dengan hanya mengenakan celana boxer yang bertuliskan Calvin Klein. Dengan tangan di belakang kepalanya, Luca fokus melihat ke arah langit-langit untuk alasan yang tidak diketahui, tapi dia terlihat seperti sedang melamun. Wajahnya tanpa emosi seperti biasanya.

          Orang di hadapan Anya ini adalah seorang pembunuh berhati dingin, Raja dari segala raja mafia. Dia bisa membuat orang kencing karena ketakutan hanya dengan melihat dirinya dengan mata birunya yang tanpa emosi.

          “Apakah kau akan berbicara denganku atau hanya akan menatap langit-langit itu sepanjang malam? Maksudku, langit-langit itu pasti sangat menarik sekali.” Anya berujar dengan sinis ketika Luca memutar kepala ke arahnya dan perlahan-lahan menatapnya mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki.

          Mata Luca menatap lebih lama ke bagian pribadi Anya—seperti sedang membuka pakaian di kepalanya. Tatapan Luca sudah pasti membuat Anya merasa tidak nyaman jadi dia memutuskan untuk melakukan sesuatu.

          Anya berdeham menarik perhatian Luca yang menatapnya kali ini kecuali ke matanya. “Omong-omong, aku tidak akan tidur di ranjang yang sama denganmu!” Ia berujar dengan nada rendah tapi marah.

          “Maaf, tapi bagaimana pun kau harus tidur denganku.” sahut Luca seraya menyeringai dan menepuk-nepuk sisi ranjang king size miliknya di sebelahnya.

          “Tidak, terima kasih. Aku tetap tidak mau. Kau akan tidur di lantai atau sofa sementara aku tidur di kasur karena aku adalah seorang wanita. Bukankah ibumu mengajarimu tentang sopan santun?” Anya tetap bersikeras seraya berjalan menuju tempat tidur dan berbaring miring. Ia menatap Luca melalui bulu matanya yang panjang yang ia dapatkan dari ibunya. “Jadi sekarang kau harus bangun dari tempat tidurmu yang akan menjadi milikku ini.” Kali ini ia menyeringai.

Darker Than NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang