01

16.8K 623 40
                                    

📌Sat., June 10, 2023









.









Bagi Jeongwoo, orientasi seksual sangatlah penting. Ia tidak mau dipandang belok atau yang biasa kita sebut dengan istilah 'GAY'. Sebisa mungkin pemuda itu bertingkah seperti buaya dihadapan gadis lain. Sedangkan dihadapan pria, ia sedikit menjaga jarak.

Namun, Jeongwoo tidak sekaku yang dibayangkan. Pemuda itu masih mau berteman dengan orang yang memiliki orientasi seksual berbeda dengannya. Bisa dibilang, tidak pilih-pilih.

Seperti sekarang. Di tempat perkumpulan mereka, teman-teman sibuk bermesraan. Tidak tahu tempat, kata Junghwan.

"Jeong."

Jeongwoo melirik ke arah Doyoung yang memanggilnya. "Oit?"

"Lo gak mau cari cewe, gitu?" Hah.. pertanyaan itu lagi, pikir Jeongwoo.

"Gak."

Junghwan menyeringai. "Berarti, cowo mau?"

"Sapi gembrot bacot banget dah. Berapa kali gue bilang, gue bukan gay!" Bentak Jeongwoo.

Kali ini Jeongwoo benar-benar marah. Biasanya ia hanya menyangkal atau melempar temannya dengan gulungan tisu.

Pemuda itu berdiri dari duduknya. Menahan amarah yang bisa saja meledak. "Gue bakal buktiin. Dalam waktu dekat, gue punya pacar cewe." Tekan Jeongwoo.

Suasana hening. Junghwan sedikit merasa bersalah ketika Jeongwoo benar-benar pergi. "Apa gue udah keterlaluan?" Gumamnya.

"Lain kali, jangan bercanda kayak gitu. Jujur gak lucu." Junkyu mematikan rokoknya. Ia adalah satu-satunya teman mereka yang terbukti lurus.

"Besok gue minta maaf sama dia di kelas."

Beberapa dari mereka mulai berkemas dan beranjak pulang. "Jun? Gak pulang?"

Junkyu menggeleng. "Gue nginep di sini."

"Mereka, lagi?" Tanya Jihoon.

"Ya."

Yang lebih tua mengangguk. "Gue tutup ya, pintunya. Jangan lupa lo kunci dari dalam. Hati-hati, biasanya banyak mba kun."

"Sialan lo, Park Jihoon!"







.






Sebenarnya, Jeongwoo seperti ini bukan tanpa alasan. Tiga belas tahun lalu, ayahnya menikah lagi dengan seorang laki-laki. Awalnya Jeongwoo senang karena mendapat sosok seorang ibu. Namun, semua itu sirna ketika ia mengetahui tabiat asli laki-laki itu.

Laki-laki itu pernah menjejali Jeongwoo sup panas ketika ia tidak mau makan. Rambutnya dijambak paksa karena ia tidak mau tidur siang. Dan mulutnya ditampar jika berani menjawab laki-laki itu.

Trauma perlahan muncul pada dirinya. Jeongwoo menganggap semua submisif sama seperti laki-laki itu. Ia membencinya, bahkan sampai sekarang. Ya, laki-laki itu masih berstatus sebagai 'ibunya'.

Tok

Tok

"Kak? Adek boleh masuk?"

Lamunan Jeongwoo buyar. Ia tersenyum tipis lalu membukakan adiknya pintu. "Kenapa belum tidur?"

"Yewon khawatir sama kakak. Tadi pulang, muka kakak seram banget." Gadis kecil itu mendudukkan dirinya dipangkuan Jeongwoo.

"Jangan dipikirkan. Kakak ngga ada masalah. Sekarang tidur, ya? Nanti dimarahin dada kalau ketahuan." Jeongwoo mengusap-usap pipi sang adik.

Sebesar apapun bencinya pada pria yang telah melahirkan Yewon, Jeongwoo tidak akan membenci adiknya. Karena kehadiran gadis ini, hidupnya mulai membaik.

"Mau sama kakak. Disini!"

Terkekeh gemas. Jeongwoo menidurkan adiknya, tak lupa menyelimutinya. "Adik siapa ini? Gemes banget? Jangan cepat gede. Kakak gak rela nanti kamu punya pacar."

"Kalau pacar Yewon jahat, kakak tinggal pukul dia aja."

"Astaga, anak zaman sekarang." Mereka saling memeluk. Menyalurkan kehangatan satu sama lain.







.






Pagi-pagi sekali Junghwan sudah berada di dalam kelas. Sengaja, ia menunggu kedatangan Jeongwoo.

"Bentar lagi bel. Jeongwoo mana dah? Apa bolos?" Gumamnya.

Baru saja dibicarakan, Jeongwoo pun datang. "Panjang umur lo. JEONG!"

Junghwan mendapat gumaman darinya. "Jangan marah lagi, ya? Gue minta maaf."

"Ck. Gak ikhlas lo."

"Gue harus gimana anjir?" Frustasi. Apa yang harus ia lakukan agar Jeongwoo memaafkannya?

"Itu derita lo. Ngapain nanya gue?"

Pemuda yang dijuluki sapi itu menghembuskan napasnya. "Humph! Junwannie ccangat cedih.. jeongjeongie nda mawu maafin junwan.. hngg.. maafin junwan~ jeongjeongie~"

Bukannya mendapat permintaan maaf, ia malah mendapatkan sebuah pukulan ringan. "Najis lo! Geli banget gue liat manusia berotot kayak lo tiba-tiba imut. Gak cocok Hwan."

"Aelah. Serah lo dah. Kayaknya udah gak marah lagi." Ia pun memilih untuk duduk ke bangkunya kembali.

Dan benar saja, bel masuk pun berbunyi. Beberapa murid masih sibuk dengan urusannya karena sang guru belum menunjukkan wujudnya.

"Woi woi, pak Ucup datang. Lo pada tau apa yang dia bawa?" Teriak Eunchae yang disahuti gelengan mereka. "Cewe cantik anjay!"

"Murid baru?"

"Serius lo? Di kelas akhir kayak gini?"

"Beneran cantik? Bening gak?"

"Gebetan baru nih."

"Halah, paling cantikan gue. Ya gak, sist?"

"Sstt! Kalian ini, masih pagi udah ribut. Eunchae, duduk!" Sang guru tiba. "Ok, selamat pagi anak-anak. Kabar gembira untuk kita semua."

"Kulit manggis kini ada ekstrak nya." Beomgyu menyahut. Pak Ucup pun melemparinya kapur.

"Kelas kalian kedatangan murid baru. Bisa dibilang telat, karena udah tingkat akhir. Tapi masih boleh lah, semester awal. Semoga dia bisa ngejar materi. Kamu, silakan masuk."

Sekelas penasaran dengan tampilan sang murid. Apakah benar secantik yang Eunchae ucapkan?

Gadis itu masuk dengan santai. Ia menyapu pandangan kemudian membungkuk sedikit. "Kamu bisa perkenalkan diri." Pak Ucup mempersilakan.

Diawali dengan senyum. "Halo! Gue pindahan dari Jepang, Watanabe Yuri. Salam kenal semua." Diakhir dengan tawa kecil. Hampir sebagian dari mereka terpekik gemas.

Brak

Junghwan menendang kursi di depannya. "Woi Jeong! Cantik banget gila."

Jeongwoo yang awalnya tidak peduli pun menoleh. Pemuda itu terdiam. Getaran apa ini? Jantungnya berdetak lebih cepat. Ia terkejut ketika mata mereka bertemu. Napasnya terasa sesak saat gadis itu tersenyum padanya.








.








Tubikontinyu.
Disini member trejo yang masih sekolah Jeongwoo sama Junghwan. Sisanya kuliah dan udah ada yang kerja.
Hampir aja gue lupa publish

Gay >> JeongharuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang