05

5.7K 413 0
                                    

📌Sat., June 24, 2023.






.





Bel istirahat berbunyi. Sebagian besar siswa maupun siswi berbondong-bondong keluar kelas. Tentu saja tujuan utama mereka adalah kantin.

Sekarang tidak ada Jeongwoo. Ini merupakan kesempatan yang tepat untuk Haruto melancarkan aksinya.

Pemuda itu pergi keluar kelas dengan santai. Hampir semua mata tertuju padanya. Mungkin karena baru sekarang ia berkeliling sekolah. Masih banyak yang tidak mengenal wajahnya.

Mulai dari kantin, hingga perpustakaan ia kunjungi. Namun nihil, tidak ada satupun yang mirip dengan punggung orang itu. Ataukah ia keliru?

Drap.

Drap.

Telinganya mendengar seseorang mendekat. Haruto membalikkan tubuhnya.

"Akh!" Orang itu terkejut dan melindungi dirinya sendiri. Ah, ternyata seorang gadis.

"Kenapa?" Haruto ikut panik melihatnya.

"K-kamu.."

Gadis itu semakin berlajan mundur. "Kamu masih hidup.."

Haruto mematung ketika sang gadis berlari meninggalkannya. "Hidup?" Gumamnya.

"Yuri?"

"Hah!?" Tepukan tangan Jeongwoo pada bahunya membuatnya sadar dari lamunan.

"Habis liat hantu, ya?" Canda pria itu. "Iya, lo hantunya. Ngeselin!"

Pria bermarga Park itu tertawa dan berlari mengikuti Haruto. "Kenapa tadi gak ngajak gue keliling sekolah ini? Kalau lo kesesat gimana?"

"Lo pikir gue bayi? Gue juga tau arah."

"Galak banget. Iya deh, maaf buat yang tadi." Ia melangkah lebih lebar dan berhenti di depan Haruto.

Jarak mereka sangat dekat. Hingga bisa merasakan deru napas masing-masing. "Bisa minggir?" Yang pertama kali sadar adalah Haruto.

Jeongwoo masih mematung dengan jantung yang berdetak kencang. "Gue beneran jatuh cinta sama lo, Yuri." Gumamnya tersenyum lebar. Membuat beberapa gadis dan submisif yang ada disekitarnya memekik tertahan.

Lain halnya dengan Haruto yang kini menahan senyum. "Gak, lo gak boleh senyum. Gak boleh baper." Peringatnya pada diri sendiri.






.





Perkataan gadis tadi terus menghantui Haruto. Apa yang dia maksud?

"Tu cewe kenal Yuri?"

Tak lama ia mengumpati dirinya. "Bodo banget. Gue lupa liat nametag nya." Bagaimana caranya agar ia bertemu dengan gadis itu lagi?

"Kalau ketemu juga kayaknya dia lari lagi. Ck!"

Kenapa hidupnya serumit ini? Rasanya Haruto ingin terjun dari gedung pencakar langit.

Ting!

Sebuah pesan masuk. Ternyata dari Jeongwoo. Ia berlari ke arah jendela dan benar saja. Ada pemuda itu di sana.

Ting!

Jeong

Gak usah turun
Gue cuma pengen liat muka lo
malem ini
9:12 p.m.

Kurang kerjaan lo
9:13 p.m.

Biarin
Gue kangen
9:13 p.m.

Dih?
9:13 p.m.

Terlambat. Jeongwoo sudah melihat rona itu sebelum Haruto berbalik badan.

Jeong

Lucu banget
9:15 p.m.

Diem!
Pulang sana
Hush hush
9:15 p.m.

Iya, bentar lagi pulang
Tapi lo harus balik badan dulu
9:16 p.m.

Tepat ketika pandangan mereka bertemu, Jeongwoo memberinya flying kiss. "Sleep tight, Yuri."

Seseorang tolong Haruto. Kakinya terasa seperti jelly sekarang.






.





Prakk!

Jeongwoo memejamkan mata ketika sebotol wine hampir mendarat di kepalanya. Botol itu pecah menabrak pintu utama.

"Kemana saja kau dasar anak sialan!" Teriak seseorang yang selama ini menjadi 'ibunya'.

"Bukan urusanmu."

Memilih tidak peduli, ia melangkahkan kakinya menuju kamar. "Park Jeongwoo!"

Dadanya mulai terasa sesak. Ingatan masa kecil mulai terputar jelas dikepalanya.

"Kemari kau anak sialan!"

"Dada! Jangan!"

Sang adik yang terbangun langsung berlari memeluk kakaknya. Ia menggeleng ribut sambil menangis, memohon agar orang yang melahirkannya itu tidak menyiksa kakaknya lagi.

"Jangan pukul kakak.. Yewon mohon, dada.." Ia semakin mengeratkan pelukan di kaki Jeongwoo.

"Yewon sayang, sekarang lepaskan kakak. Dia nakal, jadi dada harus menghukumnya." Sang adik memberontak ketika orang itu menarik paksa tangannya.

Jeongwoo perlahan kembali tersadar. Ia menarik Yewon ke dalam gendongannya. "Kau bisa menyiksaku, tapi tidak dengan adikku."

Secepat mungkin ia berlari masuk ke kamar sebelum orang itu kembali mendapatkan mereka.







.







Jeongwoo meringis melihat pergelangan tangan Yewon yang membiru. "Maafin kakak, ya? Kakak ngga bisa jaga kamu." Sekuat mungkin ia menahan agar tidak menangis di depan sang adik.

Gadis kecil itu menggeleng. "Bukan salah kakak.. kakak juga sakit. Disini.." Telunjuknya menyentuh dada Jeongwoo. Membuat pemuda itu menunduk dalam.

"Tidak apa-apa.. kakak punya Yewon. Yewon akan selalu bersama kakak.. kalau dada ngusir kakak, Yewon mau ikut kakak aja!"

Jeongwoo menggeleng. "Nggak. Kamu masih butuh orangtua. Lagian, dia gak akan berani ngusir kakak."

"Kenapa?"

"Sekarang tidur, ya? Ayo ayo.. kalau besok masih sakit, kakak oles obatnya lagi."

Yewon mengerti jika Jeongwoo tidak ingin membahasnya lebih lanjut. Ia segera menarik selimut untuk menutupi mereka berdua.

"Yewon sayang Kak Jeongwoo.. selamanya."

Tepat dimana mata cantik itu tertutup, Jeongwoo melepaskan tangisnya. Ia memeluk sang adik dengan erat. "Maafin kakak.."







.










Tubikontinyu.

Gay >> JeongharuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang