11

4.2K 344 3
                                    

📌Sat., July 29, 2023.









.








Seperti biasa, markas mereka ramai karena gelak tawa. Entah itu menertawakan kebodohan teman, atau dirinya sendiri. Contohnya Jihoon.

"Penyet, penyet apa yang ga enak?" Jihoon menaik-turunkan alisnya.

Yoshi menghela napas pasrah melihat tingkah sang kekasih. Sedangkan Jeongwoo dan Junghwan sedang berpikir keras.

"Ayam penyet tapi diambil Junghwan." Yang disebut namanya segera memukul kepala Jeongwoo.

"Woi! Kok gue?"

Jihoon terbahak-bahak. "Salah!"

"Jawabannya adalah.. penyetsalan. Sekian."

Keduanya merasa dongkol. "PENYESALAN ANYING."

Melihat Junghwan dan Jeongwoo yang ingin menyerang Jihoon, Yoshi segera menarik kekasihnya menjauh. "Udah anjir. Gitu doang ngamuk."

"Ilfeel gak?" Suara Junkyu mengejutkan Haruto.

"Huh?"

"Liat kelakuan asli pacar lo." Sambung pria bermarga Kim itu.

Haruto tak tahu harus menjawab apa. "Eh.. ngga kak. Memang begitu dia, bahkam disekolah."

BRAK!

Bantingan pintu terbuka mengalihkan perhatian. Seketika mata mereka membulat melihat siapa yang datang.

"YEDAM!" Doyoung berlari kencang menerjang Yedam dengan sebuah pelukan. Yedam pun membalas pelukan itu tak kalah erat. Menyalurkan rasa rindu yang akhirnya terbalaskan.

"Hey? Hanya Yedam?" Mashiho merengut kesal.

Hyunsuk terkekeh kemudian menarik pemuda itu untuk duduk bersama mereka. Bergantian memeluk temannya satu-persatu.

"Mana oleh-olehnya?"

Sebuah tas kecil melayang ke kepala Junkyu. "Gue baru datang, lo bukan nanya kabar gue malah minta oleh-oleh."

"Gimana kabar lo?"

Mashi menatap Yoshi penuh suka cita. "Aw! Ini baru besti aku~"

"Ternyata alaynya masih sama." Asahi menggelengkan kepalanya.

"Oh jelas. Kalian mau tau? Mashi di Jepang gila abis. Jadi anak motor cuy!" Yedam mengambil posisi nyaman, bersandar pada dada bidang Doyoung.

"Pendek gini?" Semua menatap horor pada Jeongwoo.

"Apa? Coba ulang?"

"Pendek gini?" Ujarnya tanpa beban.

"PARK JEONGWOO!"

Dan terjadilah aksi kejar-mengejar antara hamster dan serigala. Bukannya melerai, mereka malah menertawakan nasib Jeongwoo.

Tawa Yedam terhenti karena tak sengaja menangkap orang asing yang berada di markas mereka. Ia berdiri mendekati orang itu.

"Siapa?"

"Cewe gue, bang." Bangga Jeongwoo setelah beberapa waktu lalu dijambak oleh Mashiho.

"Cewe? Serius?" Tanya nya tidak percaya.

Yedam melirik Jeongwoo dari atas hingga bawah. "Gue pikir lo gay."

"Gue bukan gay!" Tekan Jeongwoo.

"Pfft." Hampir saja Haruto melepaskan tawanya.

Ternyata tak jauh berbeda dengan Junghwan yang hidungnya sudah kembang kempis. "Are you sure?" Tanya nya sambil meminum soda.

"Yes."

Junkyu menatap Jeongwoo dengan tatapan menggoda. "Super sure?"

"Yes! Kalian kenapa sih?"

Tidak ada satupun yang bersuara lagi. Entah tidak mau memperpanjang masalah atau memang karena takut dengan perubahan suara Jeongwoo.

Yedam kembali duduk. "Oh, yaudah. Halo, gue Yedam. Nama lo siapa?"

"Yuri. Salam kenal." Haruto menggaruk tengkuknya kaku.

"Ayo pulang!" Mood Jeongwoo hancur. Lebih baik ia segera pergi daripada bersikap kasar pada temannya.






.





"Kita kekurangan informasi. Aku tidak bisa menebak pria itu hanya dengan foto." Rei memandang buku yang berisikan data siswa tanpa minat.

"Lo bener." Disahuti hembusan napas dari Haruto.

"Udah larut malem. Mending lo pulang." Pemuda itu mengemasi barang-barang yang berserakan.

Rei mengangguk. Namun, baru saja ia beranjak, sebuah telepon menghentikan langkahnya.

"Ibu?"

"Aku angkat sebentar, ya?" Tanya gadis itu yang diangguki Haruto.

Pemuda bermarga Watanabe itu melamun memandangi langit dari jendela kamar. Pikirannya berantakan.

"Yuri?"

"Ah? Ya?" Lamunannya buyar.

Si gadis menggigit bibir bawahnya. Ia sedikit ragu untuk mengatakannya.

"Kenapa?"

"Ibu menyuruhku untuk menginap disini karena sudah terlalu larut. Apakah boleh?"

Tidak ada jawaban. Pemuda itu sangat terkejut sampai-sampai bingung harus menjawab apa.

"Err.. b-boleh boleh saja.." Jawabnya ragu. Disatu sisi, ia seorang perempuan dimata Rei. Namun disisi lain, ia seorang laki-laki.

"Benarkah? Terimakasih!"

Anggukan kecil Haruto berikan. Lagipula, ia tidak memiliki gairah kepada gadis itu. Jadi, tidak apa-apa kan?

Setelah berpikir lebih lama, akhirnya ia menarik kasur tambahan yang ada dibawah ranjangnya. "Tidur disini, ga masalah, kan?"

"Tentu tidak!"







.








Tubikontinyu.

Gay >> JeongharuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang