5. EPILOGUE OF PROLOGUE

88 5 0
                                    

17 Juni 1993, Gua bawah tanah - dunia lapis ke-5

Dunia bergetar hebat. Lidah-lidah api menari-nari di udara sambil menghisap oksigen yang tersisa. Ratusan makhluk berwarna hijau gelap merangkak mendekati seorang wanita yang diselimuti oleh api yang ganas. Makhluk hijau tersebut berparas sangat buruk dan memberikan tatapan membunuh pada setiap orang yang menatapnya. Meskipun terlihat sangat liar, makhluk-makhluk tersebut tampak tunduk pada wanita yang berselimutkan api.

"Loncaaaa!!!! Teriak Gantha kepada wanita yang berselimutkan api tersebut.

"Kau sudah melihatnya sendiri bukan Gantha, kerusakan dunia harus dilakukan jika kau ingin dunia ini terhindar dari kemusnahan. Berhentilah menghalangiku melakukan tugas suci ini!" Lonca mengibaskan lengannya ke arah Gantha dan sebuah api yang liar segera menjilat kearah Gantha.

Gantha yang tidak terlalu gesit termakan oleh kobaran api tersebut, tubuhnya terbakar. Teriakan penuh sakit terdengar menggema di seluruh gua bawah tanah tersebut. Namun Lonca belum puas dengan hal itu dan memberikan sinyal pada makhluk-makhluk hijau untuk menyerang Gantha.

Puluhan makhluk hijau menyerang Gantha. Melumat dan mengoyak tubuhnya. Tak ada yang datang menyelamatkan manusia yang malang tersebut. Tidak jauh dari lokasi Gantha terkoyak, Sandhi tertusuk sebuah Kristal putih dan tubuhnya tertanam di dinding gua tanpa berdaya dan penuh luka. Galih tengah meregang nyawa dengan tubuh terpanggang.

Seorang gadis mungil bersimpuh di dekat wanita berselimutkan api, gadis tersebut adalah Naya. Wajahnya dipenuhi kesedihan, air mata mengalir deras dan sebuah kaliat terus-menerus keluar dari mulutnya.

"Hentikan semuan perlawanannya kak......"

..............................................................................................................................................................................

17 Juni 1993, Di sebuah hutan di dunia lapis ke-5. Lima jam sebelum kemunculan Lonca Obilinova

Dunia lapis ke-5 menyuguhkan pemandangan yang ajaib. Segalanya seperti pemandangan saat sedang menonton film 3D, terasa nyata dan dekat namun tak dapat disentuh. Naya, yang baru pertama kali menjelajahi dunia ini hanya bisa menatap ke segala arah mencoba memahami sedikit dari apa yang sedang ia lihat sedangkan otaknya sama sekali terdiam tanpa bias berpikir banyak.

"Kak Galih pernah ke masa depan?" Ucap Naya.

"Iya, tapi itu kita bahas nanti ya Naya, sekarang kita harus memasuki dunia lapis ke-5 ini."

"Huh? Jadi kita belum masuk dunia lapis ke-5?"

"Belum, kita masih berada di tempat yang kita sebut gapura tadi, semacam pintu gerbang antar dimensi. Dalam kondisi ini, kita hanya selevel hantu kacangan yang sering muncul di dunia kita. Dapat melihat namun tak dapat menyentuh ataupun melakukan aktivitas fisik lainnya, hanya mengamati. Kita akan melakukan petualangan disini, oleh karena itu kita perlu mencapai ke pintu keluarnya daan...tuh, udah kelihatan pintunya!" Ucap Galih.

Tidak begitu jauh dari tempat mereka berdiri, sebuah gapura yang mirip dengan pintu masuk sebelumnya terlihat cukup jelas. Secara perlahan keempat anak manusia tersebut berjalan kearah gapura tersebut.

"Dimana gapuranya kak?"

"Pintu keluar hanya bisa dilihat oleh pembuka gerbang, makannya jangan lepas tangannya ya"

Mereka pun memasuki gapura tersebut dan kini telah berhasil memasuki dunia lapis ke-5. Dunia lapis ke-5 sama sekali berbeda dengan dunia lapis ke-3. Alam saling berbisik dan menari...dan itu bukanlah sebuah ungkapan. Pepohonan dengan dedaunan warna-warni berjalan dan menggerakkan tubuhnya bagaikan sedang menari sambil mengeluarkan suara-suara asing bagai sebuah nyanyian. Pemandangan penuh warna dan indah bagaikan gambar di buku-buku dongeng anak-anak.

Reiva : AwalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang