2. Kawadaka

343 16 6
                                    

14 Juni 1993, Gem City

Ketiga anak manusia tersebut masih terdiam saling memandang satu sama lain. Naya dengan posisi terduduk dengan kaki menyamping dan kedua tangannya menopang tubuh mungilnya, menatap penuh harap untuk mendapatkan sebuah penjelasan mengenai apa yang sedang terjadi. Di hadapannya, dua orang pria dengan wajah kebingungan terdiam membisu. Gantha, pemuda berambut hitam dengan penampilan yang casual medorong Sandhi untuk mengucapkan sesuatu. Namun sepertinya pria tampan bertubuh kekar dan berpenampilan urakan tersebut tidak memiliki satu kalimat pun untuk diucapkan. Ketiganya kembali terdiam.

                Naya berdiri dan membersihkan roknya dari debu dengan menepuk-nepuknya dengan tangan. Hari itu sangat panas sehingga Naya menggunakan rok pendek dan kaos putih yang membuat tubuh mungilnya terlihat cantik. Terutama saat rambut panjangnya yang bergelombang tertiup angin. Ia kembali menatap dua orang laki-lai dihadapannya sambil menghapus air matanya.

                "Kak, apa yang terjadi sebenarnya?" Ucap Naya masih terisak-isak

                "Hm, justru kau yang seharusnya menjelaskan pada kami apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau masih ingat kejadian tadi Naya?" Ucap Sandhi

                Naya terdiam sejenak. Memalingkan wajahnya dan menatap ke arah yang tidak jelas sambil memainkan jari-jarinya. Mulutnya sesekali terbuka seakan ingin mengatakan sesuatu namun ia menahannya.

                "Baiklah, kita kembali ketempat tadi dulu saja. Kita bercerita sambil makan biar santai suasa..." Kruyuuukkk, suara perut Gantha menghentikan kalimat tersebut.

                "Itu sih lo aja yang kelaparan! Ya udah, ayo Naya, kita makan dulu. Anak ini kehilangan banyak energi setiap meledak, makannya harus langsung banyak makan." Ucap Sandhi sambil menarik Naya dan Gantha ke arah tempat makan sebelumnya.

                Mereka kembali memesan makanan kepada penjual makanan yang berjualan di sana. Naya  sebenarnya sedikit tegang kembali ke sana tapi seperti yang dikatakan oleh Sandhi, sepertinya tidak ada seorang pun yang mengingat kejadian tadi. Bahkan jejak kejadiannya pun sudah tidak terlihat. Darah yang membanjiri lokasi tersebut sudah tidak ada, tubuh Gantha yang tidak berkepala pun sudah lenyap. Semua orang menikmati makanan dan suasana sejuk food court dengan penuh senyum dan canda tawa. Meskipun begitu, kembali ke tempat seseorang "tewas" dengan cara mengerikan bukanlah hal yang mudah. Langkah Naya masih ragu saat Sandhi dan Gantha mengajaknya ke tempat duduk mereka sebelumnya.

                "Lo bilang mau menghidupkan kembali Reiva kan? Harus mulai terbiasa sama yang kaya gini, kembali ke tempat yang bikin lo trauma. Tes pertama nih." Jelas Sandhi sambil meletakkan makanannya.

                "Santai aja Naya, gw masih hidup kan? Ga ada yang perlu ditakutkan" Senyum Gantha

Naya diarahkan untuk duduk ditempat Gantha meledak dan sudah tentu Naya merasakan kengerian menempati tempat duduk kematian tersebut. Namun tidak untuk waktu yang lama karena saat itu Gantha sudah hampir menghabiskan nasi Padang porsi super yang dipesannya dan kini tangan kanannya mulai menggerayangi nasi pecel Sandhi sedangkan tangan kirinya mengarahkan gelas es teh manis ke mulutnya. Sebuah pemandangan yang mengalihkan pikiran Naya dari hal mengerikan yang dipikirkannya dan tanpa sadar ia sudah duduk dengan manis.

                "Naya, bisa berkomunikasi dengan alam..." Bisik Naya.

                "Eh? Apa Naya? Ucap Gantha dengan mulut penuh makanan.

                "Menurut kak Galih, Naya memiliki kemampuan berkomunikasi dengan alam. Namun Naya sendiri tidak tahu kalo Naya memiliki kemampuan tersebut. Karena itu kak Galih mengajak Naya masuk Reiva dan menyuruh Naya bertemu dengan kak Gantha, untuk menemukan kebenaran kemampuan Naya.."

Reiva : AwalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang