6. Yaga

84 9 0
                                    

17 Juni 1993, Gua bawah tanah - dunia lapis ke-5

"HAHAHAHAHAHAHA!!! Aku selalu menikmati setiap detiknya saat membunuh orang-orang sok pintar seperti kalian!" Teriak Gagrayan sambal mengarahkan rantai kristalnya kearah Sandhi namun rantai tersebut berubah seketika menjadi serpihan abu di udara.

"Hidup-hidup, itu perjanjian kita. Kau mendapatkan gadis alam itu dan aku mendapatkan ketiga pria ini." Ucap Lonca dengan nada tegas.

Gagrayan terdiam sejenak, senyum sinis masih tergambar diwajahnya saat menatap tajam pada Lonca.

"Kau sendiri yang hampir membunuh mereka, aku hanya berniat membantu mu yang mulia." Ucap Gagrayan dengan nada sinis. Ia membungkukkan tubuhnya sedikit.

"Anda terlalu berbaik hati wahai raja iblis." Balas Lonca sembari sedikit menunduk namun jilatan api dan ratusan makhluk hijau dibelakangnya siap menerjang Gagrayan.

Gagrayan tidak berpikir terlalu lama untuk segera memulai serangan terhadap Lonca. Rantai-rantai Kristal terbentuk di udara, sebuah keindahan yang menyilaukan namun dipenuhi aura membunuh yang sangat besar.

"Sudah cukup sampai disini kerja sama kita!" Lonca mengibaskan lengannya yang diikuti jilatan api dan lompatan para makhluk hijau kearah Gagrayan.

Rantai Kristal Gagrayan bukanlah lawan bagi jilatan api Lonca, namun para makhluk hijau yang terbakar api dengan sigapnya berlarian di atas rantai-rantai tersebut dan mulai menyerang Gagrayan dengan brutal. Taring dan cakar adalah senjata utama makhluk tersebut, tubuh dan lengan Gagrayan terkoyak di beberapa tempat dan mulai membanjiri lantai sekitarnya dengan darah.

Gagrayan bukannya tanpa perlawanan, ia melepas serangan rantainya dan memusatkan kekuatannya untuk mengeluarkan kristla-kristal putih dari lantai. Sebuah serangan yang sangat efektif untuk membantai makhluk-makhluk hijau menjijikan disekelilingnya. Kristla-kristal darah yang dihiasi seonggok daging tak bernyawa kini memenuhi ruangan tersebut, memantulkan cahaya-cahaya kemerahan di dinding penuh ukiran asing.

Lonca menghentikan serangannya, keduanya terdiam saling menatap tajam. Gagrayan dan Lonca telah selesai mengukur kekuatan masing-masing dan mereka menyadari satu sama lain adalah lawan yang tangguh dan tak dapat dikalahkan kecuali menggunakan kekuatan penuh yang pastinya akan berakhir dengan penuh luka. Keduanya hanya terdiam.

Dalam keadaan penuh ketegangan diantara keduanya, sesosok makhluk yang diselimuti asap tebal muncul di ruangan besar tersebut. Tubuhnya besar kekar, pakaian yang dikenakannya berbentuk seperti jubah berwarna keemasan. Wajahnya mirip dengan wajah domba dan tangannya dipenuhi dengan kuku tajam yang siap mencakar siapapun yang mendekat. Makhluk tersebut adalah penunggu bangunan bawah tanah tempat semua kejadian sebelumnya bertempat. Makhluk yang biasa disebut "Kaya".

"Kaya??!!!" Lonca terperanjat melihat makhluk tersebut.

"Kaya? Makhluk apa itu?" Tanya Gagrayan dengan nada santai, tanpa mengetahui bahaya yang sedang dihadapinya.

"Kaya adalah pemberi berkah leluhur, tuan raja iblis di masa depan" Ucap seseorang dari arah pintu gerbang.

"Siapa kau? " Tanya Gagrayan penuh aura membunuh.

"Reich Sicherheit, teman ketiga pria yang sedang sekarat disana" Ucap pria berambut pirang tersebut sambal menjunjuk ke arah tiga temannya yang terluka parah. Tubuhnya cukup kecil untuk ukuran seseorang yang berasal dari Jerman.

.

.

.

Suasana hening kini menyelimuti ruangan tersebut. Senyum sinis dan hawa membunuh dari Lonca dan Gagrayan sedikit mereda. Setiap individu saling menaksir kemampuan satu sama lain dan mencoba mencerna keadaan. Kaya yang berada di tengah-tengah kumpulan tersebut hanya terdiam, berdiri tanpa tergoyahkan.

"Apa maksudmu memangil Kaya? Kau tahu apa akibatnya bukan?!" Teriak Lonca kesal.

"Sang Kaya hanya akan datang jika sang pendatang di kuil leluhur memanggilnya. Setelah upacara pemanggilan dilakukan, Kaya akan memberikan sebuah kekuatan dan berkah leluhur...dengan sebuah syarat, kutukan lebih tepatnya. Kekuatan dan syarat yang diminta oleh setiap Kaya berbeda-beda dan sebelum pemberian berkah leluhur ini dijalankan....tidak ada yang bisa keluar dari bangunan ini." Ucap Reich dengan wajah penuh kemenangan. Dengan memanggil Kaya, ia memiliki peluang untuk menyelamatkan teman-temannya dan dengan sedikit keberuntungan, mengalahkan kedua makhluk sakti di depannya.

"Aku tidak perduli dengan leluhur!" Ucap Gagrayan sambal melancarkan serangan rantai kristalnya pada Kaya. Namun serangan tersebut sama sekali tidak mempengaruhi Kaya, bahkan berbalik arah menghajar Gagrayan yang membuatnya terhempas penuh darah.

"Sebuah tindakan yang gegabah tuan raja iblis di masa depan. Manusia adalah makhluk yang sempurna. Jauh lebih tinggi derajatnya daripada kalian para iblis busuk! Atas dasar apa kau merasa dapat mengalahkan Kaya yang merupakan karya terbaik manusia? Ahahahaha!!" Teriak Reicht dengan senyum menyeringai yang menyebalkan.

Sebuah rantai Kristal melesat dengan cepat ke arah Reicht dan memutus kepalanya dari tubuh. Badan tak berkepala itu kini berdiri sedikit lunglai dan akhirnya terjatuh.

"Kau terlalu banyak bicara." Ucap Gagrayan penuh kekesalan.

"Bodoh! Dia adalah kunci kita keluar dari bangunan ini! Kini salah satu dari kita harus menerima kutukan leluhur jika ingin keluar hidup-hidup!" Teriak Lonca penuh kemarahan.

"Ketiga orang sekarat disana bisa kita gunakan, kau terlalu khawatir Lonca." Ucap Gagrayan

"Manusia yang tidak memiliki nafas kehidupan yang cukup tak dapat menerima kutukan bodoh! Sekarang serahkan gadis alam tersebut."

"Aku punya ide yang lebih baik, bagaimana jika kau saja yang menerima berkah leluhur. Kau selalu membanggakan sejarah bukan, nona Lonca?"

"Aku sedang berbaik hati, serahkan gadis itu atau kau sendiri yang akan kupaksa menerima kutukan leluhur Gagrayan!" Ucap Lonca dengan mengobarkan kembali api miliknya.

"Kau tahu sendiri akibatnya jika melawan sang iblis bukan?" Kristal-kristal putih mulai beterbangan disekitar tubuh Gagrayan.

"Tentara iblis masih belum sebanding dengan kekuatan negeri ku. Menyerahlah."

"Hahaha! Kami adalah pembawa gendering perdamaian bagi dunia, kau tidak ingin dunia ini berakhir dengan kemusnahan bukan?

"Arka lah sang penabuh genderang perdamaian yang sebenarnya. Kalian para iblis hanya bermimpi menjadi pembawa kedamaian"

Gertakan demi gertakan dilancarkan oleh keduanya dan tanpa mereka sadari, tubuh tak berkepala sebelumnya kini telah berdiri tegak kembali. Bukan hanya itu, kepalanya sudah kembali berada di tempatnya dan berfungsi dengan baik.

"Hei, maaf jika aku mengganggu lagi, tapi ada yang salah dengan ucapan-ucapan kalian. Naya, si gadis alam yang sedang terduduk tak berdaya di sana, tidak dapat menerima berkah leluhur karena ia adalah gadis yang terpilih oleh alam. Jadi, kini tinggal kita bertiga. Siapa yang sebaiknya mendapat berkah leluhur?" Ucap Reicht dengan santai setelah bangkit kembali.

"Kau??!" Ucap Gagrayan tidak percaya pria dihadapannya masih hidup.

"Ini? Ini adalah trik kacangan di dunia sirkus, kalian terpedaya oleh trik kacangan seperti ini tuan raja iblis di masa depan dan nona keturunan Sapa Inca? Ahahaha" Ucap Reicht sambil menunjuk ke kepalanya yang segera menghilang tersembunyi di balik bajunya.

Ketiganya terdiam kembali.

"Baiklah, biarkan aku si manusia yang tak memiliki tahta apapun ini menyerahkan diriku untuk menjadi tumbal. Namun aku tidak ingin pengorbananku tanpa dihargai sedikitpun. Jadi, saatnya kita berdiskusi." Ucap Reicht sambil mengeluarkan sebuah belati dari kantungnya dan mengarahkan belati tersebut pada lehernya sendiri. Senyum menyeringai menghiasi wajahnya yang penuh kemenangan.

Reiva : AwalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang