Aku masih orang yang kaku, bahkan sampai sekarang. Aku merubah diri supaya diterima masyarakat, terutama yang seumuran denganku. Namun, aku menemukan kesulitan ketika bertemu orang-orang yang urat malunya sudah putus. Aku mematik rokok, aku sedang di luar (sudah pasti), bisa m*ti aku kalau coba-coba rokok di rumah. Lalu, seorang perempuan datang mendekatiku. Dia panggil aku kakak, (sudah biasa) dia pasti kira aku lebih tua darinya. Aku tahu dia, dia seangkatan denganku (sekarang aku kelas 11 semester awal), dia dari sekolah sebelah.
"Halo, kak. Boleh minta rokok, gak?"
"Oh, ya. Boleh."
B*ngsat, padahal aku beli 1 bungkus hasil dari sisihan uang jajan selama seminggu.
Aku berikan padanya rokok rasa madu ini 1 batang, aku hidupkan korek api, aku dekatkan pada ujung rokok yang sudah mengapit pada kedua bibirnya. Aku membakarkan rokok itu tanpa dia minta. Manja sekali, si*lan.
"Merk apa?"
"Esse."
"Oh, cewek 'kan memang biasanya Esse, ya? Pantas ringan rasanya"
Kau juga cewek padahal, gerutu 'ku dalam hati.
"Nama kakak siapa?" Tanya dia.
"Juli, kamu?" Jawabku.
"Aku Diana."
Oh, aku pernah dengar namanya. Rumornya dia lesbian, tapi apa urusannya denganku? Aku hanya dengar saja, katanya dia playgirl, kesana kemari bergandengan dengan berbagai perempuan setiap minggu. B*ngsat, tidak lelaki, tidak perempuan, kelakuannya sama saja, sok mempermainkan. Padahal mereka manusia, harusnya ada otak untuk berpikir kalau itu perlakuan yang amat kekanakan.
Aku menemukan fakta menarik selama aku hidup 16 tahun, orang-orang yang mempermainkan hati orang lain (dalam hal cinta-cintaan), seperti selingkuh dan bergonta-ganti pasangan: adalah orang-orang yang butuh validasi. Mereka ingin tahu apakah dirinya 'laku' atau tidak, jadi mereka memperbanyak pasangan, menyakiti banyak hati, hanya untuk memberi makan ego diri sendiri.
Seolah barang, mereka tes diri ke pasar apakah laku atau tidak. Menyedihkan, kalau kataku.
Kami mengobrol kecil, apa saja yang biasanya dibicarakan 2 orang yang baru saja kenalan? Hobi, cita-cita, sekolah, curhat tipis. Aku mencoba mengejar topik yang dia pancing, dia ini benar-benar mau menjadikanku target selanjutnya. Aku jadi mengerti, mungkin itu kenapa banyak yang mau dekat dengannya, dia mengaliri topik tiada henti, seperti kita berdua tiada lelah, obrolan jadi tiada akhir sampai pada titik dimana aku rasanya mau pulang saja karena energiku habis.
Aku pamit pulang darisana, minumanku juga sudah habis, padahal maunya di warung 'ya ngopi sendiri, tiba-tiba mahluk ini datang dan ngajak kenalan.
Gak jelas.
Sebelum aku benar-benar mau pergi ke parkiran, dia berjalan cepat dari belakang, dia sodorkan handphone. Dia meminta nomorku, dengan percaya diri yang tinggi.
"Uh, Insta saja, gimana? Aku gak hafal nomor hp ku," kataku.
Iya benar, aku jujur tidak hafal nomor hpku sendiri. Terima kasih, b*ngsat.
Dia buru-buru memencet layarnya, kemudian menyodorkan sekali lagi benda itu padaku. Aku ketik 'kan username Insta ku untuknya pada search bar, "lansung follow aja itu paling atas, bye!"
Aku kabur pulang ke rumah, akting sok sibuk seolah buru-buru pergi ke suatu tempat, padahal pulang pun rumahku tak lari dari tempatnya.
Sesampainya aku di rumah, aku mengecek hp ku. Disana ada 1 user yang mengikuti Insta ku.
"Wah, asli ni orang mau jadiin aku targetnya. Gila, ah."
Aku ikuti balik user dengan nama @.an99urmerah
Apa, sih? Alay banget.
Aku mencoba tidak peduli, aku mandi dan siap-siap ingin membuat tugas.
Jujur, tidak ada tugas yang paling bodoh daripada yang aku kerjakan sekarang. Aku sangat tidak peduli pendapat siapapun soal mencoba hal baru dan lainnya, aku benci sekali design, aku kira akan lebih banyak fotografi dan videografi, ternyata sekolah ini malah lebih banyak menyuruh muridnya design-design hal yang terlalu terkesan 'pemula'.
Menu makanan, poster layanan masyarakat, membuat animasi mobil (yang sebenarnya bergerak hanya bagian kedua ban-nya, burung-burung dan latar tempatnya), serta tugas menyebalkan lainnya. Peduli s*tan dengan semua keluhan dalam kepalaku, total sudah 2 jam aku mematung di depan layar komputer milik pamanku, apa yang sebenarnya mau aku lakukan? Aku sudah bolak-balik web FreeImage, lalu aku mencari yang cocok dengan warna biru, lalu aku tidak sengaja keluar dari web yang bagus, kemudian aku menemukan gambar .png penipuan yang latarnya tidak tranparan padahal itu adalah logo paling aku butuhkan untuk tugasku. Banyak sekali masalah.
Itulah penyebab aku menyerah, kemudian aku membuka game: Valorant. Aku bermain 5 match, semuanya kalah. Aku tambah stress.
Aku lansung tidur setelah itu, terserah bagaimana pun nasibku besok di ruang lab sekolah, aku sudah menyerah dengan design 'poster event musik' ku.
Peduli s*tan.
Aku agak telat hari ini, bel masuk kelas dan aku baru menginjakkan kaki di parkiran lantai 3. Memang murid idaman Waka Kesiswaan. Untungnya aku masih bisa cepat-cepat ke lab, dan untungnya guru tidak menyuruhku untuk mengambil kartu ijin masuk kelas. Mereka memang dasarnya gak peduli, sih.
Aku masuk-masuk saja dan duduk di bangku 'ku, guru di depan menyuruh kami melanjutkan tugas yang sudah diberikan dari kemarin, seperti dugaanku. Memang begini saja kegiatan kami sebagai anak Multimedia (diam di lab sampai pantat kami kempis), padahal aku sudah bermimpi indah setiap aku membayar uang SPP, setiap sebulan sekali aku menerima tanda tangan dibuku tipis bersampul biru itu, tapi tidak ada satu pun mimpiku yang nyata. Aku pikir akan banyak projek di luar ruangan, ternyata...ya, sudah ya. Sudah tahu begitu kenyataannya, berhenti mengeluh, deh. B*ngsat.
Aku sekarang lebih banyak mematung, ide-ide hanya terbesit, lewat begitu saja secepat kilat dalam kepalaku. Aku marah sekali, disertai kesal dan sebal. Apa perbedaanya? Ada, kok.
Menurutku, marah itu berapi-api. Kesal itu seperti marah, tapi cuman sebentar. Sebal itu lebih ke gemas, saking gemasnya ingin melempar seluruh wibu yang ada di dunia ini untuk disatukan menjadi sebuah benda bersejarah ajaib yang bisa memundurkan waktu sampai dititik sewaktu aku menjadi sperma, aku akan memilih untuk tidak lahir sama sekali.
Ya. Aku ingin balik menjadi kecebong putih, aku akan kalah balapan renang, supaya aku tidak membuahi sel telur, lalu berubah menjadi zigot, kemudian embrio sampai jadi janin dan diam dalam perut ibu selama 9 bulan, lalu lahir menjadi seekor bayi dan menjalani hidupku sekarang.
(Aku tidak tahu betul proses perubahan kecebong putih ke bayi, tolong jangan percaya mentah-mentah informasi diatas).
Aku mendengarkan 25 lagu selama berada dalam lab komputer sekolah, sampai aku ngantuk. Aku ingin tidur, tapi masih ada 5 menit lagi menuju jam istirahat. Designku sudah jadi, meski kata guruku jelek. Tapi, ini adalah usahaku, akan aku lanjutkan nanti saja lagi.
Kami akhirnya istirahat, aku ke kantin membeli makan. Ketika kembali ke kelas, tiba-tiba saja wali kelas sudah ada disana bersama dengan 1 anak perempuan agak tinggi di sampingnya.
Oh, aku tahu dia.
Diana.
B*ngsat, ngapain sekolah disini?
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Racun Dunia
Humorwlw. Warning! Banyak bahasa bersetubuh! Aku lebih percaya takdir suka permainkan nasib manusia, daripada memberikan pembelajaran. Dia suka memutarbalikkan bahagia ke siksaan, dan manusia sering bodoh dengan melindungi kecewa dibalik kalimat, "namany...