PROLOG

1.2K 179 770
                                    

"Kamu masih menjadi tokoh utama dalam hidupku, terima kasih telah hadir"

⚜️⚜️⚜️

Hallo teman-teman!!

Ini cerita kedua aku sebenarnya

Karena ada ketidaksesuaian nama tokoh dan juga aku kurang dapet feel saat menulis cerita pertamaku

Makannya aku un-publish

Dan kini aku hadir kembali dengan cerita yang mungkin masih ada sebagian cuplikan dari cerita lamaku hehe, tapi jangan bosen-bosen yaa baca ceritaku

Enjoy reading yaaw!!

⚜️⚜️⚜️

Seorang gadis manis sedang duduk di halte bis, menunggu hujan yang tak kunjung reda. Ia menatap langit yang masih menumpahkan segala bebannya. Naira Alhena Gendis, nama gadis manis itu. Langit semakin lama semakin gelap.

Naira menatap jam tangan di pergelangan tangannya. Sudah menunjukan pukul lima sore. Tidak ada tanda-tanda hujan akan berhenti. Di tatapnya kendaraan yang berlalu lalang, banyak orang yang berhenti untuk sekadar menunggu hujan reda maupun memakai jas hujan lalu pergi menerjang titik-titik air hujan.

Naira memeluk tubuh mungilnya, meredakan dinginnya angin yang berhembus menerpa kulit putih pucatnya. Pandangannya terpaku pada seorang lelaki tampan yang sedang membantu nenek dan cucunya menyeberang jalan. Dengan senyuman merekah dari lelaki itu, membuat hati Naira menghangat.

Senyuman yang mampu membuat semua kaum hawa terpesona. Dalam keadaan hujan yang begitu deras, tak melunturkan senyuman itu. Jantung Naira berdetak dengan cepat, apa artinya ini? Apakah ia jatuh hati dengan lelaki tersebut? Mungkin saja.

Lelaki tersebut menundukkan tubuhnya, menyamakan tinggi tubuhnya dengan nenek tua yang tadi ia bantu menyeberang jalan. Senyum itu, Naira seperti terhipnotis. Tanpa sadar Naira tengah tersenyum melihat interaksi mereka bertiga.

Sungguh manis senyumannya. Naira menajamkan matanya, membaca name tag yang tertera di seragam sekolahnya. Gabriel Cakara Wicaksono, nama yang indah. Seindah senyumnya.

Gabriel melambaikan tangannya, seraya berpamitan kepada nenek dan anak kecil itu. Langkah tegap itu, membawanya ke arah Naira. Tanpa Gabriel sadari, sejak tadi Naira menatapnya dalam diam. Ada perasaan kagum yang ada di benak Naira. Tidak hanya senyum nya saja yang indah, hatinya juga.

"Naira?" sapa seseorang yang sedang Naira tatap secara diam-diam.

"Masih nunggu jemputan Nai?" Gabriel menepuk-nepuk pundaknya. Berharap air yang menempel ditubuhnya sedikit berkurang.

"Iya kak." Naira mengeluarkan tisu dari dalam tasnya. Menyodorkan tisu tersebut di hadapan Gabriel. "Nih pake, wajah kakak basah."

"Makasih ya." Gabriel tersenyum menerima tisu itu.

Ya Tuhan!
Mengapa kakak kelas nya ini begitu manis?

Naira menganggukkan kepala sebagai jawaban.
Tunggu dulu, bagaimana Gabriel bisa tahu namanya?

Ia rasa, tidak banyak orang yang tahu namanya. Naira tidak terlalu pandai dalam bersosialisasi, hanya orang-orang tertentu saja yang tahu bagaimana sifat Naira yang sesungguhnya.

Mas CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang