VI

781 115 271
                                    

Gak usah berharap lebih, orang yang dia suka bukan kamu

⚜️⚜️⚜️

HAPPY READING!!

⚜️⚜️⚜️

Naira menatap langit yang semakin lama semakin menggelap. Gadis itu melirik jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul lima sore. Tidak ada tanda-tanda hujan akan berhenti menumpahkan tetes demi tetes beban yang telah di bawanya.

Di tatapnya kendaraan yang berlalu lalang, banyak orang yang berhenti untuk sekadar menunggu hujan reda maupun memakai jas hujan lalu menerjang titik-titik air hujan.

Gadis itu memeluk tubuh mungilnya, meredakan dinginnya angin yang berhembus menerpa kulit putih pucatnya. Pandangannya terpaku pada seorang lelaki tampan yang sedang membantu nenek dan cucunya menyeberang jalan. Dengan senyuman merekah dari lelaki itu, membuat hati Naira menghangat.

Senyuman yang mampu membuat semua kaum hawa terpesona. Hujan yang begitu deras, tak melunturkan senyuman indah itu. Jantung Naira kembali berdetak dengan cepat setelah melihat pemandangan di hadapannya itu.

Lelaki tersebut menundukkan tubuhnya, menyamakan tinggi tubuhnya dengan nenek tua yang tadi ia bantu menyeberang jalan. Senyum itu, Naira seperti terhipnotis.

Tanpa sadar Naira tengah tersenyum melihat interaksi mereka bertiga.

Naira sangat jelas mengenal siapa laki-laki tersebut, Gabriel Cakara Wicaksono. Seorang pria dengan tubuh tinggi dan wajah yang sangat tampan. Apalagi saat pria tersebut tengah menyanyikan sebuah lagu yang mampu membuat seketika mata Naira tak berhenti untuk terus menatapnya.

Gabriel melambaikan tangannya, seraya berpamitan kepada nenek dan anak kecil itu. Perlahan namun pasti, kaki pria tersebut mengarah pada gadis yang tengah duduk di halte bus seorang diri.

"Naira?" sapa Gabriel setelah pria itu berdiri di hadapan Naira.

"Masih nunggu jemputan Nai?" Gabriel menepuk-nepuk pundaknya. Berharap air yang menempel di tubuhnya sedikit berkurang.

"Iya kak," Naira mengeluarkan tisu dari dalam tasnya. Menyodorkan tisu tersebut di hadapan Gabriel. "Nih pake, wajah kakak basah."

"Makasih ya," ucap Gabriel seraya tersenyum dan menerima tisu tersebut.

Ya Tuhan!

Mengapa kakak kelas nya ini begitu manis?

Ingatkan Naira untuk sekedar bernafas karena sekarang gadis itu tengah menahan napasnya

Naira menganggukkan kepala sebagai jawaban. "Em, saya mau minta maaf kak."

"Minta maaf untuk apa?" Gabriel mengerutkan dahinya, "Maaf jadi ngerepotin kakak waktu MOS hari terakhir." ucap Naira sembari memainkan kuku jarinya.

"Engga ngerepotin sama sekali kok, malah gue seneng-seneng aja bisa bantu angkat lo ke UKS. Lain kali kalo lagi sakit gak usah di paksain untuk berangkat ke sekolah ya." ucap Gabriel dengan lembut. Naira hanya menganggukkan kepalanya pelan.

"Tunggu sebentar kak, bukannya kita belum pernah kenalan ya? Kok kakak tau namaku," ucap Naira penasaran. Sebab dirinya tidak pernah berkenalan secara langsung kepada Gabriel, dirinya hanya pernah di bantu sekali oleh kakak kelasnya ini saat pingsan di lapangan.

"Bukannya lo itu yang tadi kumpul di lapangan untuk ngikutin OPREC pramuka ya?" tanya Gabriel.

"Ya elah, gue nanya apa malah ditanyain balik." batin Naira.

Mas CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang