4

529 43 5
                                    

Pagi itu diawali dengan teriakan histeris seorang pelayan, dan kemudian semuanya berjalan dengan begitu membingungkan bagi Renjun.

Dia terbangun karena teriakan itu, dan langsung keluar kamar, mencoba mencari tahu apa yang terjadi.

Di pintu, dia berpapasan dengan Jaehyun yang sepertinya terbangun juga oleh jeritan itu, bersama-sama dengan beberapa pelayan lain mereka melangkah ke arah jeritan dan keributan yang mulai terdengar,

"Apa-apaan ini?" Jaehyun melangkah di depan Renjun, jelas sekali jengkel dengan keributan yang mengganggu tidurnya.

Lalu di ujung tangga langkahnya mendadak terhenti hingga Renjun menabrak punggungnya, "Oh Tuhan! Tidak..." Jaehyun berusaha mencegah Renjun menengok, "Jangan lihat."

Tapi Renjun sudah terlanjur melihat, ........di bawah sana, di ujung paling bawah tangga, ibunya terlentang dengan posisi aneh. Tangan dan kakinya patah, mencuat ke arah yang berlawanan, darah menggenang di belakang kepalanya, di mulutnya, di wajahnya, di dagunya hingga membasahi gaun tidur putihnya..... dan matanya melotot.... Penuh dengan ketakutan...

Tubuh Renjun langsung lunglai, hingga Jaehyun harus menopangnya.

"Telepon polisi."

Renjun lamat-lamat mendengar suara Jaehyun memberi perintah kepada beberapa pelayan yang mulai berkerumun, "Panggil dokter!!", perintah Jaehyun lagi... lalu kemudian kesadaran Renjun menghilang.

🦊

Renjun terbangun di kamarnya, dengan dokter membungkuk di atasnya, memeriksanya, tampak lega ketika melihat dia sadar,

"Dia sudah sadar Tuan Jaehyun".

Lalu Jaehyun mendekat, tampak pucat dan cemas, "Kau tidak apa-apa?" kecemasan tampak jelas di matanya, emosi pertama yang dilihat Renjun dari Jaehyun sejak perkenalan pertama mereka.

"Wendy...." suara Renjun menghilang.

Jaehyun menggenggam kedua tangan Renjun, tampak sedih, "Aku menyesal Renjun, aku sangat sangat menyesal..... Aku tidak tahu kenapa semua ini bisa terjadi, polisi ada di bawah... dan menurut mereka Wendy terpeleset di tangga, mungkin dia mengantuk..... aku.....", suara Jaehyun tampak tertekan, "Aku.... menyesal Renjun,"

Renjun mengamati kesedihan di mata Jaehyun dan air mata mengalir di matanya.

Ibunya telah tiada. Seberapapun buruknya hubungan mereka berdua, Wendy tetap ibunya, dan Renjun masih selalu menyimpan harapan kalau suatu saat nanti ibunya akan mencintainya. Sekarang Wendy telah tiada, dan harapan Renjun seolah-olah dipadamkan dengan kejam.

Tangis Renjun muncul, semula hanya isakan pelan, tapi makin lama makin keras tak tertahankan, dan Jaehyun langsung memeluknya menenangkannya. Mereka berdua berpelukan dalam kesedihan.

🦊


Jaehyun melangkah memasuki kamarnya, letih. Renjun sudah tidur, dokter terpaksa memberikan obat penenang karena Renjun tidak henti-hentinya menangis.

Polisi sudah membawa jenazah Wendy ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut. Para pelayan langsung bergerak cepat dengan instruksi Taeil, karpet yang penuh darah langsung diganti dan disimpan bersama barang-barang lain yang diminta, untuk diserahkan kepada pihak kepolisian. Selain itu semuanya di bersihkan, barang-barang Wendy yang masih tersimpan di kamarnya dibereskan dan dikemas dalam satu kotak. Dalam sekejap rumah itu sudah tampak seperti semula, seolah-olah tidak ada yang mati beberapa saat lalu di sana.

Sedikit masalah dengan wartawan, Jaehyun mengernyit. Mereka langsung berbondong-bondong mencoba mencari berita, seperti semut merubungi gula. Tapi pengamanan rumahnya yang ketat menyebabkan wartawan-wartawan itu hanya tertahan sampai pintu gerbang. Jaehyun hanya mengizinkan wartawan yang memperoleh
kualifikasi dari kepolisian untuk meliput TKP.

From The Darkest SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang