9

338 33 4
                                    

Pagi harinya Jeffrey mendengarkan pesan itu, yang diantarkan langsung oleh Johnny, orang
kepercayaannya yang sangat setia kepadanya.

Johnny bertubuh ramping dan kuat, lelaki itu memiliki keahlian membunuh yang sangat hebat. Jeffrey pernah menyelamatkan nyawanya dalam satu insiden dan lelaki itu mengabdikan kesetiaannya kepada Jeffrey.

Kepada Jeffrey, bukan kepada Jaehyun. Kalaupun dia melaksanakan perintah Jaehyun, itu karena dia tahu Jeffrey ada di dalam diri Jaehyun.

Johnny adalah salah satu dari sedikit orang yang tahu bahwa Jung Jaehyun memiliki kepribadian ganda. "Apakah kau sudah tahu di mana wartawan bodoh bernama Jeno itu tinggal?"

"Saya sudah tahu."

"Bagus. Kau dapat nomor kontaknya?"

Johnny mengangguk dan tanpa kata meletakkan sebuah kertas bertuliskan nomor ke meja Jeffrey, Jeffrey menelepon nomor itu.

Suara Jeno terdengar ragu menjawab di telepon itu. "Ya?"

"Ini Jung Jaehyun." Suara Jeffrey dingin dan tenang. "Katakan penawaranmu."

"Sebentar saya keluar dulu." Jeno tampak keluar dengan hati-hati, membuat Jeffrey langsung tahu, Renjun ada di situ, bersamanya. Senyumnya langsung mengembang.

"Aku menerima tawaranmu untuk wawancara ekslusif itu. Info apa yang kau punya tentang Renjun?"

Jeno begitu senang hingga tidak menyadari nada kejam dari suara Jeffrey, "Baiklah. Jam berapa saya harus siap ke rumah anda?"

"Besok jam sembilan,"

Dia mencatat dalam hatinya, besok jam sembilan pagi di rumah Jung Jaehyun. Dia akan mewawancari lelaki itu secara ekslusif. Dan malam ini dia punya kesempatan mewawancari Renjun. Betapa beruntungnya dirinya.

"Saya tahu di mana Renjun berada."

"Di mana?"

"Maaf tidak bisa saya katakan. Saya harus mewawancarai anda dulu, setelah saya mendapatkan berita baru saya beritahukan informasi itu."

"Dan bagaimana aku tahu kau tidak
membohongiku?"

Suara lelaki ini, meskipun lewat telepon begitu mengintimidasi. Pantas Taeil tampak ketakutan kepadanya, Jeno mengerutkan
keningnya, "Taeil..." gumamnya, "Anda mengenal kepala pelayan anda kan? Jadi anda tahu saya tidak berbohong."

Hening yang lama dan menyeramkan. Lalu Jeffrey bersuara. "Oke." Dan telepon pun ditutup.

Jeffrey masih merenung dalam senyuman sinis sambil menatap telepon itu ketika Johnny bertanya, "Anda akan menerima permintaan wawancara itu?"

Jeffrey mengangkat matanya dan menatap Johnny, tatapan membunuh ada di sana, meskipun bibirnya tersenyum, "Tentu saja tidak. Lelaki bernama Jeno itu bertindak bodoh dengan mengira bisa mempermainkanku. Dia tidak akan
hidup sampai besok jam sembilan untuk mewawancaraiku." Jeffrey terkekeh, "Malam ini kita akan memberikan kunjungan kejutan untuknya".




🦊




"Kita tidak jadi pergi?" Renjun mengerutkan keningnya. Dia sudah bersiap untuk pergi menemui teman lelaki bernama Jeno ini yang
katanya akan membantunya melarikan diri ke luar negeri.

"Temanku sedang ada urusan ke luar kota, jadi kita harus harus menunggu besok untuk menemuinya."

Mereka sedang sarapan kopi dan mie instant, karena hanya itu yang dipunyai Jeno di lemari dapurnya.

Renjun gelisah. Itu berarti dia akan tertahan di tempat ini satu hari lagi. Firasatnya mengatakan bahwa akan terjadi sesuatu yang buruk. Semoga saja Jeffrey tidak dapat melacak mereka. Tetapi Taeil pasti sudah mengusahakan yang paling aman untuknya bukan? Jeffrey pasti tidak akan bisa menghubungkan dirinya dengan Jeno.

From The Darkest SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang