CHAPTER 33 | KECEWA

7.3K 1.6K 150
                                    

SAVE ME AKAN TERBIT DI PENERBIT

id.squad

AWAL BULAN JUNI.

Pantengin terus akun Instagram id.squad buat info terbitanya Save Me.

Tokoh di cerita ini juga punya akun roleplayer di Instagram lho. Ayo follow buat interaksi sama mereka. Kalau kalian pengen ngehujat Tigu, hujat aja di akun Instagramnya.

Nih username akunnya.

@sadawiraa
@tigu_bavatman

OKEY

Sebelum baca vote dulu.

Minimal 1k komen dan 1k vote dulu buat update ke chapter selanjutnya.

Yang udah baca chapter ini minta tolong tag aku di Instagram ya

Are you ready?

® Happy reading ®

---000---

"Cakra nggak mungkin salah lihat, itu tadi ibu," ucap Cakrawala Sadawira.

"Ibu siapa? itu temen ayah," alibi Tigu.

"Temen?" Cakrawala mengekeh. "Temen yang mana? Cakrawala mau liat fotonya."

"Ayah nggak punya," jawab Tigu masih mencoba untuk tenang meskipun sebenarnya ia ketar-ketir.

Namun Cakrawala tidak berhenti begitu saja atas rasa penasarannya. "Sejak kapan ayah punya teman cewek?"

Tigu terdiam, bingung mau menjawab bagaimana mengingat saat ini Cakrawala bukan lagi anak-anak dan tidak mudah untuk dibohongi.

"Kenapa diem aja? JAWAB CAKRA!" Sentaknya. "Okeh, kalau ayah nggak mau jawab biarin Cakra masuk, Cakra mau liat sendiri."

Tigu masih berusaha menghalangi Cakrawala untuk tidak masuk ke dalam ruangan. Ia seperti sedang menyembunyikan rahasia besar di dalam ruangan tersebut.

"Itu memang teman ayah."

"Terserah mau itu temen ayah atau bukan."

"Kenapa kamu sampai sebegitunya?"

"Kenapa sebegitunya?" Cakrawala mengekeh lalu menatap Tigu lamat-lamat. "Karena Cakra sebelum ini juga pernah liat perempuan mirip ibu di rumah sakit itu, dan nama ibu Cakra juga Falguni!"

"Cakra cuma mau mastiin aja yang Cakra liat waktu itu bener atau bukan."

Tigu mengembuskan napas berat. Ia sudah tidak dapat berkata-kata lagi.

"Semoga yang Cakra pikirkan tentang ayah saat ini nggak bener," lanjut Cakrawala seraya menatap tajam Tigu.

Tigu terdiam beberapa saat lalu ia mengembuskan napas berat. "Itu memang ibu kamu," ucapnya pada akhirnya.

Cakrawala seketika terdiam. Tigu sudah tidak bisa berkutik lagi setelah dicecer pertanyaan oleh Cakrawala. Akan lebih baik kalau dirinya yang memberitahu anak itu daripada nantinya akan semakin kacau. Meskipun sebenarnya sudah sangat terlambat. Ini sangat sulit bagi Tigu, namun apa boleh buat. Namun bagi Cakrawala bagaimana pun cara penyampaiannya, kenyataan ini akan tetap sangat menyakitkan untuknya.

"Ibu kamu baru bangun dari koma," ungkap Tigu. "Saat itu kondisi ayah sedang kacau dan ayah tidak sengaja menabraknya."

Mata Cakrawala berkaca-kaca. "Jadi selama ini ibu nggak pernah ninggalin Cakra, tapi kecelakaan?"

"KENAPA AYAH NGGAK PERNAH BILANG SAMA CAKRA?!" Air mata Cakrawala jatuh. Ia sudah muak dengan kelakuan Tigu.

"Karena ayah nggak mau kamu benci sama ayah, maafin ayah. Ayah sama sekali nggak sengaja untuk menabrak ibu kamu."

"Selama ini Cakra selalu nganggep ayah itu seperti malaikat karena udah mau ngerawat Cakra dan sayang sama Cakra. Nggak kayak ibu Cakra yang udah ninggalin Cakra dan nelantarin Cakra. Tapi ternyata Cakra salah..."

"Cakra kecewa sama ayah."

Cakrawala menangis. Dadanya terasa sesak bukan main. Sakit sekali. Ternyata ayah yang selama ini ia anggap malaikat tidak lebih dari seorang jelmaan iblis.

"Ibu, maafin Cakra..." gumamnya dengan tangis sendu.

"Maafin ayah, Cakra. Ayah minta maaf." Mata Tigu berkaca-kaca karena untuk yang kesekian kalinya ia membuat anaknya terluka.

Tigu tidak ingin ada air mata lagi yang jatuh dari mata sang anak. Namun ia gagal, mati-matian ia menjaga anaknya untuk tetap bahagia. Tapi nyatanya kini anaknya justru menangis juga karena dirinya.

"Maaf? Hidupku hancur karena ayah! Aku kena BPD karena ayah! Mentalku berantakan juga gara-gara ayah!"

"Bukan seperti itu, Nak."

"Selama ini Sada nggak pernah nolak ketika ayah selalu manggil Sadawira sebagai Cakrawala karena Sadawira terlalu nggak enak buat nyatikin ayah yang udah nyayangin Sada. Tapi sekarang Sada sadar kalau ayah itu nggak pernah sayang sama Sada!"

"Ayah sayang sekali sama kamu Cakra..."

"AKU BUKAN CAKRA!" Sentak Sadawira. "Berhenti menjadikanku sebagai duplikat Cakrawala!"

"Ayah sudah terlanjur sangat menyayangimu, kasih sayang ayah tulus sama kamu, Cakra." Tigu berusaha memeluk anak di hadapannya.

Sadawira menepis tangan Tigu. "Ayah sayang karena ayah selama ini nganggep Sadawira itu sebagai Cakrawala. Anak kamu itu udah nggak ada!"

"CAKRAWALA UDAH MENINGGAL!"

"Dan kamu harus menerima kenyataan itu," lanjutnya.

Tigu diam membeku di tempatnya. Ia bagaikan tersambar petir disiang bolong ketika mendengar kenyataan tersebut.

Sadawira meninggalkan Tigu begitu saja, ia membuka pintu ruang rawat sang ibu yang sedari tadi berusaha di halangi oleh sang ayah. Ayah? Sadawira bahkan sangat muak untuk menyebutnya sebagai ayah.

Ia melangkah masuk ke dalam. Seorang wanita yang duduk sambil bersandar di kepala ranjang rumah sakit menatap Sadawira dengan bingung. Mata Sadawira berkaca-kaca.

"Kamu siapa?" tanya wanita itu dengan bingung.

"Ini Sadawira, buk."

"Sadawira?" Ia tampak berpikir sampai kemudian ia kembali berucap. "Anak ibu?"

Sadawira mengangguk.

Wanita itu seketika menampilkan ekspresi terkejut.

"Anak ibu sudah sebesar ini?"

Lagi, lagi Sadawira hanya mengangguk. Ia sudah tidak bisa berkata apapun lagi.

"Maafin ibu, Nak. Ibu nggak bisa bawain es krim buat kamu," ucapnya gemetar.

Air mata Sadawira sudah tidak bisa dibendung lagi, dipeluknya erat tubuh sang ibu yang selama ini selalu ia rindukan kehadirannya.

"Maafin ibu, kamu pasti sudah lama menunggu ibu," bisik sang ibu.

---000---

Siap buat lanjut chapter selanjutnya?

Jangan lupa follow akun Instagramku karena nanti akan ada chapter penting Save Me yang aku private

Username Instagram:

Caaay_

Ramaikan Save Me di tiktok pakai hastag
#savemewp

Semangat nabungnya!!!

©Written by Caaay | 2023

3. SAVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang