AUTHOR'S POV.
Malamnya chenle benar-benar tidak bisa tidur. Ada begitu banyak pertanyaan didalam kepala kecilnya. Tentang mengapa ayah begitu tega? kenapa harus chenle? apa alasannya? perjanjian macam apa yang telah bunda dan ayahnya buat dimasa lalu?
"arrghh," chenle mengerang sedikit frustasi diatas tempat diturnya. Ia sudah mencoba untuk tidur, namun nihil, suara bising dikepalanya terlalu mengganggu.
Tidak bisa dipungkiri, sebenarnya chenle sangat menyayangi ayahnya, sejak kecil ia selalu mau jadi seperti ayah, ayah itu kuat, ayah baik, ayah selalu menyayangi bunda dan dirinya, ayah itu.. keren.
Ayah memang tidak pernah meminta apapun kepada chenle. Ayah tidak menuntut nilai yang bagus, ayah selalu menerima hasil kerja keras anaknya. Mau jadi apapun kelak, anak ayah juga tetap menjadi anak ayah.
Memikirkan kebaikan dan kelapangan hati ayahnya, chenle jadi menangis sendiri, dia mulai berfikir apakah ini waktu yang tepat untuk membahagiakan ayah?
Chenle sadar dia masih anak SMA yang tidak bisa apa-apa, tidak punya apapun untuk dibanggakan kepada sang ayah. Apakah dengan menerima perjodohan ini akan membuat ayah senang?
Lama sekali chenle merenung didalam kamarnya sampai ia tidak sadar bahwa matahari sudah mulai mengintip dibalik awan diatas sana. Melihat hal itu, chenle memutuskan tuntuk pergi mandi dan berangkat ke sekolah tanpa pamit ke bundanya, tidak ada sarapan bersama seperti biasanya pada hari ini.
Setibanya di sekolah, sesuai dugaan, sepi. Chenle memarkirkan motornya, suasana benar-benar sepi. Hanya ada dirinya dan pak satpam yang kelihatannya sedang sibuk membukakan kunci ke setiap ruangan yang ada.
Setelah memastikan bahwa motornya terkunci stang tidak lupa menyapa pak satpam chenle pergi menaiki satu persatu anak tangga untuk mencapai kelasnya. Sebenarnya ia yakin bahwa kelasnya pun pasti belum terbuka pintunya.
Ketika sampai di lantai kelasnya chenle melihat ada seseorang berdiri menghadap ke lapangan. Dia terlihat seperti sedang melamun. Chenle cukup terheran sebenarnya, ternyata ada orang lagi selain dia dan pak satpam.
Sebenarnya chenle tidak berniat menyapa, tapi mau bagaimana lagi? semua kelas dilantai ini belum terbuka jadi mau tidak mau ya menunggu di pinggir pembatas sambil melihat suasana sepi lapangan dibawah sana.
Jarak antara chenle dan orang tadi sebenarnya cukup jauh, karena kini chenle berdiri tepat didepan kelasnya, sedangkan orang tadi berdiri membelakangi anak tangga.
Chenle melirik sekilas, dari samping dia terlihat seperti si tiang listrik yang belakangan ini selalu dipertemukan dengannya dengan berbagai keadaan yang chenle sebut kesialan.
"gue kira siapa.." Chenle bergumam lemah yang dapat didengar oleh jisung karena situasi yang begitu sepi. Menoleh sekilas jisung mengangkat bahu tidak peduli, toh dia merasa tidak pernah berkenalan secara resmi dengan pemuda bersergam yang barusan bergumam.
"nama gua Jisung btw." Jisung berkata santai tanpa menoleh sedikitpun. Chenle kebingungan, "lu ngomong sama gua?" Chenle bertanya,
"menurut lu?" jawab jisung yang mana sebenarnya itu bukan sebuah jawaban, "ditanya malah nanya balik, orang aneh." Chenle mencibir,
"udah gua bilang nama gua jisung, gua punya nama kali," tekan jisung. "yaudee sih santai aje." balas chenle
"lu?" jisung kembali bersuara setelah beberapa saat hening, "hah?" bingung chenle,
"ck, nama lu?" ---Jisung
"oh gua chen-" belum menyelesaikan dialognya jisung sudah berjalan masuk kedalam kelasnya. Chenle yang melihat itu melirik sinis, apa-apaan orang barusan, bertanya nama tapi pergi meninggalkan sebelum kalimatnya selesai terucap.
Chenle berbalik dan menghentakkan kakinya kesal sambil berjalan masuk kedalam kelasnya yang ternyata sudah terbuka pintunya.
hai.. gua muncul lagi...
habis ini mau ngilang lagiii, jadii
byeee~~
Maaf kalo gak jelas
KAMU SEDANG MEMBACA
chenji || into love'
Teen Fictionketika dua org yg sama sama gengsian dipaksa dan terpaksa nikah pas mereka bahkan masih sekolah menengah atas. ____________________ warn! bxb, bl, boyslove homo, gay ji - dom le - sub ____ start- 060721. end- ......