Hi!
💥 Harshword
(Hati hati gumoh, soalnya lumayan panjang.)
Happy reading!
Setelah menenangkan jisung, pintu rumah terbuka lebar, terlihat wajah di sulung yang sedang sumrigah namun saat melihat raut muka si kepala keluarga lantas senyumnya memudar lalu menunduk.
"Darimana saja kau, anak sialan?" Desis lelaki paruh baya itu. Terpantau marah haechan menghela nafas lalu mencoba untuk tetap tenang
"Maaf, aku baru pulang karena lombanya di tunda beberapa jam. Makanya bisanya pulang jam segini pa." Ucapnya terdengar dingin, sedang tak ingin ada perdebatan.
"Lalu menurutmu saya terlihat percaya dengan ucapanmu? Tentu saja tidak! Kau anak sulung ya Lee haechan! Jagalah sikapmu! Kau teladan kedua adikmu, jangan malah seperti anak sialan seperti ini! Tidak tau diri! Tuli! Kau hanya bisa mengecewakan ku!" Bentak nya tanpa perasaan, haechan yang awal senang dikarenakan menang. Sekarang itu hilang, rasanya tidak ada kata menang lagi didalam lubuk hatinya.
"Terserah papa." Finalnya lalu pergi dari hadapan lelaki itu. Moodnya sudah berantakan sekali karena ucapan si kepala keluarga Lee itu.
jaemin dan jisung tentu saja langsung menyusul, mereka tau jelas haechan marah, terlihat dari raut mukanya.
"Abang kami boleh masuk kan?"sibungsu meminta izin, tak ada jawaban maka dari itu mereka langsung membuka pintu itu.
Tubuh itu meringkuk, posisinya ia memegang kedua lututnya lalu wajah nya ia tenggelam kan antara lutut itu.
"abangg, pasti menang kan?" Tanya jaemin pelan, sepertinya mood haechan benar benar hancur sekarang. Bahkan ia tak berniat menjawab ucapan adik tengah ny itu.Jaemin menoleh pada jisung raut muka seperti bertanya, "apa moodnya hancur?" Ya kira kira seperti itu.
Jisung menatap kamar itu, seperti mencari sesuatu "nyari apaan?" Tanya jaemin, "kalau menang pasti ada perhargaan bang jadi pengen nyari," ucapnya berbisik. Yang pasti haechan tak akan mendengar.
Jaemin mengangguk pelan, ahaa Jisung mendapat yang ia cari. Lalu menunjukkannya kepada si tengah. "Itu bangg" ujarnya sambil tersenyum.
Bangga, haechan bisa meraih nya dan itu nasional. "ih keren banget abangg jisung" ucapnya menatap haechan.
Haechan tersenyum dalam diam, ucapan adik nya itu sedikit ampuh menata hatinya. "Iyaa abangg jaeminie juga." Sambung jaemin. Dua perkataan dari adik nya itu membuat nya senang, ternyata ada yang bangga jika ia menang.
"terimakasih" ia membatin, masih dengan perasaan senang. Pintu tiba tiba terbuka lebar, memperlihatkan sang ayah dengan raut marah. "papa kenapa?" Tanya jisung, "mana Abang sialan kalian?" Ujarnya, "Papa kenapa sih???!" Tanya jaemin kali ini sedikit dengan nada tinggi, tersulut emosi dia tuh. "Berani kau meninggikan suaramu hah!" kata nya. "Papa terlalu keras tau gak sih, mikir dong sekali kali!" ucapnya ketus. "Kurang ajar kau Lee jaemin! Kau berani melawan karena Abang tak berguna mu itu! Hah?" Keadaan mereka saat ini sedang tersulut emosi, auranya menyeramkan asal kalian tahu! jisung mengusap punggung jaemin sekedar menenangkan.
Jika dua duanya tersulut emosi,siapa yang akan mengalah iya kan?
"Stop! Berisik tau gak sih?" Ujar haechan dari sana, "halah anak gak tau di untung banget kamu!" Ucap nya sinis. "BERISIK GUA BILANG BANGSAT!" Ia berteriak,dia baru pulang ngerti sedikit bisa tidak sih?ia juga menang! Setidaknya ada senyuman yang ia terima!
Plak!
Suara nyaring itu akhirnya terdengar setelah dua hari lalu, tamparan itu mendarat di pipi si sulung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abang, Maaf | Nahyucksung [DIBERHENTIKAN]
Historia Corta[DIBERHENTIKAN] Satu atap, bukan berarti dekat.