Sepulang sekolah jaemin langsung masuk kedalam kamar, yang nyari haechan ia sedang ada perlombaan disekolah. Bukannya berniat mengganti baju, jaemin malah salfok pada amplop di meja haechan..
tak ingin ada rasa penasaran, ia pun membuka amplop tersebut..
Adik tersayang Abang.
Aku tidak akan menuliskan kapan aku mencatat ini, tapi yang aku ingin kalian berdua membaca pesan Abang.
Jaemin.. adik ku yang paling cuek terhadap sekitar, tapi aku yakin aslinya sifatmu anak yang penyayang. Jujur saja aku rindu melihat senyuman manis mu, terakhir Abang melihat senyuman mu saat kau menang lomba melukis. Ingat kan? Itu juga kali pertamanya kau mau memelukku. Aku tak akan melupakan saat itu.
Jujur saja, aku sangat iri padamu. Nilai mu selalu diatas 90, sedangkan diriku? jarang sekali.. tapi walaupun kau anak yang cuek, aku beruntung mempunyai adik seperti dirimu..
Maka selalu menjadi diri sendiri ya jaemin.. saranghae. Jikalau aku sudah menyerah, jaga Jisung dengan baik ya? Aku menyerahkan dia untuk dirimu..
Jaemin membaca pesan itu dengan saksama, ia yakin Abang nya itu kuat.. tidak mungkin ia memilih menyerah sekarang iya kan? Ia menyakinkan diri sendiri didalam hati.****
Empat jam berlalu, tak ada tanda bahwa haechan sudah pulang. Kedua adik nya itu panik, takut jika haechan di bully oleh sekawanan geng motor.
Sibungsu bahkan ingin menangis sekarang, namun ia segera merapalkan tangan untuk berdoa, "semoga abang baik baik saja ya tuhan" ujarnya dalam doa.
Berbeda dengan reaksi si papa ketiga anak, ia terlihat seperti berpikir negatif. Apa anak sulung nya itu mengikuti balapan? Atau bahkan berkelahi seperti adik keduanya?
Ekspresi nya terlihat menahan amarah yang akan memuncak, "papa tenang ya jangan mikirin hal aneh tentang abang aku yakin Abang masih di perlombaan.. atau mungkin dia menang?" Ujar si bungsu menenangkan. Tidak berhasil sih namun setidaknya ia sudah berusaha.
"Papa tidak peduli mau dia menang atau tidak, intinya telepon dia sekarang Lee jaemin." Ucapnya datar. Jaemin menoleh lalu mengangguk patah patah tatkala melihat aura sipapa yang mencekam. Ia membuka ponsel lalu mencari nama si Abang
Abang is calling
Raut muka jaemin seketika datar, nomornya tidak aktif. "Nomornya tidak aktif pa.." ujarnya. "Ssh, anak itu selalu saja begitu!" Ucap papa marah.
"Lagian siapa sih yang nyuruh dia ikut perlombaan g jelas seperti itu? Kamu ya?" Tanya papa, "tidak, bukan jaemin atau jisung. Kepala sekolah yang menyuruh Abang untuk ikut pa." Jawab si bungsu. "Masa sih? Saya tidak akan percaya, mana ada orang tuli di percayakan mengikuti lomba." Ucapnya kelewat santai. Jisung mengepal tangannya. Yang benar saja?! Abangnya dipanggil tuli oleh orangtuanya sendiri. "Papa keterlaluan tau gak!" Jisung marah.
Jaemin sontak menoleh, mengelus punggung si bungsu. Ia tidak ingin ada perdebatan. "Sudah jangan diladeni sung" bisiknya.
Setelah itu...
hai!
Mulai besok aku gabakal update ya,
Sampai Sabtu mingdep sore keknya hehe.
Tenang malam Sabtu update kok!
Udah disiapin kokkk💌Jangan lupa votee bestiee 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Abang, Maaf | Nahyucksung [DIBERHENTIKAN]
Cerita Pendek[DIBERHENTIKAN] Satu atap, bukan berarti dekat.