Jodoh???

8.2K 341 54
                                    

Haii.....comeback again. Hehehe...

Langsung cuss aja ya.

*******************************************

Ardian POV

Akhirnya sampai juga aku di kantorku. Aku bergegas ke ruanganku di lantai 10. Di lantai ini khusus ruanganku, Tian dan meja sekretaris di luar. Tampak Ana berdiri saat aku berlari kecil.

"Pak, Ibunda anda ada di dalam," kata Ana, sekretarisku.

"Ok, Trims," balasku segera berlari menuju ruanganku diikuti Tian.

Aku mengetuk pintu pelan kemudian masuk. Kulihat Bunda sedang duduk di sofa membaca majalah. Aku mencium tangan Bunda dan memeluk Bunda.

"Bunda..maaf menunggu lama. Bunda kenapa tidak telepon dulu kalau mau kemari? Jadi Bunda kan tidak menunggu lama," kataku lembut

"Tidak apa-apa, nak. Bunda ingin memberi kejutan untukmu," balas Bunda lembut dan tersenyum. Senyum yang menyejukkan hati. Seperti senyum kakak cantik. Eh? Kenapa Kakak cantik lagi si? Wah...benar-benar sudah kena syndrome Jeanis ni. Jeany manis. Hahahaha....

"Nak? kamu ada apa? Kenapa tertawa sendiri?" tanya Bunda kebingungan.

Tampaknya secara tidak sadar aku tadi tertawa membayangkan kakak cantik.

"Ah, tidak ada apa-apa, Bun," jawabku sambil mengelus tengkukku.

"Benar?" tanya Bunda tidak yakin.

"Ah...bohong itu Bun si Ardi. O ya, Selamat siang Bunda," sapa Tian ke Bunda sambil mencium tangan Bunda. Tian ini selalu seenak jidat dia. Ini anak mau bilang apa lagi? Huhh...

"Siang, Ari. Maksud kamu apa tadi?" tanya Bunda tampaknya penasaran dengan kata-kata Tian tadi. Sial..

"Hmm.... sebenarnya Ardi bukannya sedang tidak ada apa-apa, Bun. Tapi...sedang sakit sepertinya," kata Tian sambil terkekeh. Huhhh....tu kan benar-benar seenak jidat dia kan kalau ngomong.

"Memang Ardi sakit apa, nak?" tanya Bunda khawatir.

"Ardi tidak sakit apa-apa, Bun. Tian aja yang ngaco," sanggahku sambil melotot ke arah Tian.

"Ardi, kamu benar tidak apa-apa,nak? kenapa Ari bilang kamu sakit?" tanya Bunda lagi.

"Hanya Tian yang tahu apa maksud kata-katanya, Bun. Sudah tidak usah memperdulikan Tian. Dia sedang kumat usilnya, Bun," kataku mengajak BUnda duduk kembali di sofa.

"Ah...Di, kamu kan memang lagi sakit. Kenapa ga jujur ke Bunda," kata Tian lagi yang membuat Bunda semakin bingung dan aku semakin melotot ke dia.

"Iya, Bun. Ardi tidak sedang baik-baik saja. Dia terkena penyakit. nama penyakitnya : Jeanis Sindrome," tambah Tian yang kontan membuatku terkejut. Darimana dia dapat istilah itu. Itu...itu... kan yang ada dalam pikiranku tadi. Tian kadang seperti cenayang. Bisa menebak isi pikiranku.

"Jeanis sindrome? Apa itu Ari? Bunda tidak pernah tahu ada penyakit yang namanya Jeanis Sindrome," tanya Bunda bingung.

"Iya, Bun. Ini sebenarnya bisa dibilang penyakit yang tidak berbahaya. Tapi kalau dibiarkan bisa jadi berbahaya. Pengidap penyakit ini kadang bisa senyum-senyum atau tertawa sendiri. kadang bisa tiba-tiba marah. Kadang bisa misterius. Tidak berbahaya. Tapi tidak bisa dibiarkan, Bun," jelas Tian yang kemudian mendapat hadiah jitakan dariku.

"Adddooowww.... Kamu kalau mau mukul bilang donk Di. Supaya aku bisa siap siaga," kata Tian sambil mengelus kepalanya.

"Kamu itu ya. Jangan ngaco de, Tian. Jangan bikin Bunda bingung".

My Beloved Ex StudentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang