Saat itu aku sedang duduk memandang pohon disamping rumah kami dengan bosan. Biasanya aku pergi bersama ayah dan kakak untuk mencari kayu di hutan.
Hari ini mereka justru memarahiku. Katanya aku seorang gadis, memang apa masalahnya? Bukankah lebih baik jika aku ikut bersama mereka dari pada membuat penggorengan gosong seperti sekarang?
Barangkali aku memang tidak berbakat mengurus pekerjaan rumah, jadi seharian ini aku hanya bisa diam melihat ibu dan adik perempuanku membereskan segalanya.
"Mau dengar sebuah cerita?"
Aku menoleh dan mendapati ibu sudah duduk di kursi sambil melepas celemek kotornya.
"Bagaimana dengan pekerjaan Ibu?"
Aku masih memandang ke arah jendela. Berharap bisa melihat ayah yang berjalan menuju rumah bersama kakak, tetapi yang kulihat hanyalah angin yang menggerakkan dedaunan.
Ibu tersenyum menatapku, tahu persis apa yang kupikirkan. Bahkan saat aku berbalik matanya seolah mengatakan, "Mereka tidak akan pulang secepat itu". Terlalu sempurna-mengerikan.
Aku mengerutkan keningku. Kuputuskan untuk duduk di samping ibu, menghadap jendela-tentu saja-agar jika sewaktu-waktu mereka pulang aku bisa melihat dan menghambur memarahinya.
"Seseorang akan menyelesaikannya," katanya.
"Oke."
Kuikuti pandangannya. Jauh menerawang ke arah langit-menembus jendela kayu rumah kami.
❇
Ada seorang gadis yang hidup pada zaman kegelapan, saat dimana para iblis memulai ekspansi mereka, saat bumi sedang dalam keadaan sekarat.
Alam hancur, air menjadi kotor, tanah-tanah kering, tumbuhan mati, bahkan jika kau menghirup udara di tempat yang salah hukumannya adalah "nyawa".
Bumi menangis, tetapi langit tidak mendengar teriakannya oleh karena itu hujan tidak turun.
Suatu ketika, api yang selalu dibenci muncul mengimbangi keadaan alam. Api yang hangat, api yang bersinar paling terang, api yang sarat akan harapan, cahaya yang dirindukan.
Semua orang akan tahu bumi ini hidup, begitu pun dengan sang api. Ia hidup dalam diri seorang gadis. Gadis yang akan mengalahkan para iblis dan menaklukan dunia.
Meskipun tidak ada yang pernah melihatnya. Tidak ada yang tahu wujudnya, tidak ada yang mengerti tentang hatinya. Orang-orang yakin bahwa gadis itu adalah seorang malaikat.
Karena kemampuannya ia dikenal sebagai "Treaterra". Dua kata dari bahasa lama, "trea" yang artinya memiliki pengaruh, dan "terra" merujuk pada bumi.
Treaterra adalah dewi pelindung bumi.
Mungkin kau tidak akan memperhatikannya, karena dia hanyalah seorang gadis. Di kehidupannya dia hanyalah manusia biasa.
Namun di sisi lain dia berbeda. Jika kau bertemu dengannya dan menatap matanya, kau akan tahu dia istimewa. Dialah sang api. Cahaya pemberi harapan.
Dia berusaha dan memulai takdirnya. Dia menghadapi apa yang ada di depannya. Dia yakin akan menang meskipun dia lemah, meskipun dia memiliki seribu kekurangan.
Ini adalah kisah abadi yang tidak memiliki awal dan akhir.
Tamat.
❇
"Cerita ini milik Etna, seorang penulis yang sangat dikenal pada masanya. Tulisannya selalu menjadi masa depan, kalimat dalam bukunya seperti sebuah ramalan. Ironisnya, karena itu pula cerita ini terdengar seperti omong kosong. Menurut orang-orang ini adalah karya terburuk yang pernah dibuatnya. Dia gagal, kemudian jejaknya tak pernah ditemukan.
"Tahun-tahun berlalu, Etna tak pernah kembali. Ceritanya menyebar luas, tetapi bukunya hanya ada satu di dunia. Dia sengaja tidak mempublikaskan buku itu karena dia tidak ingin menjualnya. Kisah ini dibuat untuk orang yang berharga baginya. Kau tahu, Sayang, kenapa di akhir cerita tertulis bahwa kisahnya tidak memiliki awal dan akhir?"
"Nggak."
Ibu tersenyum.
"Hanya gadis dalam cerita yang dapat menulis awal dan akhirnya... bagaimana menurutmu?"
"Gadis itu terdengar bodoh."
Setelah itu ayah datang.
❇
Untukmu dimanapun kau berada, Yumeko Estra--ibuku tersayang yang sering menceritakan padaku kisah-kisah konyol yang sulit kumengerti, cerita-cerita milik Etna. Aku berterimakasih padamu, juga keluarga ini karena telah menerimaku. Walaupun kau terus ngotot ingin dipanggil "ibu".
"Biar bagaimanapun kehidupanku adalah pemberian kalian, aku yang dulu terurai dalam kegelapan, aku yang hancur dalam kehidupan, yang buta akan dunia.
Kemudian kalian datang dan mencoba menyentuhku, kalian mencoba untuk membunuhku, tetapi kalian bangkitkan aku kembali, menciptakan diriku yang baru.
Akhirnya aku terlahir sekali lagi, entah untuk keberapa kalinya... ."
Barangkali untuk menceritakannya aku harus memulai dari awal, tujuh tahun yang lalu, saat kalian datang memungutku.
Art by :
Demizu Posuka / Japanhttp://posuka.iinaa.net
-v-
KAMU SEDANG MEMBACA
Treaterra : Lack of Clarity
PoetryKemudian takdir mempertemukan segalanya. Api dan air. Kemampuan dan batasan. Kutukan dan doa. Dia dengan para Yumeko--orang-orang yang terikat tangannya. Tidak ada apapun yang tersisa, kecuali ketidak jelasan dan misteri tanpa batas. Persis seperti...