Perjalanan menuju Urls memakan waktu kurang lebih dua setengah jam dengan menumpang kereta barang--kendaraan pertama yang dapat dijumpai dalam situasi sempit yang baru saja Zu alami. Pemiliknya tampak enggan menapakkan kaki lebih jauh ke dalam kota perbatasan tersebut. Menjelaskan alasan diturunkannya Zu beberapa meter dari gerbang kota.
Terlepas dari tempatnya yang busuk dan dipenuhi jelaga, Urls tetaplah pusat ekonomi Emithra. Kabarnya semua dapat dijual dan dibeli disini--termasuk barang-barang ilegal yang masuk lewat pasar gelap.
Searah dari gerbang kota, melewati menara pengawas, dan menerobos sedikit lebih jauh ke dalam hutan, terdapat jalan setapak yang berujung pada pondok uzur mengerikan di ujung pasar Urls.
Naik kereta, Urls, gang terakhir gerbang kota, hutan, gunung.
Mengikuti arahan Kohara, Zu berusaha masuk kedalam bangunan sekarat itu. Ubin kayunya berderit kencang ketika diinjak. Benar saja begitu berjalan beberapa langkah, seseorang membuka pintu seret yang juga mengeluarkan suara mengerikan.
Seorang pemuda jangkung muncul diambang pintu. Rambut panjangnya cerah dan diikat kebelakang. Zu dapat melihat sesuatu yang menjanjikan dari wajahnya yang menyenangkan. Dengan senyum ramah pemuda itu bertanya.
"Ada yang bisa saya bantu, Nona?
Sigap Zu merogoh kantong celananya dan memperlihatkan kunci milik Kohara. Setelah ber "ah" paham pemuda itu lantas mempersilakannya masuk. Zu berjingkat--agar ubin yang diinjaknya tidak terlalu berisik--mengikuti si pemuda jangkung.
Kondisi dalam bangunan itu sedikit mengejutkan. Tidak seperti bagian luar yang memprihatinkan, di dalam sana hangat, nyaman dan menenangkan. Bau obat-obatan herbal berkumpul memenuhi udara termasuk bau teh yang familiar oleh indra penciuman Zu.
Pemuda itu mempersilakan Zu duduk di dekat jendela. Saling memperkenalkan diri dengan hormat kemudian.
"Elueen--Elueen Hickory."
"Azurine Houilee."
"Nama yang bagus. Seperti warna langit." Elueen tersenyum. "sepertinya orang itu memintaku untuk menyembunyikanmu disini ya... ."
Orang itu, Kohara. Zu mengangguk.
"Saya sudah mendengar beritanya, Nona." "Karena anda sudah disini berarti kalian telah membuat semacam kesepakatan."
Sekali lagi Zu mengangguk membenarkan.
"Gampangnya kami telah menculikmu dari para prajurit penjaga perdamaian. Sayang sekali kami tak bisa menyembunyikanmu selamanya. Apa kau memiliki rencana kedepannya, Nona?"
Zu menunduk cukup dalam.
"Ada," balasnya kemudian.
Elueen tersenyum menyenangkan.
"Baiklah! Aku tak akan ikut campur urusan orang dalam, kalian bisa atur itu 'nanti'," jelasnya. "Kau suka teh, Nona?"
Zu mengiyakan, entah untuk peryataan pertama atau kedua. Elueen kemudian mengangguk, lantas pamit undur diri untuk menghilang diantara rak-rak tinggi toko.
Kedua tangan Zu saling mencengkeram di atas meja. Beberapa waktu yang lalu, dia baru saja mengiris lengannya demi melarikan diri. Kenyataan bahwa sekarang dia sedang beraliansi dengan Yumeko Kohara, membeberkan rahasianya, dan duduk di toko kecil di penghujung pasar Urls sambil menunggu Elueen membawakan teh untuknya justru terasa sangat tidak nyata. Seandainya di lengan itu terdapat bekas luka, apakah semuanya akan berbeda? Seandainya memang begitu, mungkin dia tak akan beraliansi dengan si Yumeko. Barangkali dia sudah menyusul kakaknya ke surga. Justru lebih baik seperti itu, setidaknya begitulah isi pikiran Zu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Treaterra : Lack of Clarity
PoetryKemudian takdir mempertemukan segalanya. Api dan air. Kemampuan dan batasan. Kutukan dan doa. Dia dengan para Yumeko--orang-orang yang terikat tangannya. Tidak ada apapun yang tersisa, kecuali ketidak jelasan dan misteri tanpa batas. Persis seperti...