-Part 1-

4K 266 71
                                    

Halo teman-teman. Senja akhirnya kembali, tapi dengan versi baru. Alurnya bakalan diganti walaupun masih ada beberapa alur yang dulu. Pokoknya kali ini bakalan lebih seru. Jadi, kalian jangan skip ya. Tetap saja baca dari awal sehingga akhir💗

*

Senja merupakan waktu matahari menuju terbenam. Senja dikaitkan dengan perasaan cinta dan rindu yang menggambarkan keinginan Rosie Skyler, sosok yang tidak pernah dihargai oleh sang Papa, sehingga takdir memilih untuk membawanya 'pulang'.

Orang-orang bilang, senja itu juga dikaitkan dengan kesedihan, karena senja hanya muncul untuk sementara dan ianya akan langsung pergi setelah menampilkan keindahannya.

Senja berbeda dengan pelangi yang datang setelah turunnya hujan. Pelangi muncul setelah badai menerpa, sementara senja pula muncul ketika malam akan tiba, namun ia langsung pergi dengan membawa keindahannya.

Jika orang-orang diluar sana menganggap keluarga yang diketuai oleh Askara bersama istrinya iaitu Herlina adalah keluarga yang bahagia, ianya tidak sepenuhnya salah, namun tidak juga sepenuhnya benar.

Diluar, mereka memang seperti keluarga yang cukup harmonis. Tapi, tidak ada siapa-siapa yang tahu tentang teriakan dan isak tangis yang sering memenuhi rumah mewah mereka itu.

Rosie Skyler adalah bukti yang menyimpan seribu luka yang ditorehkan oleh ahli keluarganya sendiri.

Bahagia? Ck, hidupnya jauh dari kata bahagia. Jika kebahagiaan muncul, penderitaan langsung akan menyusul sehingga dirinya tidak bisa menikmati kebahagiaannya itu.

*

Hanya dentingan sendok yang kedengaran diruang makan mewah milik keluarga Askara. Mereka yang berada dimeja makan hanya bisa menunduk dan fokus menikmati makanan mereka tanpa mengeluarkan suara.

"Rosie," suara datar pria yang dipanggil Askara itu membuatkan Rosie, anak ketiganya itu menegang.

"I-Iya Papa?" sahut Rosie menunduk takut.

"Berapa hasil nilai ujian matematika kamu kali ini?"

Rosie menelan ludahnya dengan kasar. Ketakutan akhirnya menghampirinya "E-Enam puluh. Maaf Pa,"

Askara sontak murka "Bagaimana bisa!?"

"Sudah As. Bukankah Rosie sudah melakukan yang terbaik? Nilainya sudah semakin meningkat bukan?" Herlina mula membela sang anak.

"Kamu jangan ikut campur! Aku tahu caranya untuk mendidik anak-anak aku!" sentak Askara kepada sang istri.

Inilah sesuatu yang dibenci oleh Herlina. Suaminya itu memang sosok keras kepala. Andai bisa, sudah lama dia ingin pergi meninggalkan suaminya itu, namun dia masih memikirkan sosok anak-anaknya yang membutuhkan dirinya.

"Seperti biasa, kamu memang anak yang tidak berguna! Apa kamu tidak bisa pintar seperti ketiga saudara kamu itu hah!?" Askara kembali memarahi sosok Rosie.

Sang anak yang dimarahi pula hanya mampu menunduk dan menggigit bibir bawahnya. Matanya juga sudah berkaca-kaca. Hatinya sakit. Sang Papa sentiasa membandingkan dirinya dengan ketiga saudaranya itu.

"Sekarang pergi kekamar kamu dan belajar!" arah Askara.

Tidak ingin kembali memancing emosi sang Papa, Rosie terburu-buru berlari kekamarnya tanpa menghabiskan makan malamnya walaupun saat ini dia memang masih merasa lapar.

Askara menghembuskan nafasnya dengan kasar, lalu dia beralih menatap anak pertamanya "Jisoora,"

Anak pertamanya itu menatapnya "Iya Pa?"

"Bagaimana dengan project kita di Busan itu?"

"Semuanya berjalan dengan lancar Pa. Mereka setuju untuk menjadi investor kita," jelas Jisoora.

Askara tersenyum dan beralih menatap Jenniefer, anak keduanya yang kelihatan cuek itu "Bagaimana dengan kamu Jen?"

"Aku sekarang lagi menyiapkan skripsi aku" sahut Jenniefer dengan malas.

"Ingat Jen, lulus lah dengan nilai yang tinggi agar kamu bisa melanjutkan business seperti kakak kamu," ujar Askara yang hanya dibalas anggukan oleh Jenniefer.

Seterusnya, Askara beralih menatap Lalice, anak bungsu kesayangannya itu "Kamu juga ujian bukan? Berapa nilai ujian kamu?"

"Nilai aku 90 Pa," sahut Lalice.

"Kamu memang pintar, tidak seperti kembaran kamu itu," puji Askara yang sudah tersenyum bangga kepada sang anak "Papa akan memberikan hadiah untuk kamu. Apa yang kamu inginkan?"

"Aku mau memesan makanan untuk cemilan yang bisa menemani aku belajar nanti malam. Apa bisa Pa?" tanya Lalice.

"Baiklah. Pesan saja apa yang kamu inginkan," balas Askara membuat Lalice tersenyum.

*

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam dan Rosie masih belajar dimeja belajarnya walaupun dia tidak bisa sepenuhnya fokus gara-gara perutnya yang masih merasa lapar itu.

Tok tok tok

Ceklekk

Badannya menegang karena dia berfikir itu adalah sang Papa, namun tebakannya salah. Ternyata itu adalah Lalice, kembarannya.

"Lice? Kenapa kamu kesini?" tanya Rosie.

"Diam Rosie," bisik Lalice lalu dia menghampiri Rosie dan meletakkan satu piring ayam goreng dimeja belajar kembarannya itu "Aku tahu kamu lapar. Habiskan ayam itu. Aku akan kembali ke kamar aku," dengan segera Lalice kembali kekamarnya sebelum sang Papa melihatnya.

Mata Rosie berkaca-kaca. Dia memang gampang tersentuh dengan perhatian kecil dari saudara kembarnya itu.

Persaudaraan antara Jisoora, Jenniefer, Rosie dan Lalice tidak seperti yang dibayangkan oleh orang-orang diluar sana.

Askara membatasi pergaulan mereka sehingga mereka harus bersembunyi untuk saling memberi perhatian. Gara-gara itu juga kedua kakak Rosie dan Lalice itu kelihatan cuek walaupun jauh didalam lubuk hati mereka, mereka menyayangi kedua adik kembar mereka itu.






Tekan
👇

Senja(SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang