-Part 26-

1.1K 165 30
                                    

Disepanjang perjalanan menuju ke sekolah, Rosie hanya melamun menatap kearah luar jendela. Ada banyak beban pikiran yang ada dibenaknya itu sehingga dirinya merasa bingung.

"Rosie," panggilan dari Chandra menyadarkan Rosie dari lamunannya.

"Iya Bang?"

"Apa kamu ada masalah?" tanya Chandra "Abang bukannya ingin masuk campur sama urusan kamu, tapi mungkin Abang bisa membantu kamu,"

Rosie tersenyum tipis "Bagaimana Abang bisa membantu aku disaat aku sendiri bahkan tidak bisa membantu diri aku? Setiap hari, aku bangun dari tidur dengan suasana hati yang kosong. Aku merasa kesepian,"

Chandra membasahi bibir bawahnya. Dia sepertinya dapat menebak alasan Rosie berkata seperti tadi.

"Abang tahu kamu kuat. Ini hidup kamu Rosie. Kamu yang berhak menentukan langkah kamu. Abang tahu kamu menghormati Tuan Askara, tapi kamu tidak bisa mengikuti semua arahan Tuan Askara kalau arahan dia buruk untuk kamu," nasihat Chandra.

"Aku tidak punya pilihan. Jika aku membantah, aku bakalan dipukul. Apa lagi pilihan yang aku ada?"

Chandra terdiam. Tenggorokannya seakan tercekat. Dia tidak mempunyai jawaban untuk pertanyaan itu.

Bersamaan dengan itu, mobil yang dikendarai oleh Chandra akhirnya tiba didepan gerbang sekolah. Seperti biasa, dia akan menghantar Rosie disana, dan dia akan menunggu gadis itu di cafe seberang.

"Kalau ada apa-apa, kabarin aku," ujar Chandra.

"Iya Bang. Terima kasih," Rosie berganjak keluar dari mobil.

"Rosie!" Lalice yang sudah menunggu di gerbang, langsung saja merangkul pundak gadis itu.

"Kenapa belum masuk?" tanya Rosie.

"Aku menunggu kamu lah," sahut Lalice.

"Pasangan kembar yang manis huh,"

Mereka sontak menatap kearah sosok yang bersuara itu.

Lalice mendengus "Lo mau apa lagi si!?" kesalnya.

Ternyata sosok itu adalah Alya, sepupu si kembar yang cukup menyebalkan.

"Gue hanya ingin memastikan kondisi Rosie si," balas Alya. Dia menatap Rosie dengan tatapan remeh "Bagaimana rasanya tidak dianggap sama Papa?"

"Yakk!" Lalice berseru dengan marah "Jaga omongan lo!"

"Lice, jangan," Rosie berusaha menahan emosi Lalice.

"Tidak bisa dibiarkan Rosie! Gadis gila ini sudah keterlaluan!" balas Lalice.

Rosie menghela nafasnya dengan kasar, dan tatapannya tertuju kearah Alya "Mendingan kamu pergi. Jangan bikin keributan disini,"

Alya menggedikkan bahunya dengan acuh "Gue hanya mau ngomong sama lo, kalau nanti Om Askara sudah menyiapkan sesuatu yang special untuk lo," dia menepuk pundak Rosie sebelum kakinya melangkah pergi dari sana.

"Gadis gila itu!" umpat Lalice dengan marah. Lalice cukup membenci sepupunya itu. Gara-gara gadis itu, Rosie selalu saja terlibat dalam masalah. Gadis itu juga yang sering mengadukan semua yang Rosie lakukan kepada Askara sehingga Rosie menerima amukan dari Askara.

"Sudah lah Lice. Abaikan saja dia," jika Lalice adalah api, Rosie adalah air yang akan menenangkan Lalice. Mereka berdua memang pasangan kembar yang saling melengkapi.

*

Jenniefer berjalan dengan langkah kaki yang terburu-buru untuk memasuki mobilnya. Kelasnya itu batal, jadi dia memutuskan untuk pulang daripada dirinya harus melihat sosok Vion yang terus mengganggunya.

"Jen, tunggu dulu!" Vion memegang tangan Jenniefer.

Sudah pasti gadis itu langsung menepis tangan sang cowok "Kamu kenapa si ada disini!? Kamu bukan siswa di kampus ini!"

"Aku mau ketemu sama kamu Jen. Kenapa juga kamu blokir nomer aku?" balas Vion.

"Sudah aku bilang, aku sama kamu itu tidak ada apa-apa hubungan! Aku juga sudah bilang sama Papa aku kalau aku tidak menerima perjodohan kita ini! Stop gangguin aku!" kesal Jenniefer.

"Tapi aku sudah tertarik sama kamu Jen. Aku janji akan menjadi suami yang baik untuk kamu. Kalau kamu tidak ingin menikah, kita bisa tunangan saja duluan,"

Jenniefer berdecak kesal. Kenapa si cowok didepannya itu suka bertindak seenaknya saja?

Tidak ingin berlama-lama lagi, Jenniefer bergegas memasuki mobilnya sebelum dia menjalankan mobil itu untuk pergi dari sana.

Tapi Vion tidak tinggal diam. Dia bergegas menyusul Jenniefer menggunakan superbike miliknya.

Vion bahkan mensejajarkan superbike nya disamping mobil Jenniefer. Diketuknya jendela mobil Jenniefer berkali-kali membuat gadis itu tidak bisa fokus.

Tanpa sadar, Jenniefer sudah memasuki jalur yang berbeda.

Tin! Tin!!

Sontak saja Jenniefer membanting stir mobilnya dengan panik sehingga mobil itu menabrak sisi pohon sebelum bergulir diatas jalanan.

Sementara Vion, dia sempat menghentikan superbikenya.

Cowok ini terbeku dengan matanya yang menatap mobil Jenniefer yang sudah hancur itu.

Dengan ketakutan, dia langsung menjalankan superbikenya untuk pergi dari sana.

Nafas Jenniefer sudah memburu. Dia masih berada didalam mobil dengan kondisi yang sudah lemah. Kepalanya terus saja mengeluarkan darah segar.

Seketika ingatannya kembali kepada sosok sang adik.

"Kakak tidak akan melepaskan kamu pergi. Apa pun yang terjadi, Kakak akan mempertahankan kamu. Jadi kamu juga harus kuat untuk bertahan,"

Kejadian ini membuat Jenniefer tidak yakin kalau dia bisa menepati janjinya kepada sang adik.

"R-Rosie, maafin Kakak," lirihnya sebelum matanya tertutup dengan deru nafasnya yang semakin melemah.





Ada kabar bahagia buat kalian nin. Cerita senja ini lolos pensi loh! Akhirnya buku ini akan segera diterbitkan.

Ayo bantu aku pilih cover

Kiri untuk softcover, yang kanan untuk hardcover. Setuju ga??



Tekan
   👇

Senja(SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang