-Part 22-

888 155 38
                                    

Hari libur merupakan hari istirahat bagi orang-orang, namun ianya tidak berlaku bagi anggota keluarga Askara.

Sejak dari pagi, Askara sudah berangkat untuk bermain golf bersama teman-temannya, meninggalkan banyak pekerjaan untuk anak pertamanya.

"Ini hari libur Kak. Untuk apa juga Kakak ke perusahan si," protes Jenniefer.

Jisoora menghela nafasnya dengan kasar "Kakak tidak ada libur Jen. Papa sudah memberikan banyak pekerjaan untuk Kakak,"

"Seharusnya Kakak protes sama Papa. Kakak itu manusia, butuh istirahat juga," dumel Jenniefer.

Jisoora tersenyum tipis. Andai bisa, dia juga ingin berada dimansion dan menghabiskan waktunya bersama saudaranya, namun tuntutan sang Papa membuat dirinya terpaksa mengorbankan masa istirahatnya.

"Kakak janji akan pulang awal," ujar Jisoora.

"Kakak," Lalice bersama Rosie menghampiri keduanya.

"Lice, kamu mau kemana?" tanya Jenniefer ketika melihat sang adik yang menggedong tas.

"Aku harus ke sekolah untuk latihan," sahut Lalice "Bu Jian juga ada disana untuk membantu aku," lanjutnya menjelaskan.

"Jadi sekarang Kak Jisoora sama kamu tidak bisa libur huh?" gerutu Jenniefer.

"Kak Jisoora tidak libur?" sambar Rosie.

"Kakak harus ke perusahan," ujar Jisoora.

"Latihan kamu selesai jam berapa Lice?" tanya Rosie.

"Mungkin sekitar jam 5,"

Rosie beralih menatap Jisoora "Kakak pulang kerja jam berapa?"

"Mungkin jam 7 malam,"

"Apa bisa Kakak pulang jam 5?" pinta Rosie.

"Ada apa memangnya?" bingung Jisoora.

"Aku akan mengirim lokasinya. Pastikan jam 5 Kakak ke sana ya," ujar Rosie.

"Ke mana si?" bingung Jisoora, begitu juga dengan yang lain.

"Ada dong," sahut Rosie dengan senyuman "Lalice, pastikan nanti kamu juga kesana ya. Nanti aku kirim lokasinya,"

"Okay," balas Lalice tanpa membantah.

"Kamu hanya mengundang Kak Jisoora sama Lalice? Bagaimana dengan Kakak? Kamu tega meninggalkan Kakak!?" protes Jenniefer dengan pipinya yang menggembung lucu.

Rosie terkekeh "Kak Jen tenang saja. Nanti kita kesana bersama kok. Lagian hari ini hanya kita berdua yang libur, jadi kita bisa menghabiskan waktu bersama sebelum kita berkumpul bersama Kak Jisoora dan Lalice di lokasi yang aku berikan," jelasnya.

"Ngomong-ngomong, dimana Mama?" tanya Lalice.

"Mama tadi sudah keluar. Katanya ada urusan sama temannya si," sahut Jisoora "Kamu mau berangkat sekarang? Biar Kakak saja yang menghantar kamu,"

"Boleh deh," sahut Lalice.

Setelah berpamitan, Lalice bersama Jisoora akhirnya berlalu pergi meninggalkan mansion.

"Sekarang apa yang akan kita lakukan?" tanya Jenniefer; menatap Rosie.

Sang adik sontak cengesan "Aku lapar Kak,"

Mata Jenniefer melotot "Hey, kita baru saja sarapan 1 jam yang lalu,"

"Tapi aku butuh cemilan,"

Jenniefer menggeleng heran. Adik pertamanya itu memang suka makan.

"Ya sudah. Kakak akan bikin mie. Apa kamu mau?"

"Boleh tu Kak,"

Jenniefer akhirnya berganjak ke dapur, sementara Rosie memutuskan untuk ke kamarnya.

Setibanya dikamar, Rosie bergegas meminum vitamin yang diberikan oleh sang Papa.

Sejujurnya, Rosie merasa aneh dengan vitamin yang diminumnya itu. Badannya juga seakan memberi reaksi yang aneh, namun Rosie berusaha berpikiran positive.

"Tidak apa-apa Rosie. Mungkin vitamin ini benaran bisa bikin lo pintar seperti saudara lo," gumamnya menyemangati diri sendiri.

*

Sementara itu di lapangan golf, Askara kelihatan tertawa bersama teman-temannya.

"Tuan Askara kita memang hebat," puji Toni "Tuan bahkan bisa mengurus anak-anak Tuan dengan baik walaupun Tuan sibuk mengurus business,"

Askara tersenyum bangga "Anak kedua saya nanti bakalan segera lulus kuliah. Saya yakin dia bisa melanjutkan business saya seperti anak pertama saya itu,"

"Andai bisa, saya ingin sekali menjadikan anak Tuan Askara sebagai menantu saya," ujar Kinan.

"Apa kamu lupa kalau Jisoora sudah punya tunangan?" balas Askara.

"Bukan sama Jisoora. Tapi saya tertarik sama Jenniefer," jelas Kinan.

"Tapi, saya mendapat kabar kalau Tuan Askara akan menjodohkan Jenniefer sama anak Tuan Agga," sambar Toni.

"Itu benaran?" tanya Kinan.

Askara tersenyum palsu. Dia masih ingat dengan jelas setiap ancaman anak-anaknya itu "Itu hanya perbicaraan diantara saya sama Tuan Angga. Lagian, saya tetap membutuhkan persetujuan dari Jenniefer duluan. Jika dia tidak setuju, saya tidak akan memaksa,"

Toni dan Kinan tersenyum "Ternyata Tuan Askara bukan hanya sosok yang hebat, tapi Tuan juga sosok suami dan ayah yang baik untuk keluarga Tuan. Anak-anak Tuan beruntung karena bisa mendapatkan Tuan sebagai ayah mereka," ujar Toni.

Askara hanya tertawa palsu. Andai saja teman-temannya itu tahu sikapnya yang sebenar, sudah pasti reputasinya akan hancur.

"Saya juga lagi berusaha menjadi ayah yang baik untuk anak-anak saya," ujar Kinan "Saya tidak peduli tentang nilai mereka. Selagi mereka sihat, saya sudah cukup bersyukur. Apa pun yang bisa membuat mereka bahagia, saya tidak akan menghalang mereka untuk melakukannya. Lagian, saya yakin mereka masih tahu batasan mereka karena saya sudah mendidik mereka dengan baik,"

Kata-kata Kinan itu sontak membuat Askara tertohok.

"K-Kalian tidak malu jika anak kalian mendapatkan nilai yang buruk?" tanya Askara dengan kaku.

"Untuk apa harus malu? Lagian, anak saya sudah berusaha yang terbaik. Sebagai seorang ayah, saya hanya bisa mendukungnya," balas Kinan.

Toni menepuk pundak Kinan "Kamu memang ayah yang hebat. Kebahagiaan anak-anak adalah segala-galanya bagi orang tua,"

Askara sontak terdiam. Lidahnya sudah menjadi kelu untuk bersuara.

"Apa selama ini gue sudah terlalu keras sama anak-anak? Tapi, itu juga demi kebaikan mereka," batinnya.





Tekan
   👇

Senja(SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang