-Part 21-

950 158 46
                                    

Dari kejauhan, Chandra terus menatap sosok Rosie yang lagi menikmati senja. Pria ini memutuskan untuk tidak mendekat, karena dia ingin memberikan Rosie waktu untuk menenangkan pikiran.

Lagian, tadi Chandra juga sudah mendapat pesan dari Jenniefer yang bertanya dimana keberadaan Rosie. Sekarang Chandra yakin Jenniefer akan segera menyusul.

Tidak lama kemudian, mobil yang dikendarai oleh Jenniefer berhenti tepat didepan mobil Chandra.

"Abang," panggil Jenniefer; berganjak keluar dari mobil.

"Rosie ada disana," lapor Chandra.

"Abang bisa pulang. Nanti Rosie pulang sama aku saja," ujar Jenniefer.

Tanpa membantah, Chandra akhirnya berlalu pergi dari sana dengan mengendarai mobilnya.

Jenniefer pula sudah menghampiri Rosie dengan langkah yang perlahan-lahan.

"Rosie,"

"Kak Jen!? Kenapa Kakak ada disini?" kaget Rosie.

Jenniefer berganjak duduk disamping Rosie "Kakak ingin menikmati senja bersama kamu. Apa salah?"

Senyuman sontak muncul dibibir Rosie "Tidak ada yang salah. Malah, aku semakin senang karena bisa menikmati senja bersama orang-orang yang aku sayang,"

Jenniefer meletakkan kepalanya diatas pundak sang adik "Bagaimana perasaan kamu saat ini?"

"Buruk," jujur Rosie.

"Kamu marah sama Lalice?"

Rosie menghela nafasnya dengan kasar "Aku tidak marah sama Lalice. Aku hanya kecewa. Rasanya seperti aku dikhianati sama kembaran aku sendiri,"

"Rosie, kamu harus tahu kalau Lalice tidak ada niatan untuk mengkhianati kamu. Dia terpaksa. Kamu juga tahu bukan pengaruh Papa itu bagaimana? Tidak ada siapa-siapa yang mampu mengabaikan arahan Papa,"

"Aku tahu Kak! Tapi hati aku tetap sakit. Aku tidak sanggup membayangkan Lalice yang menggantikan posisi aku di lomba nyanyian itu," balas Rosie dengan suara seraknya.

Matanya juga sudah berkaca-kaca, bahkan air matanya akan mengalir keluar jika dia mengedipkan matanya.

Jenniefer akhirnya membawa Rosie bersandar didadanya "Kakak mengerti perasaan kamu. Tidak apa-apa, kamu tenang saja duluan. Kita serahkan saja semuanya kepada takdir. Mungkin sekarang bukan saatnya untuk kamu mengikuti lomba nyanyian itu. Semua yang terjadi didalam dunia ini pasti ada alasannya. Dan itu adalah rahsia Tuhan. Kita hanya bisa mengikutinya karena Tuhan pasti sudah menyiapkan sesuatu yang baik untuk kita,"

"Terima kasih Kak. Aku merasa sedikit tenang sekarang," ujar Rosie.

"Apa kamu suka bermain alat music?" tanya Jenniefer secara tiba-tiba.

Rosie mengangguk "Apa Kakak lupa kalau dulu aku sering memainkan guitar punya Oma? Tapi sekarang guitar itu sudah dibuang sama Papa," keluhnya diakhir.

"Ayo ke toko alat music," ajak Jenniefer.

"Untuk apa?" bingung Rosie.

"Untuk membeli guitar buat kamu,"

"Tapi nanti pasti bakalan dimarahin lagi sama Papa,"

"Kita bisa merahsiakannya dari Papa. Kamu simpan saja guitar itu didalam kamar Kakak. Papa tidak pernah memasuki kamar Kakak, jadi Kakak yakin guitar itu akan selamat,"

Gara-gara terlalu senang, Rosie secara reflek memeluk Jenniefer dengan erat "Sayang Kak Jen banyak-banyak!"

"Kakak juga sayang sama kamu," balas Jenniefer, mengelus kepala Rosie dengan lembut.
*
Mendengar langkah kaki yang memasuki mansion, Lalice terburu-buru berlari menghampiri pintu.

Senja(SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang