3

66 13 20
                                    

Seorang gadis berambut sepinggang berjalan begitu cepat hingga tidak menyadari kedatangan remaja bernama lengkap Justin Sebastian Orlando. Justin tentu saja mengepalkan tangannya lantaran melihat sosok itu berdekatan dengan seorang laki-laki. Sebab ia sangat cemburu terhadap cewek cantik bernama Zevanya Aurora Zaskianna.

"Zaskia, ke sini Lo, gue heran deh kok bisa genit banget sama cowok, padahal wajah Lo aja jelek banget!" panggilnya kepada Zaskia yang terlihat berbincang-bincang dengan seorang laki-laki berbadan tinggi tegap.

Zaskia mendengar orang memanggil namanya tentu saja menoleh ke arah Justin. "Apaan sih, Justin Lo mending diem, gue sama Reno lagi ngomongin hal penting, sini Justin kalau mau ikutan."

"Palingan bahas pelajaran matematika, mending gue pergi saja, karna otak gue terlalu bodoh saat bersaing sama kalian berdua."

"Lo nggak bodoh, cuma males belajar, padahal pelajaran matematika itu asyik dan menyenangkan, bener,'kan Zaskia?"

"Bener banget."

Justin mendengar perkataan Reno tentu saja tidak bisa mengelak dari kenyataan bahwa ia sangat membenci pelajaran matematika. Sebab, Justin selalu mendapatkan nilai paling rendah ketika dibandingkan dengan Jordan saudara kembarnya. Hal itulah yang membuat Justin selalu dibanding-bandingkan oleh kedua orang tuanya.

Namun, di sisi lain Justin memutuskan tetap tinggal bersama kedua orang tuanya. Meskipun begitu Justin juga harus kerja keras dengan mengumpulkan uang karna orang tuanya nggak pernah memberikan uang sepeserpun. Justin tentu saja tidak meminta bantuan orang tuanya ketika terjadi sesuatu.

"Justin, katanya mau pergi, kok malah melamun, kesambet baru tau rasa Lo," komentar Zaskia kepada Justin yang masih berdiri kokoh di hadapannya sembari menjinjing ransel di tangannya.

"Ini gue mau pergi, cerewet banget sih Lo." Justin tentu saja meninggalkan Zaskia bersama Reno dan ia memutuskan menuju ke kelas yang di sana terlihat anggota Alistair gang menyambut kedatangan Justin.

"Justin, nanti malam Damian ngajak tanding, bagaimana Lo ada waktu nggak,"  beritahu Leon kepada Justin untuk menghadapi Damian yang merupakan musuh bebuyutan Alistair gang.

"Kira-kira jam berapa, karna gue mau kerja paruh waktu, baru bertanding melawan Damian."

"Jam delapan malam, tumben banget Lo kerja paruh waktu, memangnya uang Lo udah habis, padahal baru dua hari, itu pun senilai sepuluh juta." 

"Karna semua uang itu gue tabung, kalian tau sendiri, orang tua gue hanya memberikan uang secukupnya itupun jumlah kecil.

"Justin, itu beneran, lo nggak pernah dianggap, sedangkan Jordan hidup bahagia bersama orang tua, kalau misalnya gue jadi Lo juga milih tinggal sendiri daripada hidup dengan orang yang hampir tidak pernah menganggap ia ada." 

Justin hanya menganggukkan kepalanya kepada Eric. Namun, begitu anggota Alistair gang juga menawari Justin untuk tinggal bersama orang tua mereka yang memiliki pekerjaan bermacam-macam. Justin memutuskan menolak karna tidak nyaman menginap apalagi saat berada di rumah Leon.

Sebab, keluarga Leon menyambut hangat kedatangannya dan selalu memasak makanan kesukaan Justin hingga membuat Leon kesal. Namun, sebenarnya Leon juga senang berteman dengan Justin. Meskipun ia merupakan putra sulung pemilik Valencia Hospital yang juga bekerja di bidang real estate.

***

Jam istirahat telah berbunyi tepat pukul sepuluh pagi Zaskia segera membangunkan Justin yang tampak tertidur.  Zaskia membisikkan sesuatu kepada Justin untuk mengajaknya ke kantin dan secara tiba-tiba Justin terbangun. Semua orang yang berada di kelas seketika menutup mulutnya sambil berbisik-bisik.

"Zaskia, Lo beneran mau traktir makan." Justin mengajukan pertanyaan kepada Zaskia yang merupakan sahabat dekatnya sejak sepuluh tahun yang lalu.

"Iya, gue beneran, terserah Lo mau beli apa bakal gue kabulkan."

"Wah, tumben banget baik, padahal Lo itu terkenal perhitungan, iya deh gue bakal beli apapun itu."

Zaskia tentu saja menatap tajam ke arah Justin sembari mengepalkan telapak tangan lantaran merasa sangat kesal. "Mau nggak nih, kayaknya di mata Lo itu gue serba salah." Dia segera berjalan mendahului Justin hingga membuat cowok itu seketika heran.

"Zaskia, tungguin gue!" panggil Justin kepada Zaskia yang sudah menjauh dari hadapannya hingga ia memutuskan untuk berlari mengejar Zaskia.

Di kantin terlihat hiruk pikuk semua penghuni sekolah yang tampak mengantri untuk mendapatkan makanan. Zaskia tentu saja menerobos ke kerumunan orang karena ia males menunggu gilirannya. Namun, secara tiba-tiba terhimpit di antara mereka yang sedang berdesakan dan untuk saja Justin melihat.

Justin segera menolong Zaskia yang lututnya tampak mengeluarkan darah segar mengucur deras dan lekas membopong tubuh Zaskia. Semua orang yang berada di sana seketika pandangannya ke arah Justin.  Apalagi semua murid perempuan seketika merasa jantungnya berdetak kencang karna Justin ternyata orangnya romantis.

"Justin, buruan turunin gue, apalagi banyak orang menatap kita, memangnya Lo nggak malu jadi pusat perhatian di sekolah ini," ungkap Zaskia lantaran merasa malu berada di gendongan cowok paling populer di seantero sekolah.

"Gue kira kagak punya malu, karna biasanya kelakuan Lo itu malu-maluin."

"Apa!"

"Nggak papa, Zaskia, gue cuma bercanda." 

Justin segera meletakkan tubuh Zaskia di atas tempat tidur dan ia segera mengambil obat merah dan plester. Sorot mata Zaskia seketika tertuju ke arah Justin yang terlihat menundukkan kepala. Zaskia seketika mengacak-acak rambut Justin hingga membuat remaja itu menyorotkan pandangannya ke arahnya.

***

Zaskia merebahkan tubuhnya sembari di temani seorang gadis berkucir kuda yang tak lain adalah Ayana sepupunya. Ayana memutuskan mengajukan pertanyaan kepada remaja pemilik bulu mata indah serta sebuah tahi lalat di pipi kirinya. Zaskia seketika menoleh ke arah Ayana soalnya membicarakan Justin.

"Ayana, Lo beneran lihat Justin di rumah sakit. Apa mungkin dia sedang sakit, ya. Bukannya kemarin masih baik-baik saja?"

"Zaskia, orang kalau sakit nggak bisa di prediksi. Karna selalu datang secara tiba-tiba. Namun, dugaan Lo tentang Justin sakit bener deh. Soalnya dia terlihat pucat serta sorot matanya memandang ke bawah."

"Wah, itu orang kebiasaan. Selalu membuat gue khawatir. Padahal tinggal bilang apa susahnya sih."

"Zaskia, Lo harusnya paham. Justin lebih suka menyembunyikan sakitnya. Karna Justin tidak mau membuat orang lain khawatir. Zaskia, mending Lo buruan telpon Justin daripada galau nggak karuan!"

"Ide bagus."

Zaskia segera menghubungi sebuah kontak yang ia bernama orang gila soalnya selalu membuatnya emosi.  Namun, panggilan itu tidak di angkat oleh seorang remaja yang terlihat tertidur pulas di jam delapan malam. Zaskia seketika merasa ada yang tidak beres dengan Justin.

"Zaskia, Lo mau kemana?"

"Gue, mau ke rumah Justin. Soalnya feeling gue nggak enak." Zaskia segera memakai jaket merah muda sembari meminta Keenan untuk mengantarkan ke rumah Justin soalnya membutuhkan perjalanan selama hampir dua puluh menit. 

Keenan tentu saja menuruti permintaan adik perempuan yang hanya terpaut tiga tahun dengan dirinya.  Di perjalanan Zaskia secara terus-menerus meminta cowok berperawakan tinggi kurus untuk mengebut. Beberapa saat kemudian, Zaskia sudah berada di pekarangan rumah berlantai dua.

Hai kalian pasti kangen sama kelanjutannya. Makanya bantu share dong ke teman-temannya dan jangan lupa vote dan komen.

Iya, author minta maaf deh kalo nggak menempati janji lagian author saat itu juga nggak ada kouta. Author janji deh bakal update sesuai jadwal.

Kalian terserah mau panggil author siapa bisa Sky atau nama author Rya.

See you next time gaes🤗

Eternally yours (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang