Hai! I'm back!
Cerita kali ini profesinya masih sama kaya bab sebelumnya yah, Juan yang jadi Dosen dan Rara jadi mahasiswanya.
Happy reading, enjoy!🥰
____________________
Keadaan yang semula ricuh dengan canda tawa, seketika hening dan bersiap duduk rapi setelah Pak Juan masuk ke dalam kelas.
"Siapa yang gak masuk hari ini?" tanya Juan berniat mengabsen mahasiswa nya.
"Fella sakit Pak," jawab salah satu mahasiswa yang ada di kelas itu.
"Sakit? Sakit apa?" tanya Juan.
"Demam katanya Pak," jawabnya lagi.
"Udah izin belum?" Juan tak suka jika ada yang berhalangan namun tak izin terlebih dahulu.
"Sudah Pak, lewat chat pribadi ke nomor Bapak katanya."
"Oke. Terus siapa lagi yang gak hadir?"
"Sindi Pak. Dia mau ikut kelas A siang nanti, katanya ada keperluan mendesak pagi ini," jawab salah satu mahasiswi lagi.
"Sindi yah. Hm. Tapi gak ada pesan masuk dari Sindi di hp saya." Juan mulai menatap tajam mahasiswi tadi.
"A—anu Pak, Sindi chat nya ke PJ, bukan ke Bapak." Mahasiswi tersebut menjadi gugup melihat tatapan Juan yang semakin mengintimidasi.
"Siapa PJ nya?" Mata Juan mengitari kelas.
"Saya Pak." Rara mengangkat tangannya.
"Apa benar, Sindi sudah chat kamu?" Fokus Juan kini beralih pada Rara.
"Iya Pak, benar." Suara Rara semakin pelan sebab tatapan Juan semakin tajam.
"Kenapa gak konfir ke saya? Saya di sini dosennya loh, perlu mengetahui data kehadiran, dan itu harus diinformasikan sebelum kelas dimulai." Suara Juan sedikit meninggi.
"M—maaf Pak, saya...lupa," Rara semakin gugup dibuatnya.
"Kamu pikir saya peduli apa masalahmu? Itu bukan urusan Bapak. PJ itu harus bertanggung jawab, jika perihal absen saja tidak taat, bagaimana kedepannya? Apa gunanya kamu jadi PJ? Padahal sudah Bapak bilang sejak awal di kontrak belajar, bahwa kehadiran itu sangat penting di mata kuliah Bapak, jangan anggap remeh. Sekarang Bapak tanya, kamu siap bertanggung jawab menjadi PJ?" Emosi Juan tak tertahankan sebab kelalaian Rara sebagai PJ, Juan selalu mengedepankan sikap profesional dan bertanggung jawab.
"Siap Pak..." cicit Rara. Pandangannya semakin menunduk, tak berani menatap Juan. Juga sebenarnya Rara sedang menyembunyikan air matanya, padahal ini bukan kesalahan Rara sepenuhnya, bisa-bisanya Juan memarahinya begitu saja, Rara tak terima, namun ia hanya bisa diam menunduk.
"Kalau pekan depan hal ini terjadi lagi, saya tidak segan-segan mengganti PJ nya."
***
Juan POV
"Hesa. Liat Rara gak?" Juan menghentikan Hesa yang sedang melintas di depan ruang jurusan.
"Lah, emang gak ada? Biasanya pulang bareng 'kan?" jawab Hesa heran.
"Justru itu, dia gak ada di mobil." Juan mulai terlihat resah.
"Udah gak usah panik, paling juga pulang duluan." Hesa menepuk-nepuk pundak Juan menenangkan.
"Hm, semoga aja. Ya udah, gue cabut ya, thanks bro." Juan buru-buru meninggalkan kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasutri Angetan || Jungwon One Shot
RomanceBerisi tentang berbagai kelakuan Juan dengan Rara, wanita cantik yang dijodohkan oleh kedua orangtuanya. Harinya terasa campur aduk, kadang menyebalkan, kadang menyenangkan, menyedihkan, bahkan ada manis-manisnya juga. Sulit memang, satu atap dengan...