Menjual Diri

105 1 0
                                    

Wisnu di hadapkan dengan pilihan yang sulit, membiarkan Arkha mengikuti kodratnya sebagai penerus Nadiem atau menghalangi demi menyelamatkan masa depan Arkha.

Wisnu menyembunyikan kebenaran yg seharusnya di ceritakan dari awal kepada anak-anaknya ketika menul meninggal agar mereka siap jika salah satu anaknya harus meneruskan perjanjian Nadiem dengan Nyi Ronggeng.

Hanya Arkha yg belum menikah, jika Arkha gagal meneruskan perjanjian dengan Nyi Ronggeng maka cucu Wisnu yg akan memeruskan bahkan akan lebih rumit lagi karena tidak ada yg memahami masa lalu selain generasi, terbukti Arkha saja sudah tidak peduli dengan ritual yg seharus di teruskan turun temurun bahkan Arkha dengan lantang menolak meneruskan tradisi "nyuguh" yg biasa Wisnu lakukan tiap jumat.

Bayangan Wisnu menembus masa lalu ketika ia dan Ibunya berbincang setelah Nadiem meninggal.

"Akan ada dari keturunan mu (Menul) yg akan mewarisi semua yg saya (Nadiem) miliki"

"Semua"

"Saat itulah 7 kutuk yg ku ku berikan kepada 7 turunan Atmadjaya akan tergenapi termasuk anak-anak menul"

Perbincangan malam itu adalah perbincangan terakhir karena Menul menghembuskan nafas terakhir.

"7 Kutuk"

"Apakah ini saatnya, 7 kutuk itu tergenapi ?" Wisnu menghela nafas panjang.

Jika ini adalah awal penggenapan kutuk dari Nadiem kenapa mesti Arkha yg menjadi gerbangnya bukan yg lain.

"Nu, kelak Arkha remaja kamu akan repot nolak orang tua minta di jodohin sama Arkha" celetuk Djuni

Wisnu di ingatkan dengan obrolannya dengan Djuni saat Arkha masih kanak-kanak.

"Wa Djuni sudah prediksi ini"

"Berarti pilihannya memang Arkha" ucap Wisnu penuh sesal.

Arkha, Rey dan Kaima sedang asyik berbincang sesekali tawa mereka terdengar begitu lepas, Wisnu memperhatikan Arkha anak bungsunya yg terpilih menjadi penerus perjanjian dengan Nyi Ronggeng.

"Seruh banget sepertinya ?" tanya Wisnu

"Ini Pak, lagi dengerin cerita Kaima saat Arkha kecil katanya masih ngompol dan ingusan sampe SMP" Celetuk Rey ngasal.

Tawa mereka pecah, Rey dengan mudah mengakrabkan diri dengan keluarga Arkha, Kaima bingung di buat Rey karena bahan tawa mereka bukan itu tapi Rey yg makan seperti kuli tebang tebu.

Arkha dan Rey harus kembali ke Jakarta untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Di Jakarta yg gemerlap Rey kembali masuk ke club karena pekerjaannya di temani Arkha takut Rey lepas kendali dan mabok

Memutus KutukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang