Bendera Perang

485 62 26
                                    

Jiwoong baru saja pulang kerja dan membuka pintu rumah, hendak segera beristirahat namun niatnya itu terkurung disaat ia disambut oleh keberadaan pujaan hati di ruang tengah rumahnya.

Hui tengah duduk dengan sedikit canggung di sofa. Pria yang lebih tua itu juga menggunakan baju rumahan yang nyaman dengan celana pendek sebatas paha serta wajah bareface.

Pemandangan itu begitu indah dan menyegarkan bagi mata Jiwoong yang lelah berhadapan dengan dokumen serta rekan kerja yang centil seharian di kantor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemandangan itu begitu indah dan menyegarkan bagi mata Jiwoong yang lelah berhadapan dengan dokumen serta rekan kerja yang centil seharian di kantor.

'Apakah ini gambaran kalo beliau jadi bini gue? Wah, tiap hari semangat pulang sih kalo gini'

Batin Jiwoong dalam hati, senyum cerah bangkit pada wajahnya dan ia hendak menghampiri sosok Hui yang masih tidak menyadari kedatangannya. 

Belum sempat juga Jiwoong mengumumkan kehadirannya, sang adik tiri, Park Hanbin, terlebih dahulu mengambil perhatian Lee Hoetaek dengan muncul dari dapur membawa dua cangkir teh hangat. 

"Ah, gomawo, Hanbin-ah. Harusnya kamu nggak usah repot-repot." 

Sahut Hui selagi menerima salah satu cangkir itu. Hanbin memberikan senyuman buaya-nya dan menggeleng. 

"Ngga. Ini kewajiban Hanbin sebagai calon suami." 

Hui menundukkan kepala, menyembunyikan wajahnya yang merah karena malu mendengar godaan bocah itu.

"Bisa aja deh, kamu tuh." 

Omel Hui, sembari menempelkan bibirnya pada ujung cangkir. Hanbin menyeringai dan segera duduk dengan begitu dekat pada sang ketua RT.

Jiwoong kesal dengan pemandangan tersebut, ia pun berdehem dan berhasil mendapatkan perhatian dari keduanya. 

"Ah, Mas Jiwoong..." 

Hui hendak berdiri, tapi dihentikan oleh Hanbin yang dengan cepat menahan pergelangan tangan mungilnya. 

Sang adik kemudian menatap Jiwoong dengan penuh tanya. Ia rasa Hanbin juga mengumpati Jiwoong dalam hati karena mengganggu momen berduaan nya bersama kembang komplek mereka. 

Tapi Jiwoong membalas dengan tatapan tajam, yang cukup membuat Hanbin kicep tapi pemuda bermarga Park itu tetap mempertahankan pandangannya. 

Atmosfer ruangan itu berubah menjadi tegang seketika, karena sepasang kakak-adik itu beradu tatap.

Pak Hui, yang menjadi dalang di balik dinginnya suasana rumah ini menatap balik antara Hanbin dan Jiwoong, ia merasa bingung dan sedikit tidak enak. 

"Maaf, aku ganggu ya? Aku pulang aja ya...kita bisa diskusi lewat WA atau apa, Hanbin-ah." 

Ijin Hui, ia pun pelan-pelan melepaskan pegangan tangan Hanbin padanya dan berdiri, hendak untuk berjalan menuju pintu keluar ketika dua saudara tiri ini dengan kompak menahannya. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Diary Pak RT: BP999 ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang