22. [Okay]

5 3 0
                                    

"Jangan pikirkan apa kata orang lain, sebab, kipir adalah kebalikan dari pikir"

°•°•°•°•°

Dingin malam menyeruak ke dalam sel sel kulit Gara. Bukan dingin malam, lebih tepatnya dingin AC di dalam kamarnya.

"Hm..  Dingin dingin gini enaknya makan indore" Monolog Gara di tengah tengah menikmati game di dalam handphone nya.

Gara pun berdiri dari aksi rebahan nya dan berjalan untuk mengambil sebungkus mie instan di dalam lemari makanannya dan memasaknya dengan antusias.

Memasak mie instan itu tak lama, hanya butuh waktu tiga sampai lima menit saja cukup, dan akhirnya mie buatan Gara siap di makan.

"Wihh, udah cocok jadi koki nih, hihihi" Kekeh Gara lalu membawa mienya menuju sofa di dalam kamarnya.

Baru saja Gara membuka mulutnya, Jay malah menelponnya dan membuat Gara menghentikan aksi suapan pertamanya.

"Huhh.. Jadi abang harus sabar ya, bunda bunda" Monolog Gara begitu sangat sabar dan menyimpan mie nya di meja lalu mengangkat telpon nya.

"Kena-"

"Anna pingsan bang, ke RS sekarang juga!" Jelas Jay panik lalu mematikan teleponnya sepihak.

Gara diam sebentar mencoba mencerna ucapan Jay, dan akhirnya ia mengambil kunci mobilnya dan segera berlari menuju mobilnya dan pergi.

Di rumah sakit, Jay dan para adiknya kecuali Akainu terdiam menunggu dokter keluar dari ruangan ICU yang di tempati Anna sekarang.

Gara datang dengan pakaian yang senempelnya saja di tubuhnya. Bahkan bau mie menyeruak di tubuh Gara.

"Curiga mabok mie" Gumam William.

Tak lama di sana, Akainu datang dengan keadaan sedikit basah karena beberapa waktu lalu.

"Lo gak ganti baju dulu?" Tanya Jay pada Akainu yang terlihat kedinginan.

"Gue gak papa kok bang" Balas Akainu.

"Ganti baju dulu. Kalo masuk angin gue lagi yang ngerokin! Males banget!" Kesal William.

"Males ah!" Tolak Akainu lalu ikut duduk di samping Kiki.

Tak lama dari perbincangan ringan di sana, Rafael sang dokter andalan keluarga Mavendra pun keluar dari ruangan ICU.

"Gimana Anna?" Tanya Benjamin langsung.

"Anna baik baik saja, sebelumnya, dia sempet kehilangan nafasnya sebelum masuk ke dalam air. Dan soal penyakit Anna..." Jelas Rafael.

"Semakin lama semakin ganas. Jangan sampe Anna stress. Jika Anna stress, itu memicu kanker pada otaknya" Jelas Rafael.

Semuanya terdiam, hingga akhirnya Benjamin memasuki ruangan tanpa persetujuan dari Rafael terlebih dahulu.

'Untuk, kalian anak yang punya ni rumah sakit, kalo enggak, gue gibeng lo'  batin Rafael.

Anna terbaring lemah, matanya terbuka menatap langit langit ruangan ICU. Ia masih mencerna seluruh kejadian yang dia alami.

Dan Anna pun ingat bahwa ia belum mengabari Kaisar bahwa ia sungguh meminta maaf jika acara ini sukses sekaligus hancur karena dirinya.

Baru saja Anna hendak meraih handphonenya, suara Gara menghentikan aksinya, membuat ia menoleh menatap Gara yang menatapnya khawatir.

𝐇𝐎𝐏𝐄 [𝙷𝚘𝚕𝚍 𝙾𝚗 𝙿𝚊𝚒𝚗 𝙴𝚗𝚍] | ᴇɴʜʏᴘᴇɴTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang