"Are you okay? . . .
Gadis dengan surai hitam yang dengan sengaja diurai itu bertanya khawatir pada Edeline yang masih tampak ketakutan berada dilingkaran tangan Ben, gadis dengan mata yang belum berani dibuka itu menggenggam kemeja panel yang digunakan Ben hingga mungkin kusut ketika dilepaskan nanti.
"El . . . . .
Edeline membuka mata lalu menyeimbangkan tubuh berdiri, mendengar Rania yang diseret menjauhinya dengan suara parau, Edeline kemudian hendak berlari bermaksaud mengejar Rania khawatir, namun kini pergelangan tangannya yang digenggam dilerai Ben untuk pergi.
"Gak semua urusan harus melibatkan loo didalamnya . . . .
"Gg . . . .
"Minimal gak sekarang . . .
Edeline menghela nafas mendengar Ben melarangnya untuk pergi, bersamaan dengan itu manik matanya melihat bagaimana dengan masih terpaut tangan kanannya masih digenggam Ben.
"Kita udah selesai? . . .
Willda Shienna, yang berada diantara Ben dan Edeline yang masih saling diam satu sama lain menyernyitkan kening bertanya.
"Done"
Benjamin melepaskan perlahan genggamannya pada pergelangan tangan Edeline, Edeline mundur selangkah lalu menoleh kearah dimana Rania dibawa Leon, sementara tangan kiri Ben disentuh Willda sebagai tanda mari pergi, karena urusan mereka disana menolong Edeline sudah selesai.
"Jarak kita tadi jauh looh, kenapa kamu sengotot itu nolong cewek tadi? . . .
"Aku liat Will apa aku harus diem aja? . . .
"Kamu pernah ketemu sama dia sebelumnya? . . .
"Aku pernah aduin kepalanya pake bola basket aku dan aku udah pernah nemenin dia di Rumah Sakit sebagai bentuk pertanggung jawaban dan bahkan aku udah pernah anter dia pulang . . .
"Kapan semua itu? . . .
"Kenapa sih harus dibahas hal-hal g . . .
"That's all important for me, aku lumayan kaget loh dengan hal-hal yang kamu bilang barusan, anter pulang nemenin dia dirumah sakit, whats that? . . . .