Suasana kantin kampus saat pagi seperti biasa, berkabut karena letak yang berada dipegunungan, tiga gadis yang sudah lama tidak berkumpul untuk sekedar menikmati sarapan pagi sebelum kelas dimulai kini berkumpul menguasai satu meja.
Ditempat itu bukan hanya mereka, beberapa mahasiswa dari berbagai jurusan juga tampak disana, walaupun pukul masih disekitar enam kurang karena tuntutan perkuliahan mereka harus rela buang kantuk untuk belajar, terkecuali tiga gadis yang memutuskan duduk dipusat kantin tersebut.
"El ayolah . . . .
Mata coklat dengan lembut menatap Edeline yang sedang menggigit garpu besi.
"El . . . .
Suara lain yang tampaknya sedang melakukan pembelaan juga terdengar oleh telinga Edeline yang berusaha ditutup rapat.
"Denger suara kalian kali ini gue jadi inget Firework . . .
Aireen menelan saliva mendengar pernyataan Edeline yang jelas-jelas menandakan bahwa dirinya tidak ingin mendengar suara Firework atau suara yang dianggapnya Firework.
Aireen yang duduk tegak sebelumnya meleyot, menyandarkan punggung ke sandaran kursi seraya menyesap kopi hitam kegemarannya, sementara Aldara Rania Hardinar yang sepertinya sedang menjadi terduga tersangka hanya melipat-lipat wajah frustasi bingung harus merayu dengan cara apa lagi.
"Lagian bener apa kata Bunda nya Bagas, kenapa loo mau dipeluk-peluk di swalayan . . .
"El, gue ditarik Bagas bukan gue yang mau . . .
"Kenapa gak nolak?
"Edeline . . .
"Nyaman? . . .
Aireen memajukan tubuh kembali, dengan tiga kali garukan di dahi dirinya kemudian buka mulut namun urung karena gadis paling muda diantaranya melayangkan tatapan aneh padanya yang sudah pasti disinyalir akan kembali memberikan pembelaan kepada Rania.
"Mami cerita dengan wajah berkaca-kaca dan jengkel Ran liat loo digituin depan umum sama orang yang baru pertama kali ketemu sama loo, dan gue yang diceritainnya gimana gak jengkel Reen? Dia ini kita jaga-jaga tapi dia malah . . . .
"El, gue janji gak akan terulang lagi deh lagian Bagas beneran reflex narik gue ke tembok pas dia liat ada Rachelia disana . . .
"Apalagi ada dia gak sih, gadis muda belia labil yang secinta dan se obsess itu sama Bagaskara, liat kalian deketan dengan cerita jenis apapun sebelumnya dia pasti meledak dan berubah jadi kompor enam tungku buat jatuhin loo . . .
"Edeline . . .
"Gak usah ikut-ikutan kalo Cuma mau bela. . . .
Edeline membentuk pistol dengan jarinya dan menunjukkannya kepada Aireen yang benar-benar tidak diberikan kesempatan membela si karib.