Edeline memajukan bibir, tatkala telinga kanan dan kirinya mendengar berita yang jelas-jelas memperlambat dan menghambat kerja nya hari itu, hari dimana Armand atau yang akrab disapanya RM memintanya mencari pengisi acara baru untuk acara tahunan kampus tempatnya belajar tersebut.
Edeline baru saja mendengar bahwa Benjamin atau yang biasa orang-orang sapa Ben tidak akan berada dikelas dijam-jam tertentu, termasuk kali ini.
Edeline berjalan menyeret langkah yang sudah dipastikan malas, membawa diri melewati dua gedung menuju gedung belakang hendak mendatangi perpustakaan gedung tersebut karena kabaranya orang yang dicari ada disana.
Beberapa orang menyapanya, namun dirinya yang memang sedang sangat tidak dalam mood yang baik hanya nyengir kuda sebagai balasan sapa dari orang-orang yang berpapasan dengannya.
Lalu sampailah dirinya didepan pintu sebuah ruangan yang sudah dipastikan harus tenang, tidak berisik dan kondusif.
Kakinya melangkah cepat mencari, memulainya dari sudut kiri berjalan kekanan mencari orang yang dituju Edeline tampak celingukan, Edeline tidak terlalu mengenal benar wajah Benjamin yang memang belum akrab dimanik matanya dikarenakan entah Edeline hanya seperti memastikan mereka berdua tidak terlalu banyak bertemu pandang.
Lalu sampailah kaki kanan dan kirinya dihadapan sebuah meja panjang berada diujung diterangi matahari hampir senja.
Edeline masuk mode manekin, tangan kanannya yang mencengkram sebuah kertas brosur warna biru mengepal membuatnya kusut. Matanya mengerejap hitungan 10 kali tumit yang terbalut sepatu memasang kuda-kuda agar tidak gontai.
Edeline menelan saliva melihat orang yang dicari akhirnya ditemuinya, bukan sedang membaca atau membolak-balik halaman buku laki-laki yang sedari tadi membuat Edeline menggerutu sendiri dilihat nya sedang tidur.
Edeline tidak sontak melamun, Edeline hanya tertegun melihat sosok dihadapannya sedang sangat nyenyak menjelajah alam mimpi sepertinya, Edeline sadar jika dirinya harus melamun akibat melihat pemandangan dihadapannya maka tidak ada orang yang bisa menyadarkannya hingga mungkin Edeline akan tenggelam.
Tok Tok Tok
Tok Tok Tok
Setelah berusaha mengumpulkan kembali kesadaran yang kabur beberapa saat Edeline mengetuk meja yang menjadi tempat laki-laki yang ada dihadapannya tidur.
Tok Tok Tok
Tok T . . . .
Edeline menghentikan jari tengah nya yang mengepal mengetuk meja tatkala kepala dari laki-laki itu bergerak terangkat, dengan wajah bantal dan mata terpejam laki-laki itu mendongak melihat siapa yang membangunkannya membawanya kealam sadar.
"Helooo . . .
"Hmmmmmmmmmmm
"Benjamin Rakhshan Spark . . . .
Benjamin membuka mata mendengar nama lengkapnya disebut oleh gadis yang membangunkannya dari tidur nyenyak yang dijalaninya baru tiga puluh menit dari niatnya sembilan puluh menit kedepan.
"Gue Edeline sorry bisa gue ganggu sebentar . . .
"Ada apa? . . .
Benjamin menegakkan duduk santainya, punggungnya diluruskan dengan mata yang masih mengatup ngatup memastikan diri, sementara yang berada dihadapannya tanpa bicara hanya menyerahkan secarik brosur kusut tanpa bicara mendorongnya diatas meja.
"Ini apa . . .
"Brosur . . . .
"Gue tau, gue juga tim editor brosur ini . . .