Edeline menutup notebook maroon bersamaan dengan nafas beratnya yang berhembus kasar.
Gadis itu kemudian menekan-nekan jari jemari yang dirasakannya ngilu akibat mengetik cepat senja itu.
Gadis dengan outer rajut itu menyernyitkan dahi tatkala dirasakamnya hari semakin sore dan dirinya masih berada di taman itu, taman bermain namun dirinya tidak sedang bermain.
"Nah . . . .
Sebuah gelas yang mengepulkan asap tipis putih mendarat tepat dihadapannya didekat note maroon dan smartphone nya.
"Gue udah email . . . .
"Cepet banget, gasalah loo jadi sekre. .
Edeline memutar bola mata sebal, menurut berita yang diterimanya kedatangan seluruh mahasiswa BEM ke Taman bermain ini adalah untuk beristirahat setelah seharian sebelumnya sibuk dengan pembukaan event besar, namun disinilah dirinya, dengan sang ketua umum menyusun rencana untuk acara besok.
"Gue udah kira masalah ini yaa emang bagian Edeline . . .
Armand atau yang biasa Edeline sapa RM bicara dengan suara beratnya, matanya fokus kepada ponsel membuka email, namun tangan kanannya menutupi bibir gelas panas yang jika tidak dicegah siap menghantarkan luka bakar untuk bibir Edeline.
Edeline tercekat melihat pergerakan Armand yang mencegahnya menenggak coklat panas pesanannya.
"Panas Beby, taro sini biar gue tiupin dulu . . . .
Edeline melirik hot Chocolate yang memang nyata persis seperti pesanannya, panas.
"Beby Beby . . . .
Edeline menggerutu mendengar panggilan sayang yang sudah biasa didengarnya dari bibir RM.
"Lagian kenapa sebelumnya gak langsung ke gue aja sih, udah acak-acakan gini baru nama gue dipanggil berkali-kali . . .
"Gue mau latih Sie acara lain supaya gak ketergantungan sama loo sebelumnya, eh ko malah kacau . . .
RM kini memegangi gelas panas lalu bicara lalu meniupi minuman itu bergantian.
"Udah sini gue aja . . .
"Lagian kenapa loo gak pesen yang anget aja sih . . .
RM teringat dimana Edeline dengan jelas meminta minumannya dibuat panas bukan hangat, kebiasaan.
"Sore ini dingin banget aja . .
"Bisa yang anget supaya bisa diminum cepet kan Ed . . .
"Ed?
"Beby . . . . .
"Armand, stop calling me Beby dikiranya nanti beneran . . .
"Yaudah kalo gitu beneran aja . . . .
"Heuummmmmpppp udah ah tugas gue uda selesai, gue ditunggu Aireen Rania . . .
RM tersenyum simpul melihat reaksi penolakan yang lagi-lagi diterimanya dari Edeline, penolakan berkali-kali dari usaha menyatakan kecintaannya pada Edeline yang dilakukan juga berkali-kali.
Edeline dilihat RM terburu-buru memunguti benda pribadi yang berserak dimeja sebelumnya, mata RM tidak lepas dari Edeline saat itu, kedua tangannya dengan tulus mendekatkan barang Edeline bermaksud mengurangi kesulitan Edeline yang memang menata barang nya masuk kedalam tas secara berantakan.
Edeline meninggalkan RM setengah berlari, gadis itu lagi-lagi merasakan tidak nyaman tatkala RM yang sebenarnya sangat baik kepadanya bicara meracau dengan mengatakan berkali-kali tanpa bosan bahwa hatinya menyimpan harapan besar mereka bisa bersama, sesuatu yang disebut cinta katanya.