"Name card dipake, HT standbye terus . . . .
Armand ketua BEM tetap berkicau meskipun yang dikatakannya tersebut sudah diulang berkali-kali dan anggota lain yang menjadi pendengarnya kurang-lebih sudah 45 menit lalu bergerak membubarkan diri untuk kemudian bersiap dilapangan sesuai dengan divisi masing-masing.
"Loo gak boleh jauh-jauh dari gue . . .
Edeline yang sedang mengetik di keyboard external laptopnya melirik Armand aneh dengan pandangan tersebut Edeline juga seperti bertanya, kenapa?
"Loo kan sekre El . . .
Armand mengalungkan HT menekan-nekan tombol-tombol yang ada disana walaupun tombol power belum ditekannya.
"Tolong kasih name card ini ke Ben . . .
"Apasih Armand random banget . . .
Edeline menoleh melihat Armand disampingnya menyerahkan name card dihadapannya.
"Koo random? Daripada loo stay disini dengan wajah gak ikhlas? . . .
"Armand ayolah, kenapa harus gue? Lagian apa dia gak ikutan brief tadi? . . .
"Kalo gitu loo yang ngadep Dewan . . .
Mata Edeline membesar mendengar perkataan Armand yang dianggapnya sama sekali tidak memberikan pilihan.
"Apa? Dewan minta kita laporan pagi sebelum acara mulai heeyy . . .
"Huuh. . . .
Edeline mematikan laptop yang digunakannya untuk mengetik menyalin hasil brief yang disampaikan oleh ketua BEM Armand, Armand yang selalu tersenyum kepadanya.
Setelah ditinggalkan Armand pergi meninggalkan ruang BEM, Edeline melangkahkan kaki keluar dengan name card ditangannya,
Edeline melirik benda yang membuatnya diutus Armand menemui Ben, Benjamin Rakhshan Spark. E eja Edeline dalam hati dengan gambar wajah yang bersangkutan menatap mata Edeline. Edeline menggelang lalu setelah sedikit ragu melangkah pergi meningalkan juga ruang BEM, Edeline mau tidak mau mulai berjalan juga, entah mengapa pertemuan-pertemuan dengan Spark terasa tidak biasa untuk nya, apalagi terakhir kemarin.
Setelah bertanya dimana Edeline bisa bertemu Ben Edeline memutuskan untuk cepat saja menyelesaikan tugasnya dari Armand, meninggalkan berat hati yang sempat dirasakannya karena harus berhadapan dengan Benjamin yang punya kegemaran membuat Edeline senam jantung tiba-tiba, entahlah.
Edeline gadis yang tampak mulai gelisah itu sampai didepan sebuah pintu yang terbuka didalamnya terdapat beberapa orang yang sedang serius dengan pekerjaan mereka melukis, yaa Edeline kini berada diruang kelas lukis kampus dimana kabarnya Ben yang dicarinya berada disana.