Permulaan
♡♡Happy Reading
Malam yang gelap, angin berhembus kencang, bulan bersinar terang di langit sana. Angin membuat bulu kuduknya berdiri, ia merapatkan jaket hitam nya segera, memakai tudung kepalanya kemudian memeluk dirinya sendiri. Berjalan pelan tanpa arah, itulah yang ia lakukan sekarang. Jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari namun tidak ada niat dirinya untuk kembali ke rumah yang bagaikan neraka itu. Ia berjalan pelan ditemani musik yang ia dengar melalui earphone. Jalanan yang sepi tidak membuatnya takut, hatinya sudah mati, tidak ada yang membuatnya takut, bahkan maut sekalipun.
Sudah hampir setengah jam sejak ia memutuskan untuk kabur dari rumah karena sudah tidak tahan dengan keadaan disana. Rumah yang dulu sempat menjadi tempat ternyaman nya kini bagaikan neraka. Keributan yang tiada henti, barang-barang yang sudah berserakan akibat di lempar-lempar, suara teriakan dan tangisan sudah menjadi asupan sehari-hari.
Hari semakin malam dan udara semakin dingin. Karena ia tidak tahu kemana tujuan nya, jadi dia memutuskan untuk duduk di halte bus yang kebetulan ia lewati. Kepalanya sudah sangat sakit karena angin yang lumayan kencang.
Terlebih lagi ia memakai celana piyamanya yang lumayan pendek, jadi angin langsung menusuk kulitnya.Kita panggil saja dia Arella
"Gue harus kemana?" Tanya nya pada diri sendiri. Jujur, ia sudah sangat kedinginan sekarang, tubuhnya juga sudah sangat lelah akibat kegiatan sekolah yang tiada henti sejak pagi. Matanya sudah memerah akibat menangis sekaligus mengantuk. Sudah lima kali ia menguap sejak duduk di halte, matanya terasa sangat berat, ditambah dengan angin yang sudah mulai tenang menyapu-nyapu kulitnya. Sedetik kemudian dia tertidur dalam keadaan duduk di halte bus itu sendirian. Biarlah apa yang akan orang-orang pikirkan.
-------------------------
"Nak, bangun nak"
Mata Arella terbuka, menampilkan manik coklatnya yang tenang. Hal yang pertama kali dia lihat adalah seorang nenek tua yang membawa keranjang.
"Kenapa tidur disini, nak?" Tanya nenek itu khawatir, Arella hanya menggeleng singkat. Sudah pagi, pikirnya.
"Jangan tidur diluar, nanti kamu bisa masuk angin" kata nenek itu, dia menatap lembut Arella. Sudah lama dia tidak merasakan tatapan itu, biasanya yang dia dapatkan adalah tatapan tajam yang tersirat amarah di dalamnya.
Arella mengangguk, dia mengucapkan terima kasih kepada nenek itu kemudian beranjak pergi dari sana. Ia melakukan peregangan sedikit, tubuhnya kaku akibat tertidur dengan posisi duduk di alas yang keras.
Dia melihat matahari sudah bersinar terang di sebelah barat. Kemudian ia mengeluarkan ponselnya, mengecek jam. Jam menunjukkan pukul 6 pagi, masih ada waktu sekitar 1 jam sebelum sekolah dimulai. Ia mulai menimang-nimang, haruskah ia pergi ke sekolah? Rasanya sangat malas untuk kembali kerumah. Tapi dia tidak mau bolos sekolah hanya karena masalah sepele. Orang tuanya sudah menyekolahkannya dan itu tidak mudah. Lagipula dia suka belajar, sekolah bukanlah hal yang membosankan baginya.
Jadi dia kembali ke rumah saat itu juga.
-----------------------------------------------------------
Tepat 5 menit sebelum bel berbunyi, Arella sampai di sekolah. Dia harus berjalan kaki untuk pergi ke sekolah, tidak ada yang mengantarnya, dan dia juga tidak punya kendaraan seperti sepeda yang dapat ia tumpangi. Sebenarnya jarak sekolah dan rumahnya tidak terlalu jauh, jadi dia tidak masalah untuk berjalan kaki. Sesampainya di rumah tadi, dia masuk melalui jendela kamarnya dengan pelan, berusaha untuk tidak memicu keributan, akan jadi masalah jika orang tuanya tahu bahwa dia keluar semalaman. Dia mandi dan bersiap dengan cepat, lalu segera bergegas pergi tanpa bertemu kedua orang tuanya yang kemungkinan masih terlelap.
SMA Angkasa Bumi, sekolah paling bergengsi di kota. Berisi anak-anak yang duduk di kelas atas, alias kaya raya atau orang tuanya memiliki koneksi dengan sekolah. Sekolah ini terdiri dari 2 gedung utama, yakni gedung Astra yang berisi kelas-kelas dimana seluruh siswa belajar, dan gedung Aurora yang di gunakan untuk mengembangkan bakat para murid, misalnya terdapat ruangan musik dan ruangan seni yang biasa digunakan untuk ekstrakurikuler. Di gedung Aurora juga terdapat aula besar yang biasa digunakan untuk acara-acara tertentu. Seluruh ruangan di sekolah ini di lengkapi dengan AC dan Proyektor yang dapat digunakan kapan saja. Lapangan di sekolah ini ada 3 dan sesuai dengan kegunaan masing-masing, ada lapangan basket yang berada di luar gedung sekolah, lapangan yang dkhususkan untuk upacara dan kegiatan olahraga ringan, serta lapangan indoor yang biasa di gunakan untuk bermain bulu tangkis atau voli. Disini juga terdapat kolam berenang dan track untuk berlari. Siapapun yang bisa masuk ke sekolah ini sangatlah beruntung karena tidak mudah untuk bisa bergabung disini. Dan Arella adalah salah satu anak yang beruntung itu karena bisa masuk ke SMA Angkasa Bumi lewat jalur beasiswa.
Arella berjalan menuju kelasnya dengan cepat, mengingat sebentar lagi bel masuk akan berbunyi. Ia melihat pintu kelasnya dari kejauhan, matanya menangkap sekelompok laki-laki di depan kelas, tengah bercanda tawa. Mereka terlihat menggoda-goda beberapa anak perempuan di kelasnya, menghadang mereka ketika mau memasuki kelas. Mereka menghalangi pintu kelas dengan badan-badan besar mereka.
"Bisa minggir ga?" kata-kata yang keluar dari mulut Arella ketika sampai di depan kumpulan pemuda itu. Matanya menatap datar mereka, merinci satu persatu dari mereka. Ia bisa melihat beberapa dari mereka terkejut kemudian tersenyum miring.
Totalnya ada 5 orang dan mereka semua berbadan besar dan tinggi, dia sampai harus mendongak untuk melihat mereka. Arella ingat, mereka adalah sekelompok pemuda pembuat onar yang terkenal dengan kenakalannya.
Sepertinya ini bakalan panjang, pikirnya.
"Wuish, galak amat mbak" ucap salah satu dari mereka, perawakannya sangat menunjukkan bahwa dia adalah bad boy di sekolah ini. Rambutnya panjang dan berantakan, baju seragamnya tidak terkancing dan menampilkan kaos hitam yang ada di dalamnya, serta terdapat kalung panjang dengan bandul cincin di lehernya. Dan dia juga memakai anting hitam.
Arella menatap tajam pemuda itu, "Gua mau masuk, bisa minggir ga?" tanya Arella lagi, kali ini dengan penuh penekanan. Ia sangat jengkel sekarang, bel masuk sudah berbunyi beberapa detik yang lalu tapi sekumpulan anak aneh ini masih tidak mau beranjak dari depan pintu kelasnya. Sempat ada pikiran untuk menerobos masuk, namun mengingat badannya yang kecil, ia mengurungkan niatnya.
Mereka semua tertawa remeh mendengar perkataan Arella. Yang di tertawakan hanya bisa memutar bola matanya malas, tanpa ia ketahui bahwa ada seseorang dari mereka yang tertarik padanya.
"Ada syaratnya, baru bisa masuk" ujar pemuda lainnya sambil maju sedikit mendekatinya, yang kali ini agak normal dan wajahnya sangat familier. Pemuda itu tersenyum miring sambil menatap Arella penuh arti.
Arella kenal pemuda itu, dia cukup populer di kalangan para siswa dan merupakan ketua dari kelompok anak-anak berandalan itu.
Arella menghela napas, dia melihat ke sekeliling, berharap guru akan segera datang dan menolongnya. Ia tidak punya cara lain selain memenuhi syarat yang para anak aneh ini minta.
"Apa?" Tanya Arella malas
"Jadi pacar gue dulu"
Bersambung....
Gimana?? Suka gaa?
Ini cerita pertama aku, jadi boleh kritik dan sarannya yaa
Jangan lupa vote 😁

KAMU SEDANG MEMBACA
Lover?
أدب المراهقينsummary "I like you" - Rikhael Gerrard Sebastian "I don't care" - Arella Jaqueline Refara Sebuah kisah cinta antara seorang playboy dan gadis yang anti dengan laki-laki Rikhael Gerrard Sebastian, pemuda 17 tahun yang tampan, rahang yang tegas, m...