Chapter 4

63 7 1
                                    

Pagi buta. Flara berolahraga kecil disekitaran rumah, dia pamit bibi, jaga-jaga kakaknya mencari. Keduanya masih tidur. Jam tangannya menunjukkan pukul setengah 6, dia kembali ke rumah dan bersiap-siap pergi sekolah. Dia memakai seragam, rambut digerai, memakai jepit biru, dan bedak tipis dan lip bam. Dia hanya membawa beberapa buku dan alat tulis.

Dia turun dari lantai dua menuju dapur.

"Selamat pagi, kak."

Kedua kakaknya yang mendengar sapa Flara menoleh. Mereka berdua terpaku oleh kecantikan berlesung pipi di keduanya. Dia bisa dikatakan manis, dan cantik.

"Ra, agak munduran dikit," ucap Hasan saat Flara mulai duduk.

Flara memundurkan kursinya.

"Bukan kursinya," kata Hasan.

"Terus?" tanya Flara tidak mengerti.

"Cantiknya," gombal Hasan.

Flara melotot.

"Apaan sih, kak," ucap Flara acuh.

"Dih," decak Hasan, "entar kalau ada cowok yang dekatin lo bilang kakak, gue survei dulu. Lo kan masih anak-anak, jadi nggak tahu orang bener yang mana."

"Iyaaaaaa," sebal Flara dan mencari pembelaan, "Kak Gibran, bilang sama kak Hasan suruh sadar diri."

"Sialan," dengus Hasan.

"Kayaknya aku masih waras deh kak buat belajar di sekolah," ucap Flara mengompori lahi.

Gibran mengangkat alisnya, lelah dengan kedua adiknya.

"Gue tahu mata lo nggak jelalatan, tapi cowok di sana itu bajingan. Makanya Lo harus hati-hati," ketus Hasan.

"Iya kakakku yang bawel, lagian aku suka sama cewek kok."

Kedua kakaknya tersedak.

"Maksudnya, aku suka temenan sama cewek daripada laki-laki, seumur-umur belum pernah kecuali kedua kakakku.

Gibran dan Hasan diam termenung.

+++

"Kak, beneran, kita mau kayak gini terus," protes Flara.

Dia berangkat bersama Hasan menaiki motor kesayangannya dengan kecepatan 30. Setelah mendengar ucapan terakhir Flara di meja makan, Gibran takut sesuatu terjadi pada adik perempuan satu-satunya. Sehingga dia menyuruh kedua adiknya berangkat bersama.

"Iya, mau gimana lagi. Kak Gibran yang nyuruh, lagian lo juga baru keluar dari rumah sakit, ada apa-apa gue yang di sleding."

"Yah, kak, aku nggak sabar."

"Lagian lo kalau sama Gibran nurut, sama gue, ogah-ogah."

"Hehe, kak Hasan jangan marah dong. Kan, aku adek kakak satu-satunya. Btw kalau kayak siput gini, ogah, harusnya anterin kak Gibran aja."

"Dasar lu."

"Kak, coba aku yang bonceng."

"Gue geplak lu, nggak usah aneh-aneh deh. Motornya bukan metik yang biasa lo pakai," ucap Hasan. Pasalnya mereka pergi sekolah menggunakan motor kopling, Yamaha All New XSR 155.

 Pasalnya mereka pergi sekolah menggunakan motor kopling, Yamaha All New XSR 155

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hehe," ucap Flara cengengesan.

Ditikungan yang hampir dekat dengan sekolah, Hasan tiba-tiba di santap dari arah depan oleh mobil Avanza. Keduanya jatuh.


"Anjing lo!!!" teriak Hasan tidak terima.

Namun, saat Hasan bergerak dan hendak menghampirinya. Mobil Avanza itu meloloskan diri. Padahal, kalaupun dia mendengar penjelasannya dengan baik-baik dan meminta maaf pasti dimaafkan.

Greng, greng, greng.

Dari kejauhan Adi melihat temannya jatuh dan yang menabrak lari begitu saja. Dia langsung mengejar mobil Avanza tersebut.

Hasan berapi-api melihat mobil itu pergi begitu saja. Dia ingin mengejarnya, namun Adi membantunya.

"Kak," panggil Hasan.

Hasan tersentak. Dia beralih ke Flara.

"Dek," ucap Hasan menghampiri Flara.

Flara ketindihan motor. Setelah Hasan mendirikan motornya, lalu memeriksa apa ada yang terluka.

"Berdarah kak," rintih Flara melihat siku tangannya kegores aspal.

"Nggak papa, dikit, nanti gue bawa ke UKS," ucap Hasan.

"Iya kak."

+++

Saat memasuki kawasan sekolah, dia terpukau dengan gedung sekolah yang banyak dan megah, seperti selalu dirawat. Halaman yang luas, fasilitas elegan, dan lahan parkiran yang luas.

Saat suara motor Hasan memasuki parkiran, segerombolan laki-laki melihat mereka berdua dengan intens dan Hasan malah menuju ke sana.

"Kak, banyak orang, jangan cari ribut" ucap Flara sambil menarik baju Hasan agar memperhatikannya.

"Santai, mereka teman-teman kakak," jawabnya.

Flara mengedarkan pandangan kepada mereka. Ada yang duduk di motor sambil mengangkat kaki satu, bercanda, merokok dan melempar olokan.

Motor telah terparkir.

"Widih, cewek lagi gaish. Jatahnya siapa ini?" tanya cowok dengan baju seragam acak-acakan dan sedang dipijat kawannya, namanya Brian.

"Dia adek gue, Flara. Nggak usah macem-macem, dia baru pindah hari ini," ucap Hasan turun dari motor setelah Flara.

Flara tersenyum ramah kepada mereka. Teman-teman Hasan rata-rata tampan dan keren. Sepeda motornya saja berkelas.

"Bentar bro, gue bawa Flara ke UKS dulu," ucap Hasan hendak pergi.

"Hah, kenapa adek lo? Sakit? Ngapain sekolah?" tanya beruntun Ando.

Mereka intens melihat Flara dan dahinya terluka sedikit.

"Tadi tiba-tiba ada yang nabrak, tahu-tahu dia kabur. Untung ada Adi, langsung dikejar."

"Cari masalah tuh orang," ucap Brian kesal.

"Tunggu kabar aja, udah gue contac, tapi belum di respon."

"Oke."

"Gue baru tahu lo punya adek cewek, cantik lagi," ucap Ando.

"Jangan ngarep," ucap Hasan.

Mereka semua benar-benar terpukau, adik Hasan benar-benar cantik dan manis.

"Kelas berapa dek?" tanya teman Hasan, Jio.

"Kelas 1 IPA 1 kak," jawab Flara

"Gue tinggal dulu bentar," pamit Hasan langsung pergi.

"Yoi."

+++

"Saudara gue," batin Adi.

FlaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang